TONY HENRI, Diuntungkan Situasi Krisis

Surya Mahendra & Thomas Mola
Senin, 21 Maret 2016 | 14:56 WIB
Presiden Direktur Insight Tony Henri./Bisnis.com
Presiden Direktur Insight Tony Henri./Bisnis.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Merintis perusahaan dengan modal tekad dan kebersamaan, Tony Henri menjadikan Insight Investments Management sebagai salah satu perusahaan aset manajemen yang unik. Hadir sejak 2003, Insight selalu menempatkan misi sosial masyakarat sebagai salah satu cara berbisnis. Keunikan lain datang dari produk yang dirilis Insight, yang lebih berciri corak keagamaan.

Apa saja kiat, strategi, dan target tahun ini? Berikut petikan wawancara Bisnis dengan Presiden Direktur Insight Tony Henri.

Bagaimana awalnya sehingga bapak bisa berkecimpung di bisnis ini, apakah karena latar belakang pendidikan atau adakah faktor lain?

Latar belakang pendidikan saya itu sarjana teknik dari ITB, Teknik Geologi. Jadi ada hubungan dengan pertambangan, perminyakan. Setelah selesai sarjana, saya melanjutkan kuliah. Kebetulan saya mendapat beasiswa di PPM Manajamen di Menteng.

Saya belajar marketing. Saya menemukan passion saya ada di marketing. Sebetulnya saya merasa diuntungkan karena secara matematis saya lebih kuat. Saya punya feeling dengan angka. Angka itu sesuatu yang menarik bagi saya.

Selesai dari PPM saya kerja profesional, pindah-pindah perusahaan. Terakhir saya kerja di perbankan, di Bank Namura Internusa.

Kemudian 1998 krisis, ada banyak bank tutup. Saya saat itu ikut membantu pemegang saham untuk membereskan urusan di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Saya membantu sampai tahun 2003-an. Setelah itu selesai saya di sini, Insight Investments Management.

Insight berdiri pada 2003. Cita-citanya ingin menjadi pengusaha. Kami semua yang bergabung di sini punya latar belakang yang berbeda-beda. Saya dari perbankan. Ada yang dari sekuritas dan lainnya.

Jadi setelah baru berdiri langsung berhadapan dengan krisis reksa dana?

Pada 2003 kami masih sebagai perusahaan biasa. Pada 2004 baru mendirikan asset management company. Kemudian 2006 terjadi krisis. Kalau dilihat lagi, krisis 2005/2006 itu sebenarnya menguntungkan kami sebagai pemain baru. Kami baru berdiri, tidak ada investor, belum ada klien. Sebagai new comer, harus cari klien, harus membangun trust dan lainnya.

Dalam kondisi begitu, aset manajemen lebih banyak edukasi, lebih banyak assist klien dan justru pada saat itu klien kami banyak. Menurut saya sih pas juga, justru diuntungkan dengan kondisi itu (krisis).

Waktu itu kami masih sangat baru. Kami sebagai shareholder juga sebagai pekerja. Ya bisa dibilang UKM lah. Tim kami awalnya hanya terdiri dari enam sampai tujuh orang saja. Kantor masih kontrak di Jas Plasa. Bloomberg juga kami pinjam dari tetangga. Prinsip kami, apapun caranya perusahaan ini harus jalan.

Dengan tim yang sangat sedikit itu, bagaimana menjaga supaya perusahaan tetap berjalan?

Awal mendirikan Insight, kami berniat mendirikan perusahaan yang memberikan nilai tambah. Visi misi kami fokus di bidang sosial keagamaan. Itu yang kami pegang waktu memulai bisnis. Apapun bisnisnya, kami harus ada efek sosial, sebut saja keagamaan.

Yang pertama waktu itu reksa dana haji. Kami berpikir ke depan dulu, bagaimana running company dulu. Running kemudian stay di sini. Kemudian kami membuat strateginya, rencana apa supaya kami tetap bertahan. Memang kami diuntungkan situasi krisis 2005/2006. Kami bisa assit klien. Akhirnya kami bisa buka reksa dana dan kemudian berkembang seperti sekarang.

Apa kekuatan atau nilai yang diamini bersama tim saat itu?

Menurut saya, kekuatan suatu perusahaan itu ada di komitmen shareholder, bagaimana caranya supaya perusahaan ini bisa jangka panjang. Komitmen kami, seperti saya katakan tadi, biar bagaimanapun, apapun kegiatan kami harus berdampak pada masyarakat sekitar, shareholder dan terutama di sisi sosial dan keagamaan.

Dari awal kami berangkatkan haji dan umrah, kemudian guru, bekerja sama dengan Yayasan Cahaya Guru. Sampai sekarang kami sudah menerbitkan 24 reksa dana. Ke depan kami akan terbitkan lagi. Di pipeline kami sekitar 6--10 reksa dana. Semua reksa dana itu, ada dana yang kami alokasikan untuk sosial.

Sampai hari ini, terdapat lebih dari 15.000 guru yang kami latih. Untuk reksa dana haji, sekitar 200 sampai 300 orang yang berangkat haji atau umrah. Berikutnya, reksa dana renewable energy. Kami kerja sama dengan Yayasan Energi Lestari, dengan masyarakat energi terbarukan. Kami membangun beberapa energi terbarukan. Kami bekerja sama dengan banyak pihak.

Dengan produk yang tersegmen seperti ini, apakah ada kendala untuk mendapatkan pasar?

Satu poin yang paling sering ditanya ialah return. Orang awam bertanya, “return-nya berapa?” “Investasi saya aman atau tidak?”

Khusus untuk kegiatan sosial, yang pasti kami tidak ambil return dari investor. Jadi sebenarnya manajemen kami yang berbagi, perusahaan yang berbagi, tentunya bersama-sama dengan investor karena mereka berinvestasi di kami.

Ini menjadi kekuatan karena sekarang trennya berubah. Kalau dulu orang bilang, take and give, kalau menurut kami give dulu baru take. Strategi perusahaan ialah memberi. Take itu kan panen, kalau give itu tanam.

Oleh karena ini investasi, long term horison, jadi kami harus pakai strategi long term juga. Memberi itu menanam. Walaupun tidak bisa dibilang memberikan pahala, at least kami memberikan sesuatu kepada masyarakat. Dampaknya dirasakan mereka sehingga mereka aware dengan apa yang kita lakukan.

Anda membangun perusahaan ini bersama kolega Anda. Dalam pandangan Anda, pemimpin itu seperti apa?

Pemimpin menurut saya ialah orang yang harus berada di depan. Menjadi imam. Menjadi panutan bagi seluruh tim, bagaimana pemimpin harus berkata, berbuat. Memimpin itu akan menjadi contoh bagi yang lainnya.

Pemimpin bukan seumur hidup. Pemimpin itu hanya bagian dari perjalanan. Jadi saya harus berbagi apa yang saya ketahui, apa ilmu saya. Semuanya harus saya bagi ke karyawan, sampai karyawan yang level paling bawah. Selain berdiri paling depan, pemimpin juga harus siap memindahkan tongkat estafet kepada orang berikutnya sehingga apa yang dia miliki, khususnya kemampuan, bisa diserap oleh bawahan.

Saya katakan kepada karyawan, kalian harus lebih pintar dari saya. Ada yang mau sekolah sampai ke mana pun kami akan support. Mereka tidak akan ada beban karena bagi saya dengan mereka pintar, pekerjaan tim akan semakin mudah. Pemimpin itu lebih ke leadership-nya.

Siapa tokoh panutan dalam memimpin?

Saya suka membaca autobiografi. Orang-orang yang menjadi idola saya itu banyak. Saya tidak punya idola khusus. Itu yang menjadi benchmark. Walaupun tidak bisa menjadi seperti mereka, tetapi satu dua pelajaran dari mereka yang bisa saya lakukan akan saya lakukan.

Kalaupun harus menyebut nama, mungkin sama seperti banyak orang yang menyukai Warren Buffett. Saya juga menyukai Mahatma Gandhi. Buffett menjadi idola karena secara strategi apa yang dia lakukan itu benar, lakukan dengan pemikiran jangka panjang. Gandhi karena seluruh hidupnya bukan untuk diri sendiri. Itu yang kami coba lakukan di sini. Jadi ada dua sisi yakni sisi spritual dan sisi bagaimana running the business.

Apa aktivitas di luar kerja?

Saya aktif di Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI). Kami juga punya yayasan, angkatan saya di ITB, saya ketuanya untuk sosial. Kami membatu teman-teman yang kurang beruntung. Aada yang duluan ditinggal oleh orang tua, kami bantu beasiswa. Di luar itu saya bersama keluarga.

Saya hanya punya waktu Sabtu dan Minggu. Kalau di sini saya jadi pemimpin. Di keluarga saya ikut aja mereka mau apa. Kadang bersama anak bermain bola, traveling karena dia di sekolah selalu diwajibkan bercerita akhir pekan aktivitasnya apa, jalan ke mana.

Saya sendiri suka sepak bola. Tim favorit saya MU. Saya suka MU sejak zaman kuliah, sebelum eranya Eric Cantona. Saya suka MU karena tim ini bukan tim dagang. Mereka dididik melalui akademi. Itu juga yang saya lakukan di sini. Saya lebih senang bagaimana mereka membentuk tim.

Jika disuruh memilih untuk menopang sebuah tim, Anda memilih yang mana, satu orang yang menonjol atau banyak orang tetapi rata-rata?
Saya lebih senang team work dari pada satu orang yang menjadi acuan. Karena apa? Dunia sudah bergeser. Sekarang serba cepat.

At any time informasi dapat dengan sama. Jadi kalau semua diserahkan ke satu orang, saya rasa tidak optimal. Tetapi tim yang bekerja. Sistem yang bekerja. Semua orang mendapatkan informasi yang sama sehingga ketika mengambil keputusan akan lebih cepat.

Saat ini fundamental industri dengan kapasitas pemegang penyertaan masih sangat rendah. Bagaiamana pendapat Anda?

Sampai saat ini pemegang unit penyertaan subscriber di Indonesia baru sekitar 450.000. Investor bisa saja punya dua reksa dana sehingga jumlahnya tentunya lebih sedikit. Angka 450.000 investor jika dibandingkan dengan penduduk Indonesia itu kecil sekali. Jika kita bandingkan dengan tenaga kerja produktif Indonesia yang sekitar 30 juta - 40 juta orang itu juga masih kecil sekali.

Artinya, secara industri, ini sangat menarik karena pertumbuhannya baru pada tahap awal. Sebut saja baru pada level satu. Dalam kondisi demikian, apa yang dibutuhkan? Antara lain perhatian pemerintah untuk literasi, edukasi yang berkelanjutan, aware bahwa investasi di reksa dana itu seperti begini, dapatkan manfaatkan seperti ini, dan sebagainya. Investasi di reksa dana itu ada risikonya.

Kalau kami dari industri saja yang melakukan ini (literasi dan edukasi), kami punya keterbatasan. Beberapa tahun ini kami fokus dengan OJK untuk melakukan literasi. Kami dari sisi pelaku, dalam setahun adakan beberapa literasi. Memang gerakan ini harus dilakukan oleh semua pihak, dan dilakukan secara konsisten.

Target 2017 juga sangat ambisius, bagaiamana pendapat Anda?

Pada 2017, targetnya 5 juta, yang mana menurut saya waktu kami membuat 5 juta itu sesuatu yang luar biasa. Butuh tenaga yang gila-gilaan. Dukungan dari pemerintah, dari kemudahan regulasinya, supaya bisa melakukan transaksi hanya menggunakan ponsel bisa subscribe. Ada beberapa yang dari sisi peraturan biar lebih market friendly.

Kami aktif berkomunikasi dengan OJK. OJK selalu bertanya industri butuh apa lagi. Tetapi memang, mengubah sesuatu tidak bisa instan. Tetapi ke depan saya lihat sih positif.

Dari penajaman regulasi, termasuk tatap muka, apakah masih berjalan?

Sudah, itu yang wawancara langsung subscriber. Bagaimana mungkin satu orang yang mau subscriber di Papua, dan dia subscriber Rp1 juta, kemudian kami harus datang ke sana? Sekarang regulasinya sudah dipermudah.

Ke depan, kami juga lagi bicara mengenai fund net sehingga reksa dana menjadi satu sistem dengan era teknologi. Semua orang mudah untuk subscriber, akses, gampang cari informasi. Itu akan membuat jauh lebih mudah.

Saat ini orang sudah bisa membeli reksa dana di mana-mana. Namun, pertanyaan yang umum ialah mengapa harus membeli reksa dana, bagaiamana caranya, dan lain sebagainya. Masih berupa pertanyaan mendasar. Apakah hal ini berarti masih terkendala pada literasinya?

Kami dari sisi asosiasi sudah menyiapkan kurikulum pendidikan. Ini pekerjaan maraton. Jangka panjang. Selain memberikan edukasi kepada investor yang sudah berpenghasilan, kami juga masuk melalui kurikulum di sekolah-sekolah. Kami minta dari SMP, ada kurikulum karena mungkin 5 atau 10 tahun lagi mereka akan berinvestasi. Target lainnya ialah mereka yang sudah berpenghasilan melalui seminar dan lainnya.

Dulu perbankan sukses dengan program tabungan. Apakah reksa dana juga akan mengikuti jejak tersebut. Apakah kemudahan untuk tabungan reksa dana akan turun lagi menjadi hanya Rp50.000?

Di reksa dana juga ada. Dulu orang perpandangan harus banyak duit dulu untuk berinvestasi. Sekarang sudah bisa dengan Rp100.000. Ada yang usul Rp50.000. Tetapi kami masih melihat apakah secara bisnis, kalau angka sekian kan nombok. Kurang lebih, kalau nombok ada kemudahan apa.

Awal ini kami jalankan dulu Rp100.000. Apakah akan turun menjadi Rp50.000, tentunya kami akan lihat memang itu permasalahannya. Apakah dengan Rp50.000 lantas orang akan berinvestasi? Atau dengan Rp25.000 orang ramai-ramai investasi? Atau dengan 1000 perak tentu bukan di situ masalahnya. Tetapi kita lihat angka yang nyaman dan nggak terlalu besar.

Kami menjalankan dulu Rp100.000. Dengan nilai tersebut, kami hitung return paling aman itu pendapatan tetap. Misalnya 10% setahun - walaupun sekarang sudah susah dapat 10%. Rp100.000 ya dapat Rp10.000. Kalau Rp100.000 pertama, per bulan masuk, di tahun ke berapa kami gga nombok lagi? Ini kan harus paralel dengan literasi, pengetahuan orang. Jangan sampai sudah ada gerakan besar, terus ga mengerti juga reksa dana itu begini. Nanti menjadi pukulan balik ke reksa dana.

Saat ini rataan investor di reksa dana per investor itu cukup besar, sekitar Rp1,5 miliar. Apakah itu artinya masih kurang merata dan hanya sebagian kecil yang mendapakan manfaat?

Saya berpendapat dengan penetrasi ke sekolah-sekolah maka akan menekan rataan itu. Rp1,5 miliar itu terjadi karena ada institusi, tetapi coba dianalisa rataan yang benar-benar berasal dari individu. Saya rasa tidak sampai Rp1,5 miliar juga. Karena ini memang hitungannya dari total reksa dana dibandingkan dengan subscriber, jadi rata-rata segini. Padahal di lapangan jarang juga pribadi yang subscriber reksa dana Rp2 miliar atau Rp3 miliar.

Tahun ini apakah ada target khusus untuk reksa dana?

Pipeline kami bulan ini masuk dua atau tiga. Bulan depan juga. Kalau dari target perusahaan, saya harus menggandakan asset undermanagement kami. Alasannya MEA sudah mulai. Minimum dana kelolaan US$500 juta atau setara dengan Rp6 triliun sampai Rp7 triliun. Dana kelolahan kami saat ini hampir Rp4 triliun. Saya harus double ini.

Kami harus menunjukkan bahwa Insight sebagai perusahaan tidak ada siapa-siapa di belakang. Tidak di-back up capital besar. Tidak ada banking. Kami betul-betul bumiputra yang bisa masuk 10 besar aset menejemen, bisa bermain di level Asean. Dan saya rasa kami mampu itu di tahun ini.*

TONY HENRI, Diuntungkan Situasi Krisis

Biodata


Nama Lengkap: Tony Henri Situmorang

Riwayat Pendidikan:

1995 – 1996, Sekolah Tinggi Managemen - PPM ( S2 )
1989 – 1994, Institut Teknologi Bandung ITB( S1 )                                          
1997, Securities Analyst LMKA
1997 – 1999, Training Perpajakan dan Training Ekpor Impor

Pengalaman Kerja:                      
April  2010 – sekarang, Direktur Utama di PT. Insight Investments Management         
2004 – 2010, Fund Manager di PT. Insight Investments Management             
1997 – 2004, Corporate Planning & Strategy di PT. Bank Namura Internusa
1996 – 1997, Brand Manager di PT. Panjang Jiwo Pangan Makmur    
1996 – 1997, Assistant Marketing Manager di PT. Kuperin Karya Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Senin (21/3/2016)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper