Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Rendang Kering Nan Gurih, Zul Raup Rp200 Juta/Bulan

Rendang merupakan makanan khas Sumatera Barat yang disukai oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Cita rasa gurih pedas yang terdapat dalam makanan ini pasti berhasil menggoyang lidah dan membuat ketagihan.
 Rendang Kering Aneka Rasa 'Kokoci'
Rendang Kering Aneka Rasa 'Kokoci'

Bisnis.com, JAKARTA - Rendang merupakan makanan khas Sumatera Barat yang disukai oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Cita rasa gurih pedas yang terdapat dalam makanan ini pasti berhasil menggoyang lidah dan membuat ketagihan.

Penggemarnya tak hanya masyarakat lokal, tetapi juga warga asing. Tak heran, salah satu kantor berita internasional pernah mendaulat rendang sebagai salah satu makanan paling enak di dunia.

Kelezatan rendang tidak didapatkan secara instan. Butuh waktu sekitar 6—7 jam agar bumbu balado menyerap ke dalam daging sapi. Kombinasi bumbu dan proses memasak secara cermat pun harus dilakukan secara seksama.

Makanya, banyak masyarakat memilih datang ke rumah makan padang terdekat untuk menyantap rendang, ketimbang memasaknya sendiri di dapur.

Fenomena ini tak pelak melahirkan peluang bisnis, yaitu rendang instan siap saji. Para pelaku usaha yang terjun ke usaha ini menawarkan berbagai jenis rendang kering bercita rasa lezat. Peluang inilah yang ditangkap oleh Zulfayetri. Di bawah bendera Kokoci, pria asal Payakumbuh, Sumatera Barat ini memulai bisnisnya sejak 2005.

Dia mengaku produk rendang yang dia produksi tak ada yang baru. Kendati demikian, dia membubuhkan inovasi rendang kering yang bisa disantap kapan saja. Dia juga membuat kemasan representatif agar rendang bisa dibawa kemana-mana dan dijadikan sebagai oleh-oleh khas Sumatera Barat.

Rendang Kokoci memang berbeda dengan rendang yang ada di pasar. Jika biasanya makanan yang terbuat dari kombinasi daging, santan, dan rempah-rempah tersebut hanya bisa bertahan tiga hari hingga satu minggu, rendang Kokoci bisa tahan sampai satu tahun. “Kami tidak pakai bahan pengawet. Ini karena minyak di rendang kami tiriskan hingga kering,” ucap Pria yang akrab disapa Zul ini.

Jenis rendang yang Zul tawarkan pun bermacam-macam. Ada rendang daging, paru, telur, belut, runtiah (daging suwir), ubi maco (ikan teri), sampai rendang ikan lele. Alasan dia menyediakan banyak varian rendang agar konsumen bisa memilih sesuai selera. Dibantu 30 orang pekerja, Zul kini bisa memproduksi 100 kilogram rendang per hari.

Zul membanderol rendang buatannya mulai dari Rp20.000—Rp55.000 untuk setiap kemasan. Satu kemasan berisi sekitar 185 gram—200 gram rendang kering yang siap disantap bersama nasi hangat. Dari bisnis ini dia bisa memeroleh omzet Rp150juta—Rp200juta setiap bulan.

Zul menuturkan dia masih mempertahankan proses memasak tradisional, yaitu menggunakan tungku dan kayu bakar. Meski saat ini banyak produsen yang beralih menggunakan kompor, cita rasa rendang yang dihasilkan kala memasak menggunakan kayu bakar lebih enak.

Meski rendang termasuk kuliner tradisional, Zul dan Merry sangat memerhatikan kemasan. Zul menawarkan tiga kemasan, yaitu plastik tebal, kardus karton, dan kaleng. Di sisi lain, Merry membungkus rendang buatannya dengan aluminium foil di bagian dalam dan karton di bagian luar.

Kedua pelaku usaha rendang menganggap kemasan adalah hal penting. “Banyak orang membeli rendang untuk oleh-oleh bagi keluarga atau kerabat. Makanya, kemasan harus higienis,” kata Zul.

Terkait pemasaran, Zul menerapkan beberapa strategi. Awalnya, dia menjual rendang lewat promosi mulut ke mulut (word of mouth). Seiring dengan berjalannya waktu, rendang Kokoci pun makin dikenal masyarakat.

Bahkan, saat ini Zul telah memasarkan rendangnya ke toko ritel modern di Jakarta. “Jumlah yang dijual di toko modern memang belum banyak karena kapasitas produksi masih terbatas,” katanya. Di kota Padang sendiri, dia memiliki tiga toko yang menjual rendang dan berbagai oleh-oleh khas Minang.

Semakin luasnya jangkauan pasar rendang siap saji tak pelak membuat bisnis ini semakin bergairah. Tak heran, kini banyak bermunculan produsen-produsen yang menawarkan produk serupa.

Menanggapi hal ini, Zul mengaku tidak takut. Justru, menurut dia, persaingan yang dia hadapi terbilang sehat. Setiap produsen memiliki karakter dan cita rasa rendang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, masing-masing pelaku usaha pasti punya pasar sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper