Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perabot Dapur Diburu Para Ibu dan Konsumen LN

Bisnis perlengkapan dapur handmade makin moncer. Produk ini tak hanya dilirik oleh konsumen lokal, tetapi juga luar negeri. Keuntungan yang didapat dari bisnis ini terbilang besar.n
  Perlengkapan dapur
Perlengkapan dapur

Bisnis.com, JAKARTA- Bisnis perlengkapan dapur handmade makin moncer. Produk ini tak hanya dilirik oleh konsumen lokal, tetapi juga luar negeri. Keuntungan yang didapat dari bisnis ini terbilang besar.

Rekam jejak Retno Hastuti pemilik GSW Woodcraft di bisnis ini ternyata terjadi tanpa sengaja. Kala itu, ada seorang teman menawarkan kayu limbah dari produksi furnitur. Tanpa pikir panjang, Retno dan suaminya mengambil bongkahan kayu sisa tersebut.

Retno dan Hary mulai membuat desain perabot dapur seperti wadah bumbu dapur, tempat pisau, dan mangkuk buah. Seiring berjalannya waktu, produk GSW Woodcraft makin dikenal di kota Malang. Karena itu, Retno tak bisa mengandalkan kayu sisa limbah furnitur.

“Kami beli kayu gelondongan jenis pinus atas izin Perhutani. Namun, untuk beberapa produk kami masih menggunakan kayu bekas peti kemas.”

Agar makin menarik, dia juga menambahkan lukisan di atas permukaan kayu. Lukisan bertema buah dan binatang tersebut tampil dengan desain yang menarik dan rona yang cerah. Retno menggunakan cat air (waterbased). Selain aman bagi tubuh, cat air juga bisa membuat gradasi warna yang cantik.

Kendati demikian, Retno tak memungkiri adanya kendala ketika membuat lukisan.

“Proses pemotongan kayu cukup mudah. Karena masih handmade, terkadang perasaan atau mood para pekerja memengaruhi hasil akhir lukisan.”

Untuk produksi, Retno dibantu oleh 10 orang perajin. Dengan tim tersebut dia bisa menghasilkan 600—800 produk per bulan.

Tak hanya Retno, Homaedy juga memanfaatkan material sisa sebagai bahan baku. Dia menyayangkan banyaknya limbah kayu jati yang dibuang oleh para pengusaha mebel di Situbondo, Jawa Timur.

“Pengusaha hanya ambil batang pohon jati, bukan akarnya. Kalau hanya jadi sampah rasanya sayang,” kata Homaedy.

Homaedy mengaku awalnya semua pengerjaan masih menggunakan peralatan tradisional. Meski memakai peralatan tradisional, hasil kerajinannya tidak kalah bagus dan indah dibanding produk yang dihasilkan menggunakan tenaga mesin.

Seiring dengan meningkatnya pesanan, Homaedy mulai mengaplikasikan teknologi mesin. Selain efektif dan cepat, penggunaan peralatan modern ini diharapkan mampu memenuhi target hasil produksinya. Berkat perlengkapan modern ini, dia hanya bisa menghasilkan ratusan produk per bulan. Kini, dia dibantu oleh 40 orang pekerja, dia mampu memproduksi satu kontainer yang berisi ribuan produk setiap bulan.  

Lebih lanjut, Homaedy tak menggunakan pelitur atau finishing kimia untuk melapisi permukaan kerajinan akar kayu jati ini. “Agar permukaan halus, saya gunakan amplas. Jadi, wadah-wadah akar kayu jati ini aman digunakan untuk makan atau minum.”

Bahan baku limbah akar jati tersebut bisa didapatkan dengan mudah. Awalnya, dia mengambil sisa akar jati dari daerah Situbodo. Kini, dia memiliki beberapa pengepul yang ada di Ngawi, Situbondo, dan Bojonegoro.

“Perajin yang membuat produk dari akar kayu jati belum banyak. Makanya, bahan baku ada terus.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper