Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merchandise, Sang Juru Selamat Band Indie

Jangan meletakkan telur-telur dalam satu keranjang. Begitulah pepatah yang diterapkan band indie. Anak band ini juga tak hanya mengandalkan pendapatan dari konser saja.
Band pop punk Pee Wee Gaskins memiliki ruang di hati penggemarnya. Band ini juga mencari peluang pendapatan dari penjualan merchandise resmi yang dijual secara langsung saat event tertentu maupun lewat platform dagang el punya peran./Rezha Hadyan
Band pop punk Pee Wee Gaskins memiliki ruang di hati penggemarnya. Band ini juga mencari peluang pendapatan dari penjualan merchandise resmi yang dijual secara langsung saat event tertentu maupun lewat platform dagang el punya peran./Rezha Hadyan

Bisnis.com, JAKARTA –Mungkin selama ini banyak yang menganggap pernak-pernik atau merchandise resmi dari suatu band tak lebih dari sekadar pelengkap yang digunakan memeriahkan suasana ketika mereka menyelenggarakan konser atau temu sapa dengan para penggemarnya.

Awalnya memang demikian, pendapatan suatu band yang diperoleh dari penjualan merchandise resmi sangatlah kecil apabila dibandingkan dengan pendapatan dari royalti penjualan album fisik. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, penjualan album fisik terus mengalami penurunan di era digital.

Mengandalkan pendapatan dari konser saja tentunya sulit. Permintaan manggung tidak datang begitu saja, terlebih bagi band indie dengan genre yang berbeda dengan selera kebanyakan orang atau anti-mainstream.

Bahkan tak jarang pula diantaranya yang terseok-seok lantaran tidak bergabung dengan platform layanan streaming musik seperti Spotify, JOOX, dan lain-lain.

Tentu satu-satunya harapan agar bisa bertahan dan tetap menelurkan karya-karya baru adalah pendapatan dari penjualan merchandise resmi.

Alditsa Sadega, vokalis yang juga basist dari band pop punk Pee Wee Gaskins menyebut merchandise resmi yang dijual secara langsung saat event tertentu maupun lewat platform dagang el punya peran yang sangat penting.

Menurut pria yang tenar dengan nama panggung Dochi itu, tak jarang pendapatan dari penjualan merchandise resmi menjadi juru selamat bagi band tersebut.

Merchandise dan musik itu dua hal yang saling berhubungan. Nggak jualan merchandise kita nggak bisa berkarya atau main musik. Penghasilan Pee Wee Gaskins dari merchandise itu kedua setelah manggung,” katanya dalam sebuah diskusi yang digelar di M Bloc Space, Jakarta Selatan, Jumat (7/2/2020).

Lebih lanjut, menurut Dochi merchandise resmi punya pangsa pasarnya tersendiri, yaitu mereka yang benar-benar mengekspresikan dirinya sebagai Dorks, Dorkzilla, atau Tatiana, sebutan bagi penggemar setia Pee Wee Gaskins.

Merchandise, Sang Juru Selamat Band Indie

Merchandise menjadi pendapatan kedua terbesar dari band Pee Wee Gaskins. Mereka pun memproduksi kaus untuk mempererat hubungan dengan penggemar./ sumber foto: instagram

Dia menyebut penjualan merchandise resmi band yang dibentuk pada 2007 itu masih didominasi oleh kaos oblong dengan beragam desain.

“Sekarang perbulan omzetnya bisa 35-50 juta untuk kaos oblong, kita belum ada reseller. Hanya jual langsung lewat e-commerce atau bawa merchandise ketika manggung di luar kota. Transaksinya untuk yang manggung di luar kota ini bukan di venue [konser] ya, tapi di hotel tempat kita menginap. Fans datang bertransaksi sekalian untuk meet and greet juga dengan personil. Nggak ada merchandise guy, untuk memangkas biaya [operasional] langsung dengan personel [transaksinya],” paparnya.

Selain kaos Oblong, Dochi menyebut merchandise resmi Pee Wee Gaskins yang banyak dicari oleh penggemar setianya adalah rokok elektrik atau vape yang baru diluncurkan tahun lalu.

Dia tak menyangka kalau permintaan vape yang pembuatannya berkolaborasi dengan CoilArt itu akan membludak.

“Sekarang sudah 30.000-an mungkin diproduksinya, kurang dari setahun. Sudah repeat (ulang) produksinya sampai tiga kali. Mungkin karena vape ini lagi hype juga saat ini ya,” ungkapnya.

Dochi menambahkan dirinya secara pribadi juga menjual produk-produk pakaian dengan brand tersendiri bersama dengan personil lainnya dengan saluran distribusi yang terpisah. Namun, dirinya menjamin brand tersebut tidak akan mengganggu penjualan merchandise resmi dari Pee Wee Gaskins.

“Sunday Sunday Co. (brand pakaian besutan Dochi) tidak akan kanibal dengan brand punya personel lain Pee Wee Gaskins apalagi merchandise resmi. Semua ada pangsa pasarnya masing-masing,” imbuhnya.

Sementara itu Arian Arifin, vokalis band metal Seringai mengatakan merchandise resmi dan band metal merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Pasalnya, kultur penggemar musik metal yang senang mengoleksi berbagai benda yang berbau band kesayangannya.

“Kulturnya memang begitu mengoleksi merchandise resmi sebagai bentuk ekspresi diri. Gue pribadi juga mengoleksi beberapa kaos band dari luar negeri. Itu adalah sebuah artwork yang sebelumnya diterjemahkan menjadi poster dan akhirnya saat ini berbentuk kaos oblong,” katanya.

Pria yang beken dengan nama panggung Arian13 itu mengungkapkan selama ini penghasilan dari penjualan merchandise resmi punya andil besar terhadap kelangsungan Seringai.

Sebagian biaya yang dikeluarkan untuk rekaman atau pembuatan video klip disumbangkan oleh penghasilan dari penjualan merchandise resmi, khususnya kaos oblong.

“Rekaman atau pembuatan video klip itu biayanya 50% dimodalin sama hasil penjualan merchandise resmi. Kadang juga ada hasil penjualan merchandise resmi yang dikhususkan untuk hal tertentu, semisal proyek khusus atau disumbangkan ke teman-teman yang sedang membutuhkan, entah sakit atau lain-lainnya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, menurut Arian13 pihaknya melakukan pembaruan desain kaos oblong yang menjadi merchandise resmi sampai dengan empat kali setiap bulannya.

Selain itu, disiapkan pula desain khusus yang jumlahnya terbatas tak lebih dari 200 potong ketika Seringai manggung di event tertentu seperti Sychronize Fest atau Java Rockin’Land.

“Desain-desain klasik seperti logo itu tetap ada, karena selalu dicari orang. Ada juga yang kolaborasi dengan Raisa, Seringai X Raisa. Sekarang sudah produksi sampai 15.000 kaos. Hasilnya dibagi dua tapi sama manajemen Raisa,” ujarnya.

Masih berkaitan dengan desain kaos oblong, Arian13 mengungkapkan bahwa salah satu desain yang banyak dicari oleh Serigala Militia, sebutan untuk penggemar setia Seringai adalah Lencana.

Namun sayangnya, desain tersebut tak diproduksi ulang lantaran dianggap subversif. Desainnya sederhana, di bagian depan bergambar ilustrasi seorang polisi yang memegang tongkat dan di bagian belakang terdapat tulisan “Melindungi dan Melayani Siapa?”.

Adapun untuk distribusi merchandise resmi, band yang dibentuk pada 2002 itu mengandalkan penjualan ritel lewat distribution outlet (distro) yang tersebar di sejumlah kota di Tanah Air dengan sistem konsinyasi 25% untuk distro.

Namun, strategi penjualan lewat meet and greet seperti yang dilakukan oleh Pee Wee Gaskins juga tak jarang dilakukan.

“Bayangin tuh, meet and greet di lobby atau kadang di parkiran hotel ada banyak anak metal datang kaya apa jadinya,” selorohnya.

Arian13 tak segan-segan membuka sebagian rahasia dibalik penjualan merchandise resmi Seringai. Dia menyebut keuntungan yang diperoleh dari penjualan satu potong kaos oblong biasanya tak lebih dari Rp67.500.

Keuntungan tersebut diperoleh dari perhitungan biaya produksi kaos yang berada di kisaran Rp54.000-57.000 dan harga penjualan sebesar Rp165.000, sudah termasuk komisi apabila dijual lewat distro.

“Itu masih murah menurut gue, di luar negeri itu profit-nya dari penjualan merchandise resmi terutama kaos itu bisa 300% dari biaya produksi. Disana kaos-kaos itu dijual anggaplah sekitar Rp200.000-400.000 biaya produksi berapa hitung saja. Band-band diluar sana ya hidup dari merchandise resmi. Ada yang band sudah bubar tapi penjualan merchandise resmi jalan terus,” tuturnya.

Selain, kaos oblong merchandise resmi Seringai juga tersedia dalam bentuk tas yang produksi dan pemasarannya berkolaborasi dengan VISVAL, produsen tas asal Bandung. 

Marketing Communications Supervisor VISVAL Yuda Dwidatama mengatakan pihaknya tertarik untuk berkolaborasi dengan Seringai lantaran memiliki penggemar setia yang jumlahnya cukup besar.

Dia menyebut kendala terbesar saat menjajaki kolaborasi tersebut adalah brand image dan penentuan harga produk. Berulang kali dirinya harus berkonsultasi dengan personil Seringai untuk menentukan desain yang tepat dan juga harga dari produk tersebut.

“Brand image ini kita juga memikirkan, karena selama ini VISVAL dikenal sebagai brand tas casual. Jauh berbeda dengan image Seringai sebagai band metal yang garang atau sangar. Belum lagi harga, penggemar seringai itu seperti apa, mereka kalau belanja merchandise itu kebiasaannya gimana, harus dicari tahu,” tutur Yuda.

Setelah melalui proses yang panjang, kolaborasi antara VISVAL dan Seringai akhirnya membuahkan hasil cukup memuaskan.

Yuda menyebut walaupun produk tas tersebut dibanderol dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk VISVAL pada umumnya, tetap saja peminatnya membludak.

“Backpack (ransel) itu dijual Rp666.666, banyak yang awalnya komentar kok mahal banget. Waktu peluncuran banyak yang nggak beli. Kirain karena kemahalan, ternyata mereka kebetulan nggak bawa uang sebesar itu dan nggak ngira harganya bakal segitu. Tetapi, ternyata pemesanan di website kita banyak sampai harus produksi ulang,” ungkapnya.

Melihat respon yang sangat positif, menurut Yuda tak menutup kemungkinan VISVAL akan kembali mengeluarkan produk yang berkolaborasi dengan band lainnya di kemudian hari.

Kemudian, vokalis band metal Deadsquad Daniel Mardhany juga mengungkapkan betapa pentingnya peran merchandise resmi bagi band yang dia gawangi bersama empat kawannya itu.

Dia tak menyebutkan secara spesifik berapa hasil yang diperoleh dari penjualan merchandise resmi berupa kaos oblong. Namun, yang jelas hasilnya bisa membantu Deadsquad melakukan konser tur keliling Eropa pada 2018 dan 2019.

“Gak ada merchandise paling kita nggak jadi tour itu, juru selamat kalau nggak manggung ya merchandise juga,” katanya.

Lebih lanjut, Daniel menjelaskan pihaknya memproduksi paling sedikit 500 potong untuk kaos dengan desain yang sama dan diperbarui 2 sampai dengan 3 desain setiap bulannya.

Seluruhnya, ludes terjual kurang dari satu bulan dengan harga per potong di kisaran Rp165.000-175.000. Ternyata, ada pertimbangan khusus mengapa jumlah kaos yang diproduksi minimal 500 potong.

“Sekarang paling minimal [kaos oblong yang diproduksi] itu 500 [potong]. Pernah kita bikin 300, eh malah diakali sama vendor, dia bikin 500. Itu sisanya 200 dijual sama dia nggak pake lisensi kita,” ungkapnya.

Merchandise, Sang Juru Selamat Band Indie

Band indie ini melihat penggemarnya banyak menggunakan mengendari sepeda motor. Ini menjadi peluang bisnis bagi band tersebut./ sumber foto: instagram

Adapun untuk saluran distribusi, selain dengan penjualan ritel melalui distro, Deadsquad juga melakukan strategi yang sama seperti Pee Wee Gaskins dan Seringai, yaitu lewat meet and greet di hotel tempat menginap saat sedang konser di kota tertentu.

“Fans bisa langsung minta tanda tangan juga, transaksi langsung ke gue atau Welby (basist Deadsquad, Welby Cahyadi). Tadinya bawa merchandise guy, tapi akhirnya di-handle sendiri. Selain menghemat pengeluaran, senang juga bisa ketemu macam-macam orang baru lewat transaksi tadi,” paparnya.

Selain kaos oblong, jenis merchandise resmi lainnya yang bisa dibeli oleh Pasukan Mati, sebutan untuk penggemar setia Deadsquad adalah helm.

Alasannya sederhana saja mengapa helm dipilih oleh band yang dibentuk pada 2006 itu, sebagian besar Pasukan Mati ternyata adalah pengendara sepeda motor.

“Harga helm ini Rp300.000-an kerja sama dengan perusahaan produsen helm Cargloss, sudah pernah dua kali kita buat dan laris,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rezha Hadyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper