Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PELUANG BISNIS: Mengumpulkan Rupiah dari Kerajinan Limbah Ban Bekas

Bisnis mengolah limbah selalu memberikan keuntungan yang menggiurkan, dari barang yang tidak berharga bisa diubah menjadi produk yang bernilai jual
Ilustrasi./
Ilustrasi./

Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis mengolah limbah selalu memberikan keuntungan yang menggiurkan, dari barang yang tidak berharga bisa diubah menjadi produk yang bernilai jual.

Salah satu bisnis limbah yang terus bergulir hingga saat ini adalah pembuatan produk kerajinan berbahan ban bekas. Selain bisa dibentuk menjadi berbagai macam produk, ban bekas juga menawarkan kualitas produk yang kuat dan tahan lama.

Modal untuk memulai bisnis ini juga relatif rendah, dengan bahan baku ban bekas yang dibanderol dengan harga di bawah Rp10.000 bisa disulap menjadi produk berharga di atas Rp100.000.

Salah satu pelaku usaha yang menekuni kerajinan berbahan ban bekas adalah Hasyim yang berasal dari Bondowoso. Pria tersebut telah menjalani bisnisnya dalam waktu sekitar tujuh tahun.

Kala itu, Hasyim mengaku tengah mencari pekerjaan atau mencoba untuk menggarap bisnis. Beruntung, Hasyim teringat pada pelajaran prakarya saat SMP, sehingga dia mencoba untuk mengaplikasikannya dan menjadikannya sebagai peluang usaha.

“Saya teringat pernah diajari untuk mengolah ban bekas menjadi produk kerajinan, dari sana saya coba untuk melakukan eksperimen,” katanya.

Karena saat itu dia tidak memiliki modal sama sekali, akhirnya dia mencoba untuk meminta tiga buah ban bekas, kemudian dia ubah menjadi tujuh pasang sendal yang kala itu dijual masing-masing dengan harga Rp15.000 per pasang.

Uang yang diperolehnya dari penjualan sendal tersebut dia belikan lagi pada bahan baku ban bekas dan diubah  lagi menjadi produk kerajinan yang memiliki daya jual. Keuntungan yang didapatkannya juga lumayan, dengan margin lebih dari 100%.

Sekarang, Hasyim memproduksi berbagai macam kerajinan ban bekas di samping membuat sandal, seperti pot bunga, tempat sampah, dan baik air, serta produk terakhir buatannya adalah sangkar burung.

Dalam sehari, Hasyim mampu memproduksi 10 pasang sandal per hari, dan tiga buah pot atau bak sampah. Semua barang kerajinan tersebut masih dikerjakan olehnya seorang diri, pasalnya di daerahnya sulit menemukan tenaga kerja yang ingin mengolah ban bekas.

“Saya pernah mengisi pelatihan kerajinan ban bekas, tapi masyarakat di Bondowoso kelihatan tidak antusias karena gengsi dan melihat ban bekas dengan sebelah mata,” katanya.

Karena itu, kapasitas produksi yang dimilikinya saat ini sangat terbatas dan tergantung dengan kondisi fisiknya. Meski demikian, dia selalu berusaha untuk bisa melayani semua pesanan yang datang kepadanya.

Semua kerajinannya tersebut dibanderol dengan harga yang beragam, mulai dari Rp25.000 untuk sepasang sandal, bak sampah polos mulai dari Rp50.000, bak sampah yang sudah dicat seharga Rp125.000, serta sangkar burung yang ditawarkan dengan harga Rp300.000.

“Dalam sehari bisa menjual  kerajinan hingga senilai Rp600.000, tapi pernah juga dalam sehari tidak ada yang terjual satu pun,” katanya.

Selama ini, Hasyim menjual produknya hanya di kawasan Bondowoso, dan beberapa produk pesanan dikirim ke berbagai daerah seperti Jember, Kalimantan dan Bali. Menurutnya, untuk di Bondowoso sendiri, permintaan masih sangat tinggi karena pasokan produk yang terbatas.

“Bisa dibilang saya tidak memiliki saingan dalam berbinis ini, palingan ada dari luar kota seperti Surabaya tetapi mereka juga tidak menyasar konsumen di Bondowoso,” katanya.

Ke depannya, dia bercita-cita untuk bisa membuka workshop dan showroom kerajinan ban bekas di Bali, pasalnya permintaan dari daerah tersebut terus meningkat. Namun, hingga saat ini rencananya masih terganjal urusan modal.

“Butuh modal cukup besar untuk membuka cabang di Bali, sekarang sedang mencoba mengumpulkan modal dari pemasaran di Bondowoso,” katanya.

Selain modal, kendala lain yang menghambat perkembangan bisnis Hasyim ada dalam sektor perluasan pemasaran, karena semuanya masih dilakukan secara konvensional dan belum memanfaatkan mediaonline.

“Saya tidak bisa menggunakan Internet, tapi pernah ada yang menghubungi saya dan membantu mempromosikan secara online, termasuk dari instansi pemerintah daerah,” katanya.

Dia mengatakan salah satu faktor pendorong bisnis ini ke depannya adalah semakin meningkatnya pengguna kendaraan bermotor di Indonesia, sehingga pasokan untuk bahan baku juga bisa terus meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper