Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil Lahadalia: Untuk Survive Harus Punya Daya Juang

Dia adalah Bahlil Lahadalia, pemuda kelahiran Banda, Papua, 39 tahun lalu. Mulai awal tahun ini hingga 2018, Bahlil menggantikan Raja Sapta Oktohari sebagai Ketua HIPMI. Berbeda dengan kebanyakan pengusaha muda papan atas yang menjadi pengusaha didukung oleh nasab, Bahlil dapat disebut sebagai pengusaha by nasib.
Bahlil Lahadalia. /Bisnis.com
Bahlil Lahadalia. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah sejarah terjadi di tubuh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Pada awal tahun ini, tepatnya Kamis (12/2/2015), seorang pria yang pernah menjadi sopir angkot dan penjual koran, yang lahir dari pasangan ayah seorang kuli bangunan dan ibu tukang cuci, muncul menjadi ketua dari organisasi para pengusaha muda paling diperhitungkan di Indonesia.

Dia adalah Bahlil Lahadalia, pemuda kelahiran Banda, Papua, 39 tahun lalu. Mulai awal tahun ini hingga 2018, Bahlil menggantikan Raja Sapta Oktohari sebagai Ketua HIPMI. Berbeda dengan kebanyakan pengusaha muda papan atas yang menjadi pengusaha didukung oleh nasab, Bahlil dapat disebut sebagai ‘pengusaha by nasib’.

Mengikuti kisah Bahlil seakan membaca sebuah novel panjang tentang perjuangan bertahan hidup yang berakhir sukses. Kepada Bisnis.com, pria yang riang dan humoris ini mengisahkan jatuh bangun yang berkali-kali dialaminya sejak kanak-kanak hingga menjadi salah satu pengusaha muda nasional yang diperhitungkan.

Lahir dari keluarga yang tidak mampu membuat Bahlil kecil tergerak untuk ikut membanting tulang demi membantu finansial keluarga. Saat di bangku SD dia menjajakan kue di sekolah, naik ke tingkat SMP sempat menjadi kondektur dan saat SMA menjadi part timer  sopir angkot. Namun, di tengah segala keterbatasan, Bahlil selalu menunjukkan prestasi akademik dan menjadi ketua OSIS.

“Orangtua saya pendapatannya kecil. Sementara semua anaknya harus sekolah. Jadi, kalau saya tidak [ikut] kerja, bagaimana? Saya juga capek dihina orang. Akhirnya muncul kenekatan bagi saya bahwa saya harus punya duit. Itu mungkin filosofinya. Saya harus punya duit. Dan, untuk punya duit saya harus kerja.”

Hinaan datang tidak hanya atas kondisi keluarga dan tubuh kurusnya, tetapi juga cita-citanya untuk menjadi pengusaha. Bahlil muda juga pernah dihina oleh seorang lawan jenis, sebuah hinaan yang terus membekas di ingatannya. Hinaan-hinaan itu yang menjadi kekuatannya untuk terus maju.

Memasuki bangku kuliah, Bahlil bukannya mengendurkan ‘keasyikkannya’ bekerja mencari nafkah. Di tengah kesibukan perkuliahan dan padatnya aktivitas sebagai aktivis dan ketua senat kampus, Bahlil semakin gencar berwirausaha.

“Saya yakinkan teman-teman saya, barang [yang dijual] ini visible. Silahkan beli. Saya datangi terus. Dari orang tidak percaya sampai muak lihat saya, saya datangi terus,” ujar Bahlil yang sempat mengalami masa-masa ditolak oleh bank karena penampilannya dinilai tidak meyakinkan.

Bahlil mengaku perjuangan untuk menjadi ‘pengusaha by nasib’ tidak mudah. Jatuh bangun berkali-kali sempat dia rasakan. Pukulan paling telak dirasakannya saat perusahaan tempatnya bekerja dengan gaji Rp35 juta per bulan harus jatuh di usia tujuh bulan.

Selanjutnya, Bahlil yang mencoba bangkit, membangun perusahaan dengan seorang rekan harus kembali menelan pil pahit karena penghianatan sang rekan. Bahlil pun sempat jatuh. Namun, dia teringat firman Allah SWT yang mengatakan tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu sendiri tidak mengubahnya.

“Saya sempat menyendiri juga. Saya pikir hidup susah sudah pernah saya lalui waktu masih kecil dulu. Masa saya harus kembali dihina lagi? Dengan semangat itulah saya kemudian bangkit,” ujarnya.

Perlahan-lahan Bahlil membangun kembali bisnisnya. hingga pada 2008 lahirlah PT Rifa Capital, holding dari 10 perusahaan a.l. PT Ganda Nusantara (shipping), PT Pandu Selaras (pertambangan emas), PT MAP Surveilance (pertambangan nikel), dll. Dia pun aktif bergabung dengan HIPMI sejak 2003.

Bahlil mengakui inspirasi terbesarnya untuk terus berjuang berasal dari sang ayah. Ayahnya yang membanting tulang sebagai buruh bangunan tidak pernah mengeluh dengan kondisi yang ada. Bahkan, saat sakit pun, sang ayah tetap bekerja agar dapat memenuhi  kewajiban menafkahi keluarga.

“Sumber inspirasi terbesar saya selain Rasulullah SAW adalah ayah saya. Kerja kerasnya. Daya juangnya. Orang-orang yang dapat survive adalah orang-orang yang punya daya juang,” ujarnya.

Daya juang, ujarnya, merupakan karakter yang wajib dimiliki seorang pengusaha. Seseorang bisa saja punya kecerdasan pemikiran dan jaringan kuat. Namun, semua itu tidak akan berarti apa-apa jika tidak memiliki daya juang. Baginya, daya juang, pantang menyerah, dan berkeyakinan teguh merupakan karakter yang wajib dan tidak bisa tidak harus dimiliki oleh seorang pengusaha.

Di sisi lain, lanjutnya, pengusaha juga harus cerdas. Cerdas yang dimaksud bukan hanya cerdas dari sisi nilai akademik, tetapi juga cerdas membaca peluang, cerdik dalam memanfaatkan peluang, dan mampu meyakinkan orang lain.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip yang dikemukakan Bahlil, setiap orang dapat menjadi pengusaha yang sukses. Bahkan, dia menegaskan bahwa setiap orang dapat menjadi pengusaha sukses, meskipun bukan keturunan pengusaha, pejabat, atau mereka yang mempunyai fasilitas.

Yang menarik, selama lebih dari dua jam berbincang di kantornya yang berada di kawasan prestisius, Bahlil tidak pernah jauh dari telepon selular jadul  yang hanya dapat digunakan untuk menelpon dan mengirim SMS. Layarnya pun masih dua warna. Kebiasaannya menggunakan ponsel jadul —di tengah banjir produk ponsel pintar—inipun tak luput dari protes rekannya sesama pengusaha.

“Mereka bilang kamu mampu beli, tetapi malah begini dan begitu. Mungkin karena saya dibesarkan di keluarga yang sederhana, saya melihat sesuatu itu dari fungsinya, bukan tampilannya. Saya nyaman begini. Apa adanya. Yang penting tidak mengambil hak orang.”

Alasannya enggan mengganti ponsel jadul itu ke jenis ponsel lain yang jauh lebih canggih sederhana saja. “Baterainya tahan lama. Dan, kalau lagi mati lampu, dapat berfugsi sebagai baterai,” derainya.

Kepada pengusaha-pengusaha muda atau pengusaha pemula yang ‘by nasib’, Bahlil hanya berpesan satu hal, berani. “Pertama sekali, jangan takut untuk memulai. Jangan ragu untuk memulai. Dan, jangan minder melihat orang lain. Kar ena itu, percaya diri. Itu pesan saya.” (ANGGI OKTARINDA/CHAMDAN PURWOKO)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggi Oktarinda
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (4/10/2015)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper