Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Renyah & Gurih Bisnis Bawang Lezatte Khas Brebes

Bisnis bawang goreng kemasan kian 'renyah'. Banyak konsumen memburu produk ini, karena bisa menambah cita rasa dan praktis. Laba dari usaha bawang goreng kemasan pun makin gurih.

Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis bawang goreng kemasan kian 'renyah'. Banyak konsumen memburu produk ini, karena bisa menambah cita rasa dan praktis. Laba dari usaha bawang goreng kemasan pun makin gurih.

Pelaku usaha yang menggeluti bisnis bawang goreng siap saji adalah Syahid Al Hasan. Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah ini merintis usaha pembuatan bawang goreng yang dinamakan Lezatte sejak 2009.

Hasan mengaku alasan terjun ke bisnis ini karena melimpahnya sumber daya bawang merah di tempat tinggalnya, yaitu Brebes, Jawa Tengah. Kendati berstatus sebagai salah satu daerah penghasil bawang terbesar di Indonesia, banyak petani yang belum sejahtera.

“Banyak tetangga saya yang berprofesi sebagai petani yang terpuruk kala harga bawang anjlok. Melihat keadaan itu, saya mencari cara agar bisa membantu mereka. Saya tertarik untuk membuat olahan bawang goreng,” kata mahasiswa jurusan ilmu politik ini.

Bermodal uang Rp300.000, Hasan membeli bawang dari petani dan minyak goreng. Awalnya dia hanya menjual bawang goreng kepada teman-teman kampus dan dosen. Lambat-laun, konsumen bawang Lezatte semakin meluas.

Melihat sambutan konsumen yang makin baik, Hasan pun mulai meningkatkan kapasitas produksi. Dulu dia hanya bisa memproduksi 3 kilogram—4 kilogram bawang per hari. Sekarang, dia dapat memproduksi 1 kuintal bawang merah per hari.

Hasan menjual bawang goreng Lezatte dalam dua jenis kemasan, yaitu ½ kilogram dan 1 kilogram. Bawang goreng siap saji tersebut dibanderol Rp50.000—Rp60.000 per kilogram.

Dia mengaku pada mulanya dia memproduksi bawang goreng secara manual. Namun, seiring meningkatnya permintaan konsumen, dia pun mulai mengaplikasikan teknologi. Beberapa di antaranya mesin untuk merajang bawang dan mengeringkan minyak (spinner).

Hasan mengaku, penggunaan teknologi bisa mendongkrak kuantitas dan kualitas bawang goreng. “Awalnya, bawang goreng yang saya hasilkan tidak benar-benar kering. Waktu simpannya pun jadi pendek. Namun, setelah saya gunakan mesin, bawang jadi renyah,” katanya.

Hasan justru memanfaatkan dunia maya untuk mempromosikan bawang goreng Lezatte. Dia menggunakan media sosial, seperti Facebook dan Twitter, untuk berjualan. “Hasilnya cukup bagus. Selain minim biaya, saya juga bisa merambah pasar yang lebih luas. Pembeli datang dari Jakarta, Lampung, Bekasi, Subang, dan lain-lain,” kata Hasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper