Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anna Haotanto, Cermin Sukses Disiplin Finansial

Anna Haotanto memiliki impian mulia bertahun-tahun lalu, yakni membahagiakan kedua orang tuanya dengan membelikan mereka sebuah rumah. Meski tidak terlahir kaya, ia bertekad meraih tujuannya.

Bisnis.com, JAKARTA – Anna Haotanto memiliki impian mulia bertahun-tahun lalu, yakni membahagiakan kedua orang tuanya dengan membelikan mereka sebuah rumah. Meski tidak terlahir kaya, ia bertekad meraih tujuannya.

Tak cuma rumah, saat ini Anna mampu membeli banyak hal yang ia mau. Namun latar belakang keluarga serta pengalaman masa muda mencambuk semangatnya untuk bertindak cermat, khususnya terkait finansial.

Pada usia 21 tahun, dia menetapkan tujuan finansial utama pertamanya, yakni membelikan rumah untuk kedua orang tuanya sebelum ia berusia 30 tahun.

Tujuh tahun kemudian, di usia 28 tahun, Anna berhasil memenuhi tujuannya itu dan seiring berjalannya waktu ia benar-benar menjadi seorang jutawan.

Ia bukan pendiri startup teknologi bernilai jutaan dolar, juga tidak tumbuh dalam keluarga berada. Bahkan, justru sebaliknya, saat ia remaja, keluarganya dibebani utang kartu bernilai ribuan dolar.

Utang sewa apartemen mereka di Singapura juga menumpuk setelah krisis keuangan di Asia pada 1997 menyebabkan bisnis tekstil orangtuanya bangkrut.

Tetapi bagi Anna, pengalaman itulah yang mendorongnya untuk menghindari perangkap yang sama.

“Jika Anda tidak terlahir dengan keistimewaan, Anda selalu khawatir akan kehilangan. Saya ingin memastikan bahwa saya benar-benar mengerti bagaimana mengelola uang saya,” ujar Anna kepada CNBC.

Setelah menyelesaikan sekolah menengah, Anna belajar keuangan di Singapore Management University dan mengambil sebanyak mungkin kelas tambahan.

Kemudian dia mulai bekerja sebagai pengelola aset sekaligus menemukan kesempatan untuk membayarkan utang keluarganya dan membelikan mereka sebuah rumah.

“Pada usia 21 tahun saya termenung dan menetapkan waktu selama sembilan tahun untuk mendapatkan sekitar S$600.000 (sekitar US$450.000),” katanya, memperhitungkan tingginya biaya hidup di kota sekaligus negara termahal itu.

Selama sembilan tahun, dia menerjuni beberapa pekerjaan serta menggunakan pengetahuan finansialnya untuk berinvestasi di pasar saham.

Langkahnya dimulai dengan saham-saham Singapura berkapitalisasi kecil sebelum membeli ekuitas Amerika Serikat (AS) yang jatuh setelah krisis keuangan tahun 2008.

Meski sedikit-demi sedikit mampu mendulang pundi, Anna juga mempraktikkan gaya hidup yang hemat.

Hidup Sederhana

Dia menghindari apa yang dia sebut sebagai ‘mentalitas kafe’. Menurutnya, ini merupakan kesalahan umum bagi generasi milenial dan dapat menyebabkan pengeluaran sembrono.

Sebaliknya, ia membatasi pengeluarannya hanya sebesar S$100 dolar per pekan (sekitar US$75) dan hanya satu kali liburan yang memanjakan per tahun.

“Saya tidak akan mengatakan saya berjuang, saya hanya menyusun anggaran. Begitu saya mulai melakukannya, itu menjadi semacam obsesi,” lanjut Anna.

Pada usia 30 tahun, Anna telah memantapkan dirinya sebagai jutawan dalam dolar AS, serta memutuskan menggunakan pengalamannya untuk membantu orang lain menjadi lebih sadar finansial.

Pada 2015, ia mendirikan platform konsultasi keuangan bernama ‘The New Savvy’ yang ditujukan untuk wanita Asia. Menurutnya, wanita Asia secara signifikan kurang mendapatkan pelayanan outlet-outlet tradisional.

“Untuk waktu yang lama wanita, terutama di Asia, telah dikondisikan untuk berpikir mereka tidak pandai berurusan dengan uang. Saya ingin mengubah itu,” kata Anna.

Platform ini menyediakan berbagai program, artikel, dan acara e-learning untuk membantu pengguna memahami bagaimana membuat uang mereka menghasilkan.

“Banyak orang tidak memiliki tujuan keuangan. Mereka [tujuan-tujuan] tidak harus besar, tetapi Anda memerlukannya untuk tahu arah Anda berjalan,” terang Anna.

Dia pun merekomendasikan membuat daftar target yang ingin Anda capai serta mengalokasikan kerangka waktu untuk masing-masing, sebelum melihat strategi investasi yang akan digunakan.

“Memahami apa yang Anda inginkan dan kapan Anda ingin mencapainya adalah motivator yang hebat. Itulah yang mendorong saya di usia 21 tahun,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper