Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Besar, Bisnis Waralaba Makin Menggiurkan Pelaku Usaha

Fenomena perusahaan yang merambah ke bisnis waralaba di sektor ritel dan kuliner, diprediksi semakin berkembang dalam beberapa tahun ke depan seiring dengan besarnya potensi di bisnis tersebut.

Bisnis.com, JAKARTA – Fenomena diversifikasi perusahaan yang merambah ke bisnis waralaba di sektor ritel dan kuliner, diprediksi semakin berkembang dalam beberapa tahun ke depan seiring dengan besarnya potensi di bisnis tersebut.

Ketua Dewan Pengarah Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) Amir Karamoy mengatakan sudah ada beberapa perusahaan yang tadinya tidak bergerak di sektor ritel dan kuliner waralaba kemudian masuk ke bisnis tersebut, baik sebagai pemberi waralaba (pewaralaba) maupun penerima waralaba (terwaralaba).

“Pangsa pasar di Indonesia untuk bisnis waralaba, khususnya ritel dan kuliner ini memiliki prospek bagus, dengan jumlah penduduk yang besar, perekonomian yang terus meningkat, dan pengeluaran konsumsi yang terbilang banyak. Jadi saya kira ke depan, akan banyak perusahaan yang menjajaki bisnis ini,” ujarnya dihubungi Bisnis, Senin (31/3/2014).

Dari segi bisnis, sektor kuliner terbilang mampu memberikan omzet dan keuntungan yang besar. Dalam sehari, sebuah resto bisa menghasilkan pendapatan hingga Rp40 juta dengan keuntungan bersih minimal 35%. Sementara bisnis ritel memiliki perputaran uang yang cukup pesat dengan mengedepankan kuantitas penjualan.

“Saya pernah dimintai pendapat dari perusahaan migas yang ingin masuk bisnis waralaba, saya anjurkan untuk memikirkan usaha kuliner, dan mereka tertarik. Apalagi saat ini, kecenderungan masayarakat untuk makan di luar semakin banyak, dengan masuknya pasar Asean, potensinya akan lebih besar,” tuturnya.

Di samping itu, dengan menjadikannya sebagai usaha waralaba, perkembangan bisnisnya akan semakin cepat. Di sisi lain, bagi perusahaan yang merambah bisnis ini dengan menjadi terwaralaba, tentu akan lebih mudah sudah memiliki sistem dan standar yang sudah teruji dari pewaralaba.

“Itu kekuatan waralaba, meski dia belum berpengalaman di bidang tersebut, akan ditraining bagaimana menjalankan bisnisnya dengan SOP yang sudah ada,” tututnya.

Hanya saja, perlu diingat juga bawah menjadi terwalaba tersebut tidak hanya sekedar menanamkan investasi, tetapi harus dapat memahami bisnis tersebut. Oleh karena itulah, dibutuhkan konsultan yang memahami mengenai sistem tersebut mengingat banyaknya standardisasi, sistem manajemen, dan peraturan yang perlu diikuti.

“Perlu ada pendampingan, sehingga ketika terjadi dispute atau perselisihan dengan pewaralaba, akan bisa diatasi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dewi Andriani
Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper