Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Perlu Modal Tinggi dan Bisa Dimulai di Dapur Sendiri Untuk Kursus Memasak

Peluang usaha kursus memasak dapat dilakukan oleh siapa saja dan tidak memerlukan modal yang besar. Usaha ini bisa dimulai dari dapur Anda sendiri seperti yang sudah dilakoni Negin Diyanita.
Ilustrasi/Pinterest
Ilustrasi/Pinterest

Bisnis.com, JAKARTA – Peluang usaha kursus memasak dapat dilakukan oleh siapa saja dan tidak memerlukan modal yang besar. Usaha ini bisa dimulai dari dapur Anda sendiri seperti yang sudah dilakoni Negin Diyanita.

Perempuan 38 tahun ini sukses berbisnis kursus memasak dengan membidik pasar anak-anak, lewat usahanya Dapur Cilik di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan. 

Negin mengaku dia tidak memiliki latar belakang akademik di bidang masak memasak, tetapi memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap bidang tersebut. Dia acapkali memasak kue di rumahnya dan mengajak beberapa keponakannya ikut bersama di dapur.

Para keponakannya ternyata sering mengajak teman-teman sekolahnya ikut memasak. Melihat semangat kanak-kanak tersebut, ide bisnisnya pun timbul.

“Karena kebiasaan itu berulang dan banyak yang sering meminta ikut bikin kue di tempat saya, akhirnya saya berpikir kenapa enggak buat cooking class sekalian,” tuturnya.

Saat menyeriusi usaha Dapur Cilik pada Agustus 2009, modal yang dia keluarkan saat tidak terlalu besar. Dia menaksir investasinya tak lebih dari Rp3 juta, yang digunakan untuk membuat apron, label usaha dan membeli bahan baku memasak.

“Selebihnya hanya memakai peralatan yang sudah ada di dapur saya, karena saya mengkonsep usahanya rumah sendiri, sehingga harapannya anak-anak juga bisa lebih nyaman,” tuturnya. .

Dia juga membatasi peserta kursus maksimal empat orang per kali pertemuan agar setiap anak  bisa lebih diperhatikan.

Setiap sesi pertemuan dia bagi berdasarkan umur. Anak usia empat hingga enam tahun fokus untuk menguleni adonan dan menghias serta membentuk. Kemudian usia tujuh hingga sembilan mulai aktivitas menimbang dan memisahkan bahan-bahan untuk memasak kue.

Kelompok usia 10 tahun ke atas mulai diajarkan membuat kue sendiri. Dalam tiap pertemuan yang berdurasi dua hingga empat jam, anak-anak diajak masak satu menu seperti cupcakes, muffin, tart, puding, dan beraneka jenis cookies.

“Pada pertemuan pertama biasanya saya yang menentukan akan memasak menu apa, tapi pada pertemuan berikutnya murid-murid yang request menu yang mereka ingin buat. Selama  waktu dan peralatan memungkinkan, saya akan penuhi,”  tuturnya.

Melihat respon yang sangat tinggi, Negin tak lagi memberikan kursus dengan sistem paket agar jumlah siswa yang bisa dijangkau lebih besar. Dia menerapkan sistem kelas dengan bayaran per pertemuan Rp225.000.

Negin mempromosikan Dapur Ciliknya lewat media sosial seperti Instagram dengan akun Dapur Cilik. Namun diakuinya peserta kursus terbanyak datang karena hasil promosi dari mulut ke mulut.

Peminat kursus Dapur Cilik berkisar 10 orang pada bulan biasa. Pada masa liburan, jumlahnya bisa melonjak tiga kali lipat sehingga dia mampu memiliki omzet hingga Rp6,75 juta dengan persentase profit 50%-70%.

Jumlah itu belum termasuk pendapatan dari kegiatan di luar kelas kursus reguler  seperti event ulang tahun atau bazaar yang bekerjasama dengan mal maupun perusahaan.

Meski pemain usaha di bidang sejenis makin banyak, Negin tak khawatir karena menurutnya masing-masing punya segmen tersendiri.

“Banyak yang bikin kursus masak untuk anak-anak, tapi yang lain lebih mengutamakan belajarnya. Kalau kami lebih kayak bermain, jadi kalau produknya gagal pun tidak apa. Konsep kami anak-anak harus tetap merasa fun karena ini bukan sekolah yang membuat anak jadi jago masak atau jadi chef,” tuturnya.

Sejauh ini, respon terhadap kursus memasak sangat bagus terutama saat musim libur. Sayangnya, menurutnya, belum semua orang sadar manfaat kegiatan memasak bagi anak-anak, yakni sebagai sarana mengembangkan hobi, melatih kesabaran, dan kemampuan motorik.

“Masih banyak orang tua yang lebih memilih les mata pelajaran. Kursus memasak memang bukan les yang wajib karena ini lebih kayak kebutuhan rekreasi. Sejauh ini sasarannya baru sebatas kalangan menengah ke atas,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper