Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menggenggam Rupiah dari Bisnis Pembuatan Sarung Tangan

Sarung tangan ternyata tak sekadar melindungi pergelangan dan telapak tangan dari berbagai hal, tapi juga bisa menghasilkan untuk yang berlipat ganda.
Maulana mengalokasikan dana sekitar Rp10 juta tiap tahunnya hanya untuk memasarkan produknya melalui Google Ads dan jasa layanan iklan online lainnya. /Bisnis.com
Maulana mengalokasikan dana sekitar Rp10 juta tiap tahunnya hanya untuk memasarkan produknya melalui Google Ads dan jasa layanan iklan online lainnya. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Sarung tangan ternyata tak sekadar melindungi pergelangan dan telapak tangan dari berbagai hal, tapi juga bisa menghasilkan untuk yang berlipat ganda. Kebutuhan dan penggunaan sarung tangan yang sangat luas mulai dari sektor industri hingga fesyen membuat pangsa pasarnya tak pernah habis.

Didorong oleh perkembangan industri di dalam negeri, membuat permintaan terhadap sarung tangan, khususnya untuk safety terus merangkak. Selain itu, tren mode dan kebutuhan sarung tangan pada musim dingin juga mendongkrak penjualan dan omzet setiap orang yang berbisnis di sektor ini.

Fenomena tersebut disadari Maulana Yusuf lebih dari 1 dekade silam, dan bisnis pembuatan sarung tangan industrinya terus menanjak dalam empat tahun terakhir.

Sebelum memproduksi sendiri, pemilik CV Karya Bersama dan PT Mitra Bisnis Utama tersebut mulai berbisnis sarung tangan sebagai pemasok sarung tangan, serta memproduksi sarung tangan melalui maklun.

Hal tersebut sengaja dilakukan untuk membuka pasar dan mencari konsumen yang berkelanjutan sebelum mengucurkan investasi lebih banyak untuk produksi secara mandiri.

“Menurut saya, saat mengawali bisnis sebaiknya fokus pada pemasaran dulu, urusan produksi bisa dipikirkan kemudian jika sudah ada langganan tetap,” paparnya.

Baru pada 2005, Maulana mulai memproduksi sarung tangan dan berinvestasi pada alat-alat produksi. Bermodalkan sekitar Rp600 juta hasil kredit perbankan, dia membeli bahan baku kulit sapi impor, membeli beberapa mesin jahit, serta membayar tenaga kerja.

Dia sengaja memilih kulit sapi impor, karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan kulit lokal. Sehingga ongkos dari bahan baku bisa ditekan dan margin keuntungan bisa tetap terjaga.

Saat itu, dia mampu memproduksi sekitar 48.000 pasang sarung tangan dalam sepekan yang dipasarkan ke berbagai pemasok di seluruh Indonesia. Dia juga memasarkan langsung ke beberapa perusahaan di kawasan industri di Jabodetabek.

Semakin lama, usahanya pun semakin membesar. Kapasitas produksi juga ditingkatkan secara bertahap, seiring dengan melonjaknya permintaan terhadap sarung tangan welding.

Sepasang sarung tangan buatannya tersebut dibanderol dengan harga Rp5.000-Rp300.000, yang disesuaikan dengan model yang dibuat. Adapun, sarung tangan yang paling laris diborong adalah sarung tangan dengan harga paling murah.

“Biasanya pabrik memborong banyak sarung tangan untuk karyawannya yang berjumlah ribuan,” paparnya.

Belum lama ini, pria yang berdomisi di Bekasi tersebut juga membuka tempat produksi di Cilacap dengan mempekerjakan 25 orang tenaga kerja, untuk menambah kapasitas produksi sebelumnya yang memperkerjakan 150 pekerja di Garut.

Sekarang, dengan kapasitas produksi yang dimilikinya, dia mampu memproduksi 60.000 pasang sarung tangan per pekan, dan bisa mengantongi omzet sekitar Rp500 juta-Rp700 juta per bulan.

Maulana merasakan ada musim-musim tertentu pemintaan terhadap produknya meningkat dan sebaliknya. Misalnya pada sekitar bulan Maret dan Juli atau Agustus, permintaan akan besar, sedangkan pada saat menjelang lebaran atau akhir tahun, permintaan terhadap produknya akan merosot.

“Biasanya menjelang hari raya atau akhir tahun di mana perusahaan bagi-bagi bonus pada karyawannya, permintaan akan berkurang karena budget-nya dialihkan,” katanya.

Selama ini, Maulana mengaku pemasaran produknya sangat terbantu dengan digital marketing. Melalui website produsensarungtangan.com, serta secara khusus mengalokasikan budget untuk iklan secara online.

“Punya budget untuk promosi itu wajib meskipun produk kita sudah dikenal banyak orang, karena tidak menutup kemungkinan orang akan lupa,” katanya.

Untuk itu, Maulana mengalokasikan dana sekitar Rp10 juta tiap tahunnya hanya untuk memasarkan produknya melalui Google Ads dan jasa layanan iklan online lainnya. Hal itu juga dilakukan untuk menjaring konsumen yang sudah memanfaatkan teknologi informasi dalam setiap kegiatannya. []

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper