Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SANG TAIPAN: CEO Xiaomi Lei Jun, Steve Jobs dari China

Menurut Bloomberg Billionaires Index, Kamis (22/4/2021), CEO Xiaomi Lei Jun berada di urutan ke-63 orang paling tajir di dunia dengan kekayaan senilai US$25,7 miliar.
Lei Jun, pendiri dan CEO Xiaomi, saat peluncuran Mi Notes di Beijing. 1 Januari 2015./Reuters-Jason Lee
Lei Jun, pendiri dan CEO Xiaomi, saat peluncuran Mi Notes di Beijing. 1 Januari 2015./Reuters-Jason Lee

Bisnis.com, JAKARTA - Siapa yang tidak kenal dengan telepon genggam bermerek Xiaomi? Ya, Xiaomi merupakan ponsel pintar dengan kinerja bandel dan harga terjangkau itu menjadi jagoan nomor tiga di pasar smartphone dunia, setelah Samsung dan Apple.

Sosok di balik ketenaran Xiaomi, yakni pendiri sekaligus CEO Lei Jun, yang disebut-sebut sebagai Steve Jobs dari China. Menurut Bloomberg Billionaires Index, Kamis (22/4/2021), Lei Jun berada di urutan ke-63 orang paling tajir di dunia dengan kekayaan senilai US$25,7 miliar.

Xiaomi yang berbasis di Beijing meraup keuntungan 206 miliar yuan (US$29,8 miliar) pada 2019 dari lini ponsel pintar, aplikasi perangkat lunak, dan elektronik konsumer. Sebelum mendirikan Xiaomi, Lei merupakan CEO pengembang perangkat lunak Kingsoft.

Lahir pada 16 Desember 1969 di Provinsi Hubei, China, Lei lulus dari Universitas Wuhan dengan gelar sarjana ilmu komputer pada 1991. Pada 1992 ia bergabung dengan perusahaan perangkat lunak yang berbasis di Beijing Kingsoft Corp., dan pada 1998 ia menjadi CEO-nya.

Dia membantu mengubah Kingsoft dari perusahaan yang sedang berjuang dengan fokus pada program pengolah kata menjadi perusahaan yang stabil secara finansial dengan produk yang juga termasuk video game dan perangkat lunak keamanan komputer.

Pada 2007 ia memimpin penawaran umum perdana (IPO) Kingsoft yang mengumpulkan hampir US$100 juta ketika perusahaan itu terdaftar di Bursa Efek Hong Kong. Dia meninggalkan Kingsoft tak lama setelah IPO, meskipun kemudian bergabung kembali dengan dewan direksi, dan selama beberapa tahun berikutnya memimpin modal ventura.

Pada April 2010 Lei mendirikan Xiaomi Corp. dengan beberapa mitra, termasuk mantan eksekutif Google, Lin Bin. Sementara perusahaan itu menjual berbagai perangkat elektronik, fokus utamanya adalah pada smartphone. Dengan berkonsentrasi pada penjualan online daripada penjualan fisik dan dengan menghindari iklan mahal untuk berinteraksi dengan pelanggan secara langsung melalui media sosial, Xiaomi mampu menjual dengan harga lebih rendah dari pesaingnya dan berkembang di pasar China.

Pada 2014, valuasi perusahaan menjadi lebih dari US$46 miliar dan telah menjadikannya perusahaan rintisan teknologi paling berharga di dunia. Pada April tahun itu, Xiaomi mendemonstrasikan kekuatan mereknya dengan menjual 2,1 juta smartphone secara online hanya dalam waktu 12 jam, menetapkan rekor dunia untuk ponsel terbanyak yang terjual di satu platform online dalam satu hari. Pada akhir 2014 Xiaomi telah melampaui Samsung untuk menjadi vendor smartphone terkemuka di China.

Dalam upaya untuk melanjutkan pertumbuhan Xiaomi, Lei semakin mencari peluang untuk berkembang di luar China. Pada Juli 2014 perusahaan mulai menjual smartphone di India, yang Lei gambarkan sebagai pasar paling penting setelah China, dan pada Mei 2015 Xiaomi meluncurkan pasar online untuk pelanggan di Amerika Serikat dan Eropa, meskipun pada awalnya hanya menawarkan aksesoris komputer dan perangkat kebugaran daripada ponsel cerdasnya.

Di bawah arahan Lei, Xiaomi menjadi produsen smartphone terbesar ketiga di dunia di belakang Samsung Electronics dan Apple Inc. pada 2014.  

Steve Jobs dari China itu pada 2018 mengawasi IPO perusahaan, yang mengumpulkan sekitar US$3 miliar ketika terdaftar di Bursa Efek Hong Kong.  

Akhir bulan lalu, Lei mengungkap rencana Xiaomi untuk masuk pasar mobil listrik dengan berinvestasi sekitar US$10 miliar selama dekade mendatang. Langkah itu mengikuti upaya pesaingnya, Apple yang juga telah memulai rencana serupa.

"Kami memiliki banyak dana untuk proyek ini. Saya sepenuhnya menyadari risiko industri pembuatan mobil. Saya juga menyadari bahwa proyek ini akan memakan waktu setidaknya tiga hingga lima tahun dengan investasi puluhan miliar," kata Lei.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper