Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Melirik Bisnis Bengkel Restorasi Mobil Klasik

Barang-barang antik sering diidentikkan dengan sesuatu yang unik dan mahal, termasuk dalam urusan kendaraan seperti mobil. Sayangnya, kondisi mobil keluaran lama tak selalu prima dan membuat harga jualnya terjun bebas.
Mobil klasik/Bisnis.com
Mobil klasik/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKATA - Barang-barang antik sering diidentikkan dengan sesuatu yang unik dan mahal, termasuk dalam urusan kendaraan seperti mobil. Sayangnya, kondisi mobil keluaran lama tak selalu prima dan membuat harga jualnya terjun bebas.

Untuk tetap menjaga harga jual, termasuk merawat performa dan tampilan, mobil-mobil antik tersebut terkadang perlu dipoles bahkan dipugar demi mendapatkan kembali bentuk yang hampir sama saat pertama kali diproduksi, istilahnya restorasi.

Proses restorasi mobil antik tersebut tak bisa dilakukan di sembarangan bengkel, tapi harus ke bengkel khusus restorasi mobil klasik, karena membutuhkan suku cadang khusus dan penanganan yang berbeda dibandingkan dengan bengkel-bengkel biasa.

Beberapa tahapan yang dilakukan pada saat restorasi mobil tersebut, di antaranya memperbaiki tampilan bodi mobil seperti pengecatan ulang, menghilangkan karat, hingga perbaikan bodi penyok dan keropos.

Semakin banyaknya masyarakat yang gemar bergaya retro dan vintage, membuat mobil-mobil klasik kembali baik daun dan secara langsung mendongkrak bisnis bengkel restorasi mobil, dan peluang usahanya pun terus terbuka lebar.

Untung dari bisnis tersebut salah satunya dirasakan oleh Kunto Wichaksono, pemilik bengkel restorasi mobil DJM Auto Station. Bengkel yang berlokasi di Pondok Aren, Tangerang itu telah berdiri sejak Juni 2013.

Kunto menceritakan ide bisnis untuk membuka bengkel restorasi mobil itu diawali kecintaannya terhadap mobil-mobil tua, khususnya mobil keluaran Jepang. Mobil pertamanya adalah Toyota Corolla 1977 yang dibeli seharga Rp8 juta, kemudian mulai merestorasi di bengkel kenalannya.

Tak disangka, teman-temannya banyak yang suka terhadap konsep restorasi yang dimilikinya. Dia pun semakin bersemangat untuk mengoleksi mobil tua, kemudian membeli lagi mobil lainnya seperti Holden Gemini 1979, Corolla 76, dan Lancer SL.

Dari pengalamannya berpuluh-puluh kali merestorasi mobil di berbagai bengkel, membuat Kunto mendapatkan pengalaman berharga soal proses dan pelayanan bengkel. Hal itu pun menjadi salah satu modal saat dia berencana untuk membuka bengkel sendiri.

Dia pun mulai mengawali bisnis bengkelnya sendiri dengan modal sekitar Rp200 juta. Modal tersebut dia gunakan untuk biaya sewa lahan, pembuatan atap bengkel, perlengkapan dan peralatan bengkel, serta biaya operasional.

Kunto tidak pernah mematok harga pasti untuk pengerjaan restorasi mobil. Pasalnya, penentuan tarif biasanya disesuaikan dengan kondisi fisik mobil sekaligus bujet yang dimiliki konsumen.

“Jika konsumen memiliki bujet tertentu, akan dijelaskan bahan-bahan apa yang akan digunakan sesuai dengan bujet tersebut. Saya juga akan jelaskan plus dan minusnya dari awal, sehingga tidak akan ada kesalahpahaman selama pengerjaan,” katanya.

Meski demikian, Kunto memiliki harga dasar untuk restorasi mobil tua, dimulai dari harga Rp20 juta. Beberapa klien juga harus merogoh kocek hingga Rp35 juta karena kondisi fisik mobilnya. Harga tersebut diklaim masih lebih murah dibandingkan dengan bengkel restorasi besar lain yang biayanya bisa lebih dari Rp50 juta.

DJM Auto Station juga menerapkan sistem pembayaran yang fleksibel. Biasanya klien diminta untuk membayar uang muka sekitar 30% dari bujet pengerjaan restorasi. Setelah pengerjaan mencapai 50%, baru klien diminta untuk membayar lagi sekitar 30%-40%, dan sisanya dibayarkan setelah mobil selesai dikerjakan.

Dari biaya restorasi yang dikeluarkan klien, Kunto mengaku bisa mengatongi keuntungan hingga 50%, sedangkan untuk pengerjaan reparasi mobil seperti pengecatan margin keuntungannya sekitar 30%.

Walaupun keuntungan dari restorasi mobil cukup menggiurkan, tapi Kunto membatasi jumlah pengerjaan mobil sekitar empat hingga lima unit per mobil. Pasalnya, proses restorasi mobil membutuhkan waktu yang lama, dan dia sangat menghindari adanya mobil yang terlantar karena tidak terpegang.

“Kalau banyak konsumen yang meminta untuk restorasi, saya ambil maksimal lima di bulan yang sama, dan sisanya ditangguhkan untuk bulan selanjutnya,” katanya.

Supaya bisa menjaring banyak konsumen, Kunto mengandalkan pemasaran secara online. Dia selalu mempromosikan jasanya melalui forum jual beli online hingga akun media sosial.

Selain itu, dia juga aktif di berbagai komunitas otomotif, seperti klub mobil, komunitas bengkel dll, dan secara tidak langsung rekan-rekannya tersebut juga ikut mempromosikan jasanya.

Kunto juga menilai, hal yang paling penting dalam pemasaran jasa adalah kepuasan konsumen. Jika konsumen merasa semua kebutuhan dan keinginannya terpenuhi, biasanya mereka akan merekomendasikan kepada kenalannya.

“Rata-rata konsumen yang merestorasi total adalah orang yang memiliki komunitas, sehingga jika mereka puas, rekomendasi menjadi media promosi yang paling kuat,” katanya.

Meskipun bisnisnya yang berjalan hampir 2 tahun ini tergolong lancar, Kunto mengaku banyak kendala yang dihadapinya, terutama dalam urusan sumber daya manusia. Dia mengaku cukup kesulitan untuk mendapatkan tukang dengan keterampilan restorasi yang andal.

Untuk itu, dia banyak memperkerjakan karyawan yang merupakan mantan pekerja bengkel karoseri di Sukabumi, Tangerang dan beberapa daerah di Jawa Tengah, yang sudah terbiasa mengerjakan restorasi mobil.

Kunto juga menilai persaingan bisnis bengkel resrorasi juga cukup ketat, karena sudah banyak pemain lama yang terjun ke dalam bisnis serupa. Hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi bengkel-bengkel baru seperti DJM Auto Station.

“Para pemain baru harus benar-benar memberikan pelayanan yang terbaik, untuk menunjukkan bahwa kualitasnya tidak kalah dengan para pemain lama,” imbuhnya.

Di sisi lain, peraturan pemerintah daerah yang membatasi operasional mobil tua atau pembatasan usia kendaraan di jalan raya juga cukup bisa menekan bisnis restorasi mobil ini.

“Jika tidak ada kebijakan tersebut, saya yakin bisnis ini akan terus bekembang. Toh, jarang juga mobil tua yang dipakai di jalanan, paling-paling hanya digunakan pada akhir pekan atau kegiatan otomotif,” katanya. []

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper