Bisnis.com, JAKARTA--Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan mengundurkan diri dari jabatannya yang akan berlaku efektif 1 Oktober 2014. Inilah alasan Karen mundur dari bos Pertamina.
Karen yang saat ini tengah mengadakan perjalanan bisnis di Malaysia meminta Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir untuk menjelaskan kepada awak media alasan pengunduran dirinya.
Ali yang menggelar jumpa pers di loby Kantor Pusat Pertamina, Gambir Jakarta, Senin (18/8/2014) pukul 14.00 WIB, mengatakan bahwa Karen telah mengajukan surat pengunduran diri sejak 13 Agustus 2014.
Surat pengunduran diri dirut wanita pertama di Pertamina itu telah diajukan kepada perseroan yang ditembuskan kepada Menteri BUMN Dahlan Iskan sebagai perwakilan pemegang saham. Komisaris dan jajaran direksi Pertamina juga diberi tembusan surat itu.
Karen menjelaskan alasan utama pengunduran dirinya adalah masalah pribadi. Dia ingin berkonsentrasi mengurusi keluarga. Ibu dengan tiga orang anak tersebut memang terbilang sibuk dalam 6,5 tahun terakhir sejak memimpin Pertamina.
"Sebetulnya sudah lama beliau ingin mengundurkan diri. Bahkan pada saat hendak diperpanjang masa jabatannya tahun lalu, beliau juga sudah menyampaikan keberatan, namun masih ditahan oleh Pak Dahlan Iskan," kata Ali.
Karen meminta untuk resign sejak Maret 2013. Namun, sesuai anggaran dasar perseroan yang mengharuskan proses pengunduran diri minimal disampaikan 30 hari sebelum tanggal efektif, Karen akhirnya mengirimkan surat resign pada 13 Agustus lalu.
Wanita bernama lengkap Galaila Karen Kardinah ini secara resmi menjadi orang nomor satu di Pertamina hingga 30 September 2014. Hingga waktu tersebut, Karen masih menjalankan tugasnya selaku dirut Pertamina.
Ali menegaskan, pengunduran diri Karen sama sekali tidak terkait rumor yang beredar yang menyebut Karen tengah dipinang menjadi menteri oleh pemerintah baru. Sejumlah tawaran justru tidak bersinggungan dengan dunia politik.
"Ada tawaran yang terkait dengan pendidikan, dan juga korporasi internasional. Tapi beliau masih mempertimbangkan hal itu," paparnya.
Institusi pendidikan yang dimaksud adalah tawaran menjadi dosen pengajar dari Harvard University di Boston Amerika Serikat. Mantan Commercial Manager for Consulting and Project Management Halliburton, perusahaan minyak asal AS, itu juga ditawari kembali di korporasi internasional.
Begitu pula dengan kebijakan subsidi harga bahan bakar minyak (BBM). Mundurnya Karen sama sekali tak berkaitan dengan kebijakan tak populis itu.
Terlebih lagi penolakan penaikan harga elpiji 12 Kg. Ali menegaskan tak ada pertimbangan Karen mundur akibat polemik harga gas elpiji.
Tak lupa, wanita yang menjabat sebagai dirut Pertamina terlama ini berterima kasih dan meminta maaf kepada seluruh pemangku kebijakan termasuk masyarakat.
Istri dari Herman Agustiawan itu mengawali karir di Pertamina sejak 2007 dengan menjabat sebagai staf ahli direktur hulu Pertamina.
Dia kemudian menjadi direksi pada 5 Maret 2008 sebagai direktur hulu Pertamina. Setahun kemudian, tepatnya pada 5 Februari 2009, Karen didaulat menempati pucuk pimpinan perusahaan minyak dan gas pelat merah itu.
Pebisnis wanita urutan-6 dunia yang paling berpengaruh dari 50 most powerfull woman in business versi majalah Fortune Global tersebut memang terbilang cukup baik memimpin Pertamina.
Pada 27 Maret 2013, Karen didapuk sebagai CEO terbaik di Asia dari Corporate Governance Asia dalam ajang Asiang Exellence Recognitions Awards 2013. Selain dirut, posisi direktur keuangan dan investor relations juga meraih penghargaan.
Karen juga tercatat dapat membawa Pertamina masuk peringkat 122 perusahaan berkelas dunia dari 500 Fortune Global. Pertamina menjadi perusahaan pertama asal Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut pada 16 Agustus 2013.
Tahun ini, posisi pertamina di Fortune Global melorot satu peringkat sebelumnya menjadi ke-123.
Catatan Bisnis, pemerintah menargetkan Pertamina bisa mencetak laba bersih hingga level US$3,44 miliar atau naik dari tahun lalu sebesar US$3,07 miliar.
Pencapaian laba bersih ahun lalu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah perusahaan pelat merah itu.
Berdasarkan data Pertamina, sepanjang tahun lalu, perseroan membukukan kenaikan penjualan dalam negeri pada minyak mentah, gas, energi panas bumi dan hasil minyak dari US$43,764 juta menajadi US$44,736 juta.
Dari sisi ekspor, penjualan mencapai US$5,503 juta dari sebelumnya US$4,714 juta. Kenaikan ekspor minyak mentah disebabkan oleh penjualan basrah crude oil yang menggunakan skema G-to-G dengan Irak.
Tahun lalu, Pertamina membukukan laba bersih sebesar US$3,067 juta dari sebelumnya pada 2012 sebesar US$2,766 juta. Kenaikan laba bersih seiring dengan peningkatan penjualan dan pendapatan usaha lainnya.
Sejak dipimpin Karen pada 2009, laba Pertamina berturut-turut mencapai US$1,547 juta (2009), US$1,881 juta (2010), US$2,405 juta (2011).