Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

John Paul DeJoria: Tak Lupa Dari Mana Berasal

DeJoria, sebelum memperoleh kekayaan US$3 miliar saat ini, pernah mengalami titik nadir dalam kehidupannya. Masa mudanya, dihabiskan sebagai seorang bandit jalanan akibat kurangnya perhatian orang tua.
John Paul DeJoria. /Bisnis,com
John Paul DeJoria. /Bisnis,com

Bisnis.com, JAKARTA “Anda harus ingat dari mana Anda berasal dan jadikanlah itu motivasi. Anda juga harus selalu menghargai setiap orang dan mengingat siapa saja yang berjasa terhadap kehidupan Anda saat ini.”

Kutipan di atas berasal dari mulut seorang John Paul DeJoria, miliarder yang memperoleh kekayaan dari bisnis obat rambut, tequila, dan teknologi. Segala macam lika-liku kehidupan yang keras hingga mengalami kemiskinan akut pernah dialaminya.

Ketika dia akhirnya berhasil menjadi orang sukses dan kaya, dia tidak tenggelam dalam sindrom ‘orang kaya baru’. Kehidupan yang keras justru telah berhasil menempanya menjadi seorang filantropis nan bijaksana.

DeJoria, sebelum memperoleh kekayaan US$3 miliar saat ini, pernah mengalami titik nadir dalam kehidupannya. Masa mudanya, dihabiskan sebagai seorang bandit jalanan akibat kurangnya perhatian orang tua.

Dia pun harus mengalami pernikahan sekaligus perceraian pada masa muda. Ketika menginjak usia 20 tahun, DeJoria terpaksa harus menjalani pengalaman sebagai seorang single parent di tengah kemiskinan akut.

Memiliki tanggungan seorang anak berusia tiga tahun dan tak memiliki rumah, DeJoria terpaksa harus menjadi seorang pemulung botol bekas dan tinggal di sebuah mobil selama beberapa tahun.

Beruntung beberapa bulan selanjutnya, berkat bantuan teman-temannya dia mendapat sejumlah pekerjaan tidak tetap baru, meskipun dia harus tetap menjadi tunawisma.

Namun, di setiap tempat bekerja barunya tersebut dia tak pernah bertahan lama dan berujung pemecatan sepihak, baik sebagai petugas kebersihan, penjaga toko, dan terakhir sebagai salesman. Kondisi tersebut membuatnya harus tetap bertahan dalam kemiskinan dalam beberapa waktu lamanya.

DeJoria mengaku sempat mengalami beberapa tahun terburuknya ketika dia harus mengandalkan hidup dari hanya beberapa dolar AS per hari. Sebagai tunawisma dia pernah mengalami pengalaman menumpang mandi setiap pagi di tepi kolam renang di Griffith Park.

Dia akhirnya memutuskan melangkahkan kaki ke  Freeway Cafe di LA dan membagi dua uangnya masing-masing 99 sen untuk sarapan dan makan sore.

Setiap pagi secara rutin, DeJoria pergi ke Freeway Cafe di LA, untuk membelanjakan uang 99 sen pertamanya untuk satu butir telur, satu potong roti panggang, satu gelas jus jeruk atau kopi, dan beberapa bagian daging atau sosis.

Pada sore hari seusai bekerja atau mencari pekerjaan, dia akan membelanjakan 99 sen keduanya untuk membeli makanan cepat saji  yang murah seperti ayam goreng dan menu masakan Meksiko seperti Tachos.

Selama menjalani masa-masa tersebut pada era 1970-an, DeJoria memiliki sebuah kebiasaan unik. Dia hampir selalu mengajak pegawai restoran murah langganannya untuk mendengar cerita penderitaannya. Akibatnya, tak jarang para pegawai tersebut membebaskan tagihan makanan DeJoria karena merasa iba.

Kemiskinan yang melandanya ini rupanya didengar oleh teman lamanya yang menjadi aktris, yakni Joanna Pettet. Aktris tersebut merasa iba dengan DeJoria, dan memutuskan menawarkan tempat tinggal di rumahnya.

Bantuan itu tidak disia-siakannya. Filantropis yang kini berusia 72 tahun tersebut memanfaatkannya untuk menata ulang hidup dan perekonomian pribadinya. Dalam masa pemulihan kehidupannya tersebut, dia memilih untuk mendirikan kantor konsultan pertamanya pada 1978.

Perlahan melalui kantor konsultannya ini, dia menemukan jalur hidupnya yang lebih baik. Berbekal pengalamannya sebagai salesman, dia berhasil membangun kepercayaan para pelanggannya.

Akan tetapi, DeJoria merasa kurang puas dengan usahanya di sektor jasa. Dia merasa harus melakukan ekspansi ke sektor riil. Akhirnya dia mendapatkan ide untuk bekerja sama dengan sahabatnya yang merupakan seorang penata rambut, yakni Paul Mitchell.

DeJoria pun mengajak Mitchell untuk membuat perusahaan pembuat shampo dan produk perawatan rambut. Kebetulan, menurut DeJoria, Mitchell tidak memiliki naluri yang baik untuk melakukan manajemen bisnis, dan kebetulan DeJoria merasa memiliki kemampuan bisnis yang baik.

Situasi inilah yang dimanfaatkan oleh DeJoria,  dia pun memberanikan diri mengajukan pinjaman sebesar US$700 untuk memulai bisnis tersebut. Usahanya barunya inipun menuai hasil yang memuaskan.

Sejak didirikan pada 1980, perusahaan yang bernama John Paul Mitchell System, saat ini telah berhasil menjadi salah satu produsen shampo dan produk kesehatan rambut terkenal di AS. Kejayaan perusahaan ini pun didedikasikan oleh DeJoria untuk Mitchell yang telah meninggal pada 1989.

Ketagihan Ekspansi

Setelah sukses dengan bisnisnya ini, DeJoria pun mulai ketagihan melakukan ekspansi. Dia memberanikan diri membeli pabrik penyulingan di Meksiko bersama Martin Crowley. Dari pabrik tersebut dia lalu memproduksi tequila, dengan merek Patron pada 1990.

Uniknya DeJoria menjual produk tersebut dengan harga US$37,95 per botol, padahal harga rata-rata tequila di pasaran kala itu hanya US$4-US$5 per botol. Dia berdalih, proses pembuatan yang berkualitas sehingga menghasilkan tequila berjenis agave, membuat hargaya menjadi melambung.

“Saya coba tawarkan produk ini ke teman-teman artis. Kami mencoba membentuk citra produk kami lebih eksklusif, sehingga cocok dengan harga yang mahal,” katanya.

Memasuki usia senja, rupanya tak mengurangi hasrat bapak beranak tiga ini untuk berekspansi kembali. Terbaru pada Juli 2014, dia meluncurkan ROK Mobile, sebuah layanan yang memungkinkan masyarakat membuat daftar lagu dan menciptakan stasiun radio sendiri seperti Beats dan Spotify.

Namun, menjadi miliarder tak membuatnya besar kepala. DeJoria terbilang rutin melakukan kegiatan sosial dan amal. Salah satu kegiatan amal yang paling fenomenal adalah dia bersedia memangkas rambut gondrongnya yang legendarisnya  untuk menghimpun dana US$50.000 pada 2005.

Dana tersebut disumbangkannya kepada Palang Merah Internasional untuk membantu pemulihan korban tsunami Aceh pada 2004. Dia pun menceritakan, bahwa dia masih sering mendatangi restoran tempat dia singgah saat mengalami kemiskinan. “Hingga kini saaya masih sering berkunjung ke cafe tersebut dan memberikan sejumlah tips sebagai ucapan terimakasih saya,” katanya. ()

Nama: John Paul DeJoria
Lahir: 13 April 1944
Total Kekayan: US$3 miliar
Peringkat Forbes 400: 234

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Kamis (3/3/2016)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper