Bisnis.com, JAKARTA - Karena banyaknya gitar dengan harga tidak murah, membuat pemiliknya harus ekstra hati-hati dalam merawat dan memperbaiki gitar kesayangannya. Seringkali, secara tidak sengaja gitar tersebut rusak karena pemakaian atau sebab lain.
Supaya tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah, sebaiknya gitar dibawa kepada ahlinya untuk diperbaiki dan dikembalikan kondisinya seperti pemula.
Namun, ternyata menemukan ahli servis gitar ternyata tidak mudah. Seperti yang dirasakan oleh Riyandhi Putra Septianto yang kemudian membuat bengkel perawatan dan perbaikan gitar sendiri sejak 2009.
“Saya masih jarang menemukan workshop yang khusus melakukan perawatan dan servis alat musik. Lalu saya belajar konstruksi dan seluk beluk awal musik untuk memperbaiki gitar sendiri,” katanya.
Lantas, pria yang disapa Ryan ini terpikir untuk menjadikan keterampilannya dalam memperbaiki gitar sebagai sebuah bisnis. Kebetulan dia juga memiliki banyak rekan yang menjual gitar, tetapi produknya kurang enak saat dimainkan dan harus diatur ulang.
Karena yakin akan menjalani bisnis tersebut, Ryan pun kemudian belajar secara autodidak mengenai seluk beluk gitar melalui buku tentang instrumen, selain itu dia juga dibantu oleh saudaranya yang merupakan produsen gitar.
“Selebihnya belajar dari internet dan learning by doing dari setiap masalah servisan yang datang,” katanya.
Sekarang dalam sehari dia bisa menerima 5-10 gitar untuk diperbaiki. Tidak semua gitar selesai pada hari itu juga. Jika kerusakannya ringan, perbaikan bisa langsung dilakukan, tetapi jika cukup berat maka harus ditinggal.
Saat ini Ryan dibantu tiga orang asisten untuk membantu memperbaiki berbagai macam permasalahan gitar. Ada dua jenis jasa perawatan dan perbaikan yang ditawarkan Ryan, yakni perawatan ringan dan servis berat.
Pertama, perawatan ringan yang biasanya menyangkut perawatan bulanan seperti ganti suku candang, senar, setting playbility, tuning, dan sebagainya. Kedua, servis berat yang sudah menyangkut pada konstruksi gitar, seperti patah, telalu lama digudang, pengecatan, kustomisasi, hingga modifikasi.
Tarif untuk perawatan dan perbaikan tersebut dipatok mulai dari Rp50.000-Rp200.000 untuk perawatan ringan, dan Rp250.000-Rp1 juta untuk servis berat. Jika ada spare part yang harus diganti, akan ada biaya tambahan dan sebelumnya sudah diinformasikan kepada konsumen.
Ryan mengatakan salah satu kendala dalam bisnis ini adalah saat ada kerusakan tambahan yang tidak diketahui konsumen. Ketika akan diinformasikan, takut timbul salah sangka bahwa kerusakan itu dibuat-buat untuk menambah biaya.
“Terkadang harus langsung ditangani sendiri, tetapi hingga saat ini masih aman karena selama pengerjaan selalu diupayakan terus berkomunikasi dengan konsumen,” katanya.
Selain membuka workshop di kawasan Cimanggis, Depok, Ryan juga mempromosikan jasanya melalui website ryansaga.web.id serta di berbagai forum jual beli online. “Banyak juga konsumen yang merekomendasikan jasa kami kepada rekan-rekannya,” imbuhnya.
Ryan mengaku, saat ini persaingan pada bisnis ini sudah mulai terasa ketat dan berbeda dengan saat dia pertama kali merintis bisnis ini. Meski demikian, karena bisnis jasa ini modelnya cocok-cocokan maka Ryan tetap optimistis bisnisnya akan tetap berkembang.
“Bisnis ini bisa terus berkembang, karena makin banyak yang produksi alat musik. Semua alat musik butuh perawatan, karena jika tidak terawat maka nilainya akan turun,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
