Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Angka Kelahiran Meningkat, Bisnis Baju Bayi kian Moncer

Sebagai salah satu negara dengan angka kelahiran (natalitas) tinggi, setiap hari pasti ada ibu yang melahirkan bayi di Indonesia. Fenomena ini bisa dilihat dari dua kacamata berbeda, yaitu pemerintah dan pengusaha. Pemerintah mungkin memandang tingginya natalitas bisa menjadi masalah dan perlu diperhatika
Aneka Baju Bayi. Bisnis kian moncer/Istimewa
Aneka Baju Bayi. Bisnis kian moncer/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA--Sebagai salah satu negara dengan angka kelahiran (natalitas) tinggi, setiap hari pasti ada ibu yang melahirkan bayi di Indonesia. Fenomena ini bisa dilihat dari dua kacamata berbeda, yaitu pemerintah dan pengusaha. Pemerintah mungkin memandang tingginya natalitas bisa menjadi masalah dan perlu diperhatikan.

Oleh karena itu, pemerintah menggalakkan program Keluarga Berencana demi menahan laju peningkatan penduduk.
 
Hal ini tentu berbeda jika dilihat melalui perspektif bisnis. Bertambahnya jumlah anak tentu membuka potensi pasar nan menggiurkan. Para orang tua tentu membutuhkan beragam perlengkapan bayi. Jenisnya bermacam-macam, mulai dari kasur, baju, sepatu, peralatan makan, dan lainnya.
 
Selain pernak-pernik pendukung lain, setiap bayi pasti membutuhkan baju untuk melindungi tubuh mereka yang ringkih. Tak heran, banyak pelaku usaha yang terjun ke bisnis ini. Meski ramai, usaha baju bayi tak seramai baju untuk anak, remaja, bahkan orang dewasan.
 
Besarnya peluang yang bisa digarap dari bisnis ini dimanfaatkan secara maksimal oleh Novi. Di bawah merk Kyaa, perempuan yang tinggal di Jakarta ini merintis bisnis sejak 2013.
 
Berbeda dengan produsen baju anak pada umumnya, dia fokus memproduksi baju untuk anak umur 0-1 tahun. Hal ini dia lakukan bukan tanpa alasan. Sebagai seorang ibu, dia sering kali merasa kesulitan mencari baju berkualitas untuk bayinya. "Kalaupun ada, baju-baju tersebut dijual oleh brand asing yang harganya mahal sekali," kata lulusan desain grafis ini.
 
Menganggap masalah ini juga dirasakan oleh kaum ibu lainnya, Novi mencoba peruntungan dengan memproduksi baju-baju bayi. Untuk desain, dia menawarkan konsep yang berbeda dengan pelaku usaha lain. Dia mengaplikasikan desain baju bayi yang sederhana, berkulitas, tetapi dijual dengan harga terjangkau.
 
Jenisnya pun beragam, mulai dari baju terusan (jumpsuit), kemeja, blus, dan rok. Agar makin menarik, dia menggunakan katun jepang aneka motif. Namun demikian, menurut Novi, produk yang paling laku adalah jenis jumpsuit.
 
Dia menjual produknya melalui situs www.kyaababy.com. Dia memilih dunia maya karena biayanya tak mahal, tetapi bisa menjangkau konsumen lebih luas. Seiring berjalannya waktu, Kyaa kebanjiran order. Pelanggannya tak lain adalah ibu-ibu muda yang termasuk golongan menengah. "Konsumen saya rata-rata adalah para orang tua baru yang gemar berbelanja online."
 
Harga baju Kyaa dibanderol mulai dari Rp100.000-190.000 per potong. Margin keuntungan yang Novi dapat dari bisnis baju bayi terbilang besar, yaitu di atas 50%.
 
Novi menggunakan bahan katun jepang. Bahan impor ini dipilih tak lain karena seratnya yang lembut. "Faktor utama yang harus diperhatikan adalah kenyamanan anak. Saya gunakan katun jepang meski harganya mahal," kata Novi.
 
Lebih lanjut, menurut dia, bahan katun jepang memiliki corak yang bervariasi. Motif-motif ini akan membuat tampilan baju bayi kian trendi. Dia biasa membeli katun jepang di beberapa pusat bahan di Jakarta, misalnya pasar Tanah Abang dan Pasar Baru.
 
Para pelaku usaha di bidang ini mengaku menjahit baju anak lebih sulit ketimbang menjahit baju untuk remaja atau orang dewasa. Hal ini tak lain karena ukuran baju yang mini dan jahitan yang kecil. Oleh karena itu, penjahit harus memperhatikan jahitan hingga ke detailnya.
 
Untuk memulai bisnis ini, pelaku usaha bisa merekrut penjahit atau menggunakan jasa konveksi. Novi menggunakan opsi pertama yaitu mempekerjakan penjahit di rumahnya. Dia mengaku kesulitan mendapat penjahit yang terbiasa memproduksi baju bayi. "Penjahit baju dewasa biasanya tidak mau menjahit pakaian bayi karena rumit," katanya. Kini, dibantu dua penjahit, Novi hanya mampu memproduksi 70-100 potong baju per bulan.
 
Soal peluang, Novi mengaku pasar baju bayi usia 0-1 tahum memang sempit. Namun, potensi yang bisa digarap cukup besar. "Celahnya memang sempit. Asalkan kreatif dan bisa kasih produk berkualitas, pelaku usaha pasti bisa menarik perhatian konsumen dan meraih untung besar."

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper