Bisnis.com, JAKARTA - Semakin banyak variasi topeng yang dibuat dengan kualitas yang baik, membuat peluang penjualan topeng tak hanya berkutat bagi penggemar anime atau cosplay. Misalnya Doni Gumar dengan Urbanmask-nya yang telah banyak diajak kerja sama dalam pembuatan film dan video klip.
Pria yang memulai bisnis pembuatan topeng sejak 2010 itu mengaku pernah ikut dalam pembuatan video klip sebuah band untuk membantu efek visual dengan produk topeng dan kostum yang ia produksi. “Sekarang juga sudah diajak untuk bantu special effect di film,” katanya.
Bisnis yang digelutinya tersebut, berawal dari kegemarannya bereksplorasi membuat berbagai topeng sederhana sejak SMP, setelah masuk kuliah, jaringannya semakin luas ketika berhubungan dengan pegiat teater. Dari sana, dia melihat banyaknya kebutuhan terhadap penggunaan topeng.
Akhirnya, dengan modal sekitar Rp5 juta, Doni pun mulai membeli berbagai peralatan berat untuk mendukung pembuatan topeng, seperti bor dan alat potong, serta mulai melayani pesanan topeng untuk teman-temannya.
Setelah itu, dia mulai berani untuk memasarkannya jasanya secara online. Karena pelaku di bisnis ini yang tergolong masih sangat jarang, Doni pun mendapatkan respon yang baik, mayoritas dari kolektor, penyelenggara kegiatan dan pegiat cosplay.
Doni mengatakan, kualitas topeng dan kostum yang dia produksi dari bahan resin, fiber dan latex itu bisa dilihat dari tiap bagian yang sangat detail, sehingga menimbulkan efek nyata dan natural saat digunakan.
Untuk itu, pembuatan tiap topeng dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti dengan lama pengerjaan sekitar 5-7 hari untuk topeng sederhana tipe half-mask, sedangkan untuk pengerjaan topeng dan kostum yang lebih rumit, bisa membutuhkan waktu yang lebih lama.
Agar kualitas topeng buatannya tetap terjaga, setiap bulannya Doni menetapkan kuota maksimal, yakni 2 kostum full body, 4 helm dan 8 topeng. Hal itu juga dilakukan karena Doni masih terkendala urusan sumber daya manusia.
“Orang yang bisa mengerjakan topeng secara detail sangat jarang. Selain itu, pembuatan topeng ini urusan art dan itu sangat tergantung dengan mood, jadi memang harus bisa dijaga dengan baik,” paparnya.
Adapun, harga yang dipatok Doni untuk setiap karyanya sangat beragam, tergantung dari bahan yang digunakan serta kerumitan desain dan detail. Untuk sebuah half-mask, biasanya Doni membanderol sekitar Rp350.000-Rp500.000. Dia juga pernah mengerjakan proyek pembuatan kostum robot untuk sebuah perusahaan otomotif dengan nilai di atas Rp20 juta.
“Saya patok margin keuntungan dari setiap harga produk sekitar 40%, karena harga bahan naik-turun, meskipun relatif mudah dicari,” katanya.
Pria dengan latar belakang perfilman itu mengatakan, meskipun konsumen topeng dan kostum sangat terbatas, tetapi peluang bisnisnya masih sangat besar. Apalagi jiga berhasil merambah dunia perfilman Indonesia yang saat ini sudah mulai memanfaatkan teknik-teknik efek spesial.
“Penjualan topeng itu tidak ada musimnya, jadi bisa dapat proyek kapan saja, yang penting harus selalu siap menerima berbagai pesanan,” katanya.
Agar bisa menembus pasar industri film, Doni mengatakan para produsen topeng harus berkiblat terhadap industri film luar negeri. Menurutnya, dari sana bisa banyak didapatkan referensi terbaru tentang tren yang tengah berkembang di dunia perfilman.
“Industri pembuatan topeng dan kostum di luar negeri sudah maju, termasuk dari teknologinya. Kita harus banyak belajar dari sana,” imbuhnya.