Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengenal Laurent Dassault, Miliarder Penerus Bisnis Jet Tempur Asal Prancis

Konglomerasi Dassault adalah perusahaan keluarga di balik Rafale, jet tempur yang dibeli Indonesia saat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjabat.
Ilustrasi: Rudal Mica sedang ditempatkan ke pesawat tempur Rafale di dek kapal induk Charles de Gaulle (27/3/2011) saat Prancis terlibat dalam penentuan zona larangan terbang bagi Libya di era kepemimpinan Moammar Ghadafi./Reuters-Benoit Tessier
Ilustrasi: Rudal Mica sedang ditempatkan ke pesawat tempur Rafale di dek kapal induk Charles de Gaulle (27/3/2011) saat Prancis terlibat dalam penentuan zona larangan terbang bagi Libya di era kepemimpinan Moammar Ghadafi./Reuters-Benoit Tessier

Bisnis.com, JAKARTA - Masih segar dalam ingatan tentang jet tempur Rafale buatan Dassault Aviation yang baru saja meneken kontrak pembelian dengan Pemerintah Indonesia pada Februari 2022 lalu.

Dassault merupakan produsen pesawat tempur dan penumpang swasta asal Prancis yang dimiliki keluarga miliarder Dassault yang telah mencatat sejarah sebagai pemasok pesawat bagi militer untuk Perang Dunia II.

Laurent Dassault (68) adalah generasi ketiga keluarga Dassault yang mengendalikan Groupe Industriel Marcel Dassault, pemegang saham di perusahaan publik Dassault Systemes, Dassault Aviation, Immobiliere Dassault, dan BioMerieux.

Dia adalah cucu legenda aviasi Marcel Bloch yang membuat armada udara pertamanya dengan pesawat angkut 10 penumpang tiga motor MB 120 pada 1931.

Marcel yang mengganti nama belakangnya menjadi Dassault (dari kata tank penyerang dalam bahasa Prancis) pada 1949, menemukan jenis baling-baling yang digunakan oleh tentara Prancis selama Perang Dunia I.

Bisnis penerbangan itu berkembang menjadi perangkat lunak hingga rumah lelang. Laurent masuk ke dalam jajaran orang terkaya ke-236 dengan total kekayaan US$9,2 miliar.

Laurent Dassault memperoleh pendidikan militer dan bergabung dengan pasukan udara Prancis setelah menyelesaikan studi di Ecole Superieure Libre Des Science Commerciales Appliquees dan Pantheon-Assas University (University of Paris II).

Dia juga sempat bekerja di dunia perbankan selama 13 tahun sebelum bergabung di perusahaan keluarga pada 1991.

Hingga pertengahan 1960, perusahaan menjadi pemasok pesawat temput terbesar di Prancis. Ekspor terus tumbuh hingga 58 persen menjadi 75 persen pada 1977. Sebanyak 8.250 pesawat sipil dan militer telah dikirim hingga ke 90 negara.

Setelah kesuksesan itu, lahirlah unit bisnis lainnya seperti Dassault Systemes yang mengembangkan teknologi komputer eksklusif untuk merancang dan membuat pesawat terbang, pada 1981. Perusahaan meraih pendapatan 4,5 miliar euro (US$5,1 miliar) pada 2020.

Bagi Indonesia, penggunaan alutsista berbentuk multi role combat aircraft dari Prancis adalah yang pertama kali setelah pembelian 42 jet Rafale senilai Rp116 triliun.

Seri ini juga telah digunakan oleh Angkatan Udara Mesir, India, Qatar, Yunani, Kroasia, dan Uni Emirat Arab. Seri populer lainnya seperti Falcon yang merupakan armada kelas bisnis bahkan telah mengudara selama 17,8 juta jam sejak model pertamanya, Falcon 20.

Kursi kepemimpinan sempat dipegang oleh ayah Laurent, Serge Dassault setelah kematian Marcel pada 1986. Serge menolak dorongan Sosialis Mitterrand yang ingin menasionalisasi bisnis penerbangan.

Dassault juga telah memperluas bisnis ke media cetak, Le Groupe Figaro dan mendirikan perusahaan pengelola dana Immobiliere Dassault untuk mengekspansi bisnis propertinya.

Setelah kematian Serge pada 2018, kepemilikan Dassault dibagi ke empat anaknya, mendiang Olivier, Laurent, Thierry dan Marie-Helene masing-masing dengan porsi yang sama.

Saat ini, Laurent menduduki posisi salah satu dewan pengawas di Groupe Dassault. Di samping itu, dia merupakan Direktur Artcurial di Paris, rumah lelang seni milik keluarga yang didirikan pada 2002.

Rumah lelang ini juga mengelola pelelangan kuda dan real estat. Pada 2021, Artcurial berhasil mencetak penjualan hingga US$186,58 juta atau 169 juta euro.

Kekayaan keluarga Dassault juga meliputi perkebunan anggur yang dikelola Dassault Wine Estates setelah mendiang Marcel membeli Château Couperie pada 1955.

Selama bertahun-tahun, properti yang dimiliki oleh Dassault Wine Estates telah meningkat menjadi hampir 60 hektare dan sekarang menjadi salah satu kepemilikan kebun anggur terbesar di Saint-Emilion, Prancis. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper