Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tajir Melintir, Warren Buffett Bisa Incar Perusahaan Ini

Entah karena ingin berhemat atau memang sedang menunggu saat yang tepat, mahaguru saham mendunia Warren Buffett belum lagi kedengaran sepak terjangnya.
Orang Terkaya Dunia Warren Buffet/Reuters
Orang Terkaya Dunia Warren Buffet/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Entah karena ingin berhemat atau memang sedang menunggu saat yang tepat, mahaguru saham mendunia Warren Buffett belum lagi kedengaran sepak terjangnya.

Tahun lalu saja, pemilik Berkshire Hathaway Inc. ini berinvestasi besar-besaran di Apple bahkan mengalirkan miliaran uangnya ke dalam investasi di bank-bank terbesar Amerika Serikat (AS). Tapi tahun ini tampaknya belum ada cerita yang menarik.

Padahal, ketika saham-saham mencetak rekor tertingginya, Berkshire membukukan penjualan saham bernilai US$1 miliar lebih banyak dibandingkan dengan yang dibeli pada kuartal lalu. Ini merupakan nilai penjualan bersih terbesar yang dicatat Berkshire sejak akhir 2017.

Investor kenamaan itu belum lagi melakukan akuisisi besar dalam beberapa tahun, bahkan memperlambat pembelian kembali saham Berkshire pada kuartal kedua. Hasilnya, nilai uang tunai perusahaan melonjak ke rekornya yakni US$122 miliar pada kuartal lalu.

“Melihat jumlah berikut penggunaan uang tunai mereka dalam beberapa kuartal terakhir, akan sulit untuk tidak kecewa bahwa mereka belum membeli perusahaan manapun, belum membeli banyak saham, dan belum membeli kembali saham mereka sendiri,” ujar Jim Shanahan, seorang analis di Edward Jones, seperti dilansir dari Bloomberg.

Pertumbuhan nilai tersebut, di satu sisi, merupakan cerminan dari kekuatan operasi bisnis yang telah dihimpun oleh Buffett dan memungkinkan fleksibilitasnya untuk mengambil langkah cepat ketika transaksi besar muncul.

Di sisi lain, Buffett mengatakan jumlah uang sebesar itu "jauh melampaui" tingkat yang dia inginkan. Dalam surat terbarunya kepada para pemegang saham, Buffett mengatakan sedang memburu akuisisi jumbo. Namun saat ini, hal-hal seperti itu dipandang terlalu mahal.

"Di tahun-tahun mendatang, kami berharap dapat memindahkan sebagian besar kelebihan likuiditas kami ke dalam bisnis yang akan dimiliki secara permanen oleh Berkshire," tulis Buffett.

“Prospek langsung untuk itu, bagaimanapun, tidak bagus. Harga-harga tampak sangat tinggi untuk bisnis dengan prospek jangka panjang yang layak,” jelas legenda berusia 88 tahun ini, dikutip dari Fox News.

Pertanyaan bagi para investor kini adalah berapa lama Buffett bersedia menunggu untuk menemukan peluang dengan harga yang dinilainya pantas.

Setelah memegang uang tunai bernilai lebih dari US$100 miliar sejak akhir 2017, nyatanya ia mau memutuskan melakukan lebih banyak pembelian kembali saham pada 2018.

“Secara jangka panjang, memiliki keyakinan telah benar-benar terbukti menjadi strategi yang tepat,” ujar Paul Lountzis, presiden Lountzis Asset Management yang ambil bagian mengawasi investasi dalam saham Berkshire.

“Sangat sedikit orang yang memiliki keberanian sebagai CEO perusahaan untuk duduk dan bersabar. Berdasarkan rekam jejaknya, ia [Buffett] mampu melakukannya,” tambah Lountzis.

Sebagian dari uang tunai yang dimiliki Berkshire kabarnya memang akan segera dikucurkan. Berkshire setuju untuk menyuntikkan US$10 miliar berupa ekuitas preferen di Occidental Petroleum Corp. guna membantu membiayai akuisisi Anadarko Petroleum Corp.

Tahun lalu, Buffett menghabiskan lebih dari US$15 miliar untuk saham Apple. Dia juga berinvestasi pada sejumlah bank dan maskapai penerbangan, bahkan meningkatkan porsi kepemilikannya di Bank of America.

Buffett cenderung memilih berinvestasi di perusahaan-perusahaan dengan neraca kuat yang ia yakini diperdagangkan di bawah nilai pasar mereka dan bisa ia pertahankan untuk jangka panjang.

Tak seorang pun, kecuali Buffett, tangan kanannya Charlie Munger, dan orang-orang kepercayaan terdekatnya, benar-benar tahu apa yang bakal diincar Berkshire selanjutnya.

Namun awal tahun ini, Wells Fargo memperhatikan perusahaan-perusahaan yang diyakini dapat menjadi target akuisi oleh Berkshire.

Berdasarkan ukuran valuasi, Wells Fargo menyimpulkan sejumlah perusahaan yang dapat dibeli oleh Berkshire, di antaranya adalah Bed Bath & Beyond, CBOE, Micron Technology, Capri Holdings, dan Regeneron Pharmaceuticals.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper