Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mahasiswa Ini Sukses Produksi 1.000 Minuman Sari Buah/Hari

Usaha tersebut berbuah manis. Seiring berjalannya waktu, produk Fruters kini tak hanya dijual di kantin-kantin kampus. Minuman sari buah mangga gincu ini juga melenggang ke restoran, cafe, bahkan supermarket modern di Bandung dan Jakarta.

Bisnis.com, JAKARTA - Memiliki tubuh sehat menjadi dambaan setiap orang. Beragam cara ditempuh untuk mendapatkan kondisi badan agar tak terserang penyakit.

Agar selalu fit, masyarakat pun menjalankan pola hidup sehat, yakni dengan berolah raga dan mengonsumsi makanan dan minuman bernutrisi.

Salah satu cara menjaga nutrisi tubuh adalah dengan rutin menyantap buah-buahan. Tak hanya memakannya, mereka juga mengonsumsi jus buah. Namun demikian, karena padatnya aktivitas banyak orang cenderung malas membuat jus buah sendiri, sehingga akhirnya mencari produk jus atau sari buah dalam kemasan nan praktis.

Fenomena tersebut ditangkap sebagai peluang bisnis prospektif. Para pelaku usaha berlomba-lomba memproduksi minuman sari buah dalam kemasan. Selain menawarkan minuman sari buah yang segar dan sehat, mereka juga mengedepankan kreasi, inovasi, serta kemasan modern.

Pelaku usaha yang memproduksi olahan buah-buahan adalah Ratna Apriyati, 24, dan Khemal Nugroho, 24. Mereka memproduksi minuman sari buah mangga yang diberi nama Fruters sejak 2012. Modal yang digunakan kala merintis usaha sangat minim yakni Rp250.000 untuk membeli buah mangga.

Ratna dan Khemal menggunakan mangga gincu yang memiliki cita rasa manis nan khas. Ratna menambahkan, mangga gincu ada beberapa tingkat [grade]. Grade A untuk pasar ekspor, grade A-B untuk supermarket, dan grade C untuk pasar tradisional.

“Kami gunakan grade C karena harganya lebih murah. Meski demikian, rasanya tetap enak,” ujar lulusan Fakultas Teknologi dan Industri Pangan Universitas Padjadjaran Bandung ini.

Mereka mendapatkan stok mangga dari petani di Cirebon, Jawa Barat. Mangga-mangga tersebut nantinya akan ambil sarinya dan dibuat menjadi puree dan slush. Berbeda dengan minuman atau jus buah yang cair, jenis puree dan slush lebih pekat dan padat. Agar makin spesial, Ratna dan Khemal menambahkan potongan buah segar dan agar-agar (jelly).

Setelah jadi, mereka pun menjajakan minuman sari buah mangga gincu kepada teman-teman di kampus. Tak disangka, mereka mendapat sambutan positif. Mereka terus meningkatkan kapasitas produksi dan berusaha memperluas pasar. “Sekarang banyak kelas menengah menjalankan pola hidup sehat. Makanya, kami keluarkan produk kemasan premium,” ujar Ratna.

Usaha tersebut berbuah manis. Seiring berjalannya waktu, produk Fruters kini tak hanya dijual di kantin-kantin kampus. Minuman sari buah mangga gincu ini juga melenggang ke restoran, cafe, bahkan supermarket modern di Bandung dan Jakarta.

Harga Fruters pun cukup bervariasi mulai dari Rp7.500—Rp25.000 per kemasan. “Margin keuntungan yang kami dapat dari bisnis ini mencapai 100%."

Ada beberapa tahap produksi yang harus dilalui. Ratna menuturkan tahap pertama yang harus dilakukan adalah menyortir buah mangga. Para pekerja lantas mengupas dan memisahkan buah mangga dari biji dan kulit.

Selanjutnya, mangga dipotong dan dihancurkan dengan mesin. Setelah itu, mangga yang telah hancur dipasteurisasi. “Proses pasteurisasi menghasilkan mangga berbentuk puree dan bisa tahan selama satu tahun,” kata Ratna.

Lebih lanjut, para pekerja pun mengemas bahan baku ke dalam kemasan. Ratna dan Khemal membungkus sari buah mangga menjadi beberapa kemasan yaitu gelas plastik, botol plastik, dan toples plastik. Kemasan tersebut nantinya akan menentukan harga jual. Semakin bagus kemasannya, semakin tinggi juga harganya.

Terus meningkatnya permintaan membuat Ratna dan Khemal makin semangat menambah kapasitas produksi. Jika di awal periode mereka hanya menggunakan 1—3 kilogram (kg) buah mangga per minggu, kini dua sahabat ini membutuhkan bahan baku sebesar 8 ton mangga untuk 6 bulan. Kapasitas produksi Fruters kini mencapai 1.000 kemasan per hari.

Dulu Ratna dan Khemal mengerjakan semuanya sendiri dan dibantu seorang karyawan. “Alhamdulillah, sekarang kami punya 8 pegawai. Rumah produksi Fruters ada di daerah kampus Unpad di Jatinagor, Jawa Barat,” kata Ratna. Selain pekerja, mereka juga didukung oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unpad.

Kendati bisnisnya sukses, Ratna mengaku ada kendala yang dia hadapi yaitu bahan baku mangga yang terkadang tak mencukupi permintaan. Oleh karena itu, mereka sekarang sedang mempersiapkan riset untuk menggunakan buah-buahan lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nurbaiti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper