AHMAD IRFAN: Bangun Mindset 130% Target

Fajar Sidik & Abdalah Gifar
Rabu, 4 November 2015 | 17:55 WIB
Direktur Utama Bank BJB Ahmad Irfan. /Bisnis.com
Direktur Utama Bank BJB Ahmad Irfan. /Bisnis.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Berbekal ilmu yang diserapnya dari para bankir tangguh di masa sebelum dan setelah krisis ekonomi 1998, kemampuan Ahmad Irfan kian teruji terutama di masa-masa awal kariernya di industri perbankan. Berkat ilmu dan pengalamannya itu, kini dia dipercaya menakhodai Bank BJB, meskipun dihadang masa perlambatan ekonomi tahun ini.

Bagaimana kiat Direktur Utama Bank BJB ini menerapkan kepemimpinannya? Berikut petikan wawancara Bisnis dengan sang CEO belum lama ini.

Bagaimana pengalaman Anda selama ini sebagai bankir?

Sebelum di Bank BJB, saya di Bank Mandiri, sejak zaman Bapindo [Bank Pembangunan Indonesia sebelum digabung menjadi Bank Mandiri]. Saya sudah bekerja di empat bank. Jadi tahu, di bank swasta pernah, saat itu di Lippo Bank, saya masuk dan dibesarkan juga oleh Mochtar Riady.
Terus dari situ ke Bapindo, saat Bapindo besar pada zaman Subekti Ismaun. Waktu itu dia top banget.

Saya belajar juga dari Sampoerna saat saya bekerja di Bapindo. Lalu pada 1998 Bapindo digabung, masuk Bank Mandiri, dari zaman Robby Djohan, di mana sekarang orang-orangnya yang dulu sudah ke mana-mana menjadi pejabat tinggi di berbagai bank.

Sampai saya punya visi ke depan, akan mengangkat Bank BJB dan para bankirnya. Jadi kalau bisa nanti direkturnya dari orang-orang Bank BJB. Saya punya cita-cita itu, seperti yang dikerjakan Pak Robby Djohan.

Saya ditantang juga oleh Budi Sadikin [Direktur Utama Bank Mandiri], “Pak, kenapa orang selalu mengambil bankir Bank Mandiri? Kamu sebagai BPD yang terbesar, harusnya bisa menciptakan direktur-direktur bank pembangunan daerah”. Itu jadi cita-cita saya.

Bagaimana Anda membangun budaya kerja di Bank BJB?

Saya sudah roadshow ke cabang-cabang. Membangkitkan semangat teman-teman di sana, saya ingin teman-teman ada satu kesatuan. Ketika saya datang, saya tanya “Apa kabar?”, jawabannya harus “Sukses luar biasa!”.

Silakan bisa dicoba didengungkan di kantor cabang, tanya “Apa kabar?”, jawabannya akan “Sukses luar biasa!” “Berapa?” Jawabannya akan, “130%!” Itu artinya [semangatnya] bukan 100% [mencapai target], tetapi 130%. Bisa? Bisa. Itu dulu yang saya tanamkan.

Kenapa 130%?

Itu soal target, bagaimana melampaui target 100%. Jadi semangat sukses luar biasa itu 130% target tercapai. Kenapa saya menanamkan semangat itu? Biar pikiran alam bawah sadar seluruh pegawai Bank BJB itu terbangun mindset untuk mencapai target 130%. Bagi kami, mencapai target 130% itu sudah gila-gilaan.

Lalu apa lagi yang Anda bangun di lingkungan Bank BJB?

Saya ingin, kita bekerja itu dari kita untuk kita. Sehingga jika mencapai 130% ini, saya siapkan dua kali gaji sebagai insentifnya. Di kami itu ada sistem indeks prestasi kerja (IPK) yang tergantung pada pencapaiannya.

Saya pacu agar bersemangat, yang tadinya sudah sempat kendor. Pada 2014 itu, semua turun. Pada laporan per Juni itu kering tidak ada yang mencapai IPK. Sejak Juli 2014 menjadi direktur komersial, dari saat itu saya mencoba membangun semangat bekerja dari kita untuk kita. Target 130% memang tidak tercapai saat itu, tetapi baru di bulan ke sepuluh kami bisa mencapai target lebih dari 100%. Jadi kami bangun semangat teman-teman.

Apakah Anda terapkan juga reward dan punishment?

Desember 2014 itu saya lihat teman-teman itu tidak pernah naik gaji sejak 2005. Baru realisasi kenaikan gaji pada Maret 2015, dengan besar rata-rata 17%. Kami sempat dipertanyakan oleh komisaris soal gaji itu karena kinerja kami belum terlalu baik. Gaji naik dulu, pada Maret itu langsung digenjot. Ini gaji sudah naik, jasa produksi sudah dapat, setelah diberi motivasi, ini saatnya saya menagih.

Jika mencapai 130%, kami jajaran direksi menantang lagi, kami akan beri dua kali gaji. Pada Maret itu kami sudah mencadangkan dua kali gaji di anggaran kami. Ini bentuk keseriusan direksi, tetapi kenyataannya belum pernah terambil. Baru tercapai pada Juni 2015 itu 119%.

Bagaimana merealisasikan peningkatan performance, ini salah satu cara yang dilakukan, dengan basis kinerja. Fokus bekerja adalah meningkatkan kinerja.

Bagaimana kesiapan ekspansi bisnis Bank BJB selanjutnya?

Saat ini kami menguatkan fondasi bisnis. Untuk 2016, saatnya untuk tumbuh dengan kualitas aset yang baik. Kami harus perbaiki fondasi dari sisi struktur pendanaan kami.

Jadi sekarang teman-teman untuk deposito tidak terlalu melirik, yang kami lirik CASA (current account and saving account). Nanti akan ada perubahan. Sekarang CASA-nya masih 48%, kami targetkan antara 50%--55%.

Nanti kas daerah, masuknya di CASA. Itu untuk struktur pendanaan kami yang akan diubah. Makanya saya targetkan di 55%. Biasanya di akhir tahun itu, saya ingin mengulang kejayaan tahun kemarin yang sempat menyentuh 64% untuk CASA, kami sudah setup program-program.

Apa saja inovasi produk & layanan yang dilakukan?

Infrastruktur TIK perbankan terus diperbaiki. Begitupun dalam hal produk terus dikembangkan. Kami bekerja sama juga dengan berbagai instansi di antaranya dengan Samsat Jabar termasuk untuk urusan pajak dalam layanan pembayarannya.

Itu contoh inovasi kami untuk mendukung pemerintah daerah meningkatkan pendapatannya dari penerimaan pajak. Kami lebih dulu daripada bank lainnya. Sudah kami launching duluan.

Termasuk di Tangerang, kami sudah ikat kerja sama dengan Alfamart untuk menjadi gerai pembayaran pajak daerah di seluruh jaringan outlet-nya. Kerja sama dengan Alfamart itu bisa dimanfaatkan untuk seluruh Indonesia.

Dari situ kami mencoba menghimpun dana murah atau CASA. Kami juga menandatangani nota kesepahaman dengan Kementerian BPN untuk sertifikasi, setelah sebelumnya dengan Dirjen Guru untuk dana sertifikasi guru.

Terus dari luar juga, dana kami dari kiriman uang TKI [tenaga kerja Indonesia]. Kami sudah usung tagline BJB Bank-nya TKI. Di Arab Saudi kami sudah membuka bisnis remitansi, pendapatannya lumayan. Karena kalau membuka cabang di sana lebih susah, sehingga kami cukup pilih remitansi.

Dengan BPJS Kesehatan sedang kami garap juga. Dana dari situ kan lebih banyak dana korporasi. Sementara dengan BPJS Ketenagakerjaan, kami sudah jalin kerja sama. Teman-teman sekarang sedang konsentrasi ke CASA saja. Itu dari sisi struktur pendanaan. Insya Allah, CASA kami tidak akan jauh dari 50%-55%. Itu yang kami targetkan supaya kami lebih kompetitif.

Adakah kekhawatiran dengan kondisi perekonomian saat ini?

Kalau saya tidak khawatir, malah justru selalu optimistis. Di saat kondisi perekonomian begini, justru opportunity bagi Bank BJB karena core business kami yang sudah berjalan selama ini menjadi expertise kami.

Mungkin dengan pengaruh dolar AS hingga Rp16.000 pun, stress test kami sudah aman. Kami sudah mencoba stress test di posisi Rp16.000, kami masih oke. Itu disebabkan komposisi kredit dolar kami cukup kecil, hanya sekitar Rp194 miliar. Kredit dolar itu hasilnya juga dolar, jadi aman. Hasil income-nya juga dolar, jadi aman.

AHMAD IRFAN: Bangun Mindset 130% Target

 

Pewawancara: Fajar Sidik & Abdalah Gifar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Rabu (4/11/2015)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper