Bisnis.com, PALEMBANG—PT Hindoli, perusahaan kelapa sawit anak usaha Cargill Tropical Palm Holdings di Singapura di Sumatra Selatan, mengalokasikan dana senilai Rp1,5 miliar untuk program Corporate Social Responsibility sepanjang 2014.
Corporate Affairs PT Hindoli Nuning Maryati Nuning Maryati mengatakan sebagian dari dana tersebut disisihkan untuk program pemberdayaan masyarakat berkelanjutan.
Salah satu program tersebut adalah pemberdayaan 45 petani swadaya di sekitar perkebunan di kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatra Selatan, di bawah koperasi Tani Maju.
Program yang dijalankan sejak 2012 ini telah mendorong para petani itu mendapatkan sertifikat RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) pada pertengahan 2014.
“Program ini termasuk salah satu CSR kami. Namun, karena ini bukan program yang sekali selesai, budget-nya juga berkelanjutan. Sesuai keperluan,” ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (24/10/2014).
Demi mendapatkan sertifikat RSPO, terdapat 8 prinsip dan 39 kriteria yang harus ditaati. RSPO sendiri adalah asosiasi para pelaku industri kelapa sawit yang mempromosikan pengembangan dan penggunaan minyak kelapa sawit yang berkelanjutan.
Sebagai bukti penerapan RSPO, dilakukan audit dan sertifikasi oleh pihak ketiga yang independen yang berperan sebagai lembaga sertifikasi. Audit ini berlaku secara independen, dan bagi para petani swadaya, difasilitasi oleh PT Hindoli.
Chief Farmer Development Operator Manager Joko Priadi menambahkan saat ini terdapat potensi lebih dari 10.000 hektare lahan petani sawit swadaya di sekitar kebun PT Hindoli. Hanya saja, petani yang berhasil didekati untuk dibina baru 45 Kepala Keluarga dengan lahan seluas 90 hektare.
Tentu saja, lanjutnya, tidak sembarang petani bisa ikut serta dalam program itu karena harus memenuhi tiga kriteria, yakni lahannya berstatus hak milik, bibitnya berkualitas, dan punya komitmen untuk mengikuti SOP (Standard Operation Procedure) dari PT Hindoli.
“Sebenernya petani plasma kami sudah banyak, hanya saja kurang nyaman jika Petani swadaya yang jadi tetangga kami belum bisa memaksimalkan produknya,” katanya.
Petani plasma adalah petani lokal atau transmigran yang menerima kredit dari pemerintah dalam bentuk kebun. Petani tersebut berkewajiban mengelola kebun yang dimiliki dengan baik sesuai bimbingan perusahaan inti, menjual hasil produksi kebun kepada perusahaan inti, dan melunasi kredit.
Saat ini, PT Hindoli membawahi 8.800 KK petani plasma dengan 20.000 hektare lahan kelapa sawit. Perusahaan yang berdiri 1995 ini memiliki lahan ini seluas 19.000 hektar dan dua Pabrik pengolahan.
Ke depannya, PT Hindoli berencana untuk mendekati lebih banyak Petani swadaya atau mandiri. Saat ini yang tengah dijajaki sekitar total 50-500 hektare lahan sawit yang dimilik Petani mandiri di sekitar perkebunan perusahaan.
“Masih banyak Petani swadaya yang memiliki potensi untuk maju. Kami akan mengidentifikasi mereka, memperluas jaringan koperasi, dan membuktikan bahwa kelapa sawit bisa diproduksi secara berkelanjutan dan meningkatkan taraf hidup petani,” pungkasnya.