Kejayaan pria kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah yang akrab dipanggil Pak Ci, Ciputra, tidak bimsalabim abakadabra. Namun, melalui sebuah proses panjang. Dan, harus dilalui dengan cucuran air mata, keringat dan tak kenal lelah.
Jika boleh meminjam kalimat DR Ciputra on Kick Andy, pergulatan hidup susah sudah harus dilakoninya. Tepatnya, sejak kecil, Ciputra sudah merasakan kesulitan dan kepahitan hidup. Bapaknya Tjie Siem Poe pun ditangkap oleh pasukan tak dikenal, karena dituduh sebagai mata-mata Belanda/Jepang dan tidak pernah kembali lagi sejak 1944.
Namun, bagi ayah Rina Ciputra, Junita Ciputra, Cakra Ciputra, Cakra Ciputra, manusia tidak boleh menyerah dengan keadaan. Keadaan yang tidak baik harus diubah menjadi jauh lebih baik. Dan, bagi jebolan SMA Frater Don Bosco Manado ini, manusia bisa mengubah itu. Tuhan telah memberikan manusia talenta pada masing-masing orang.
Persoalannya, pria yang pada 2011 oleh Forbes masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia [peringkat ke-27 dengan total kekayaan US$950 juta], banyak yang tidak mau menggunakan talenta itu atau membiarkannya seperti barang rongsokan. Akibatnya, banyak orang yang tidak mampu keluar dari jerat kemiskinan. Bahkan semakin miskin.
Sikap pasrah itulah yang sejak muda didobrak oleh pria kelahiran 24 Agustus 1931 itu. Tak ayal jika kemudian dia mampu melahirkan Ciputra Waterpark di Citraraya Surabaya, salah satu taman atraksi air terbesar di Indonesia dengan luas 5 hektare dan dibangun karena terinspirasi oleh the tale of Sindbad's adventures.
Bahkan, per 8 Mei 2013, dari daftar emiten Bursa Efek Indoneisia, nilai kapitalisasi pasar beberapa perusahaannya mengalami perubahan yang cukup signifikan. Jika tidak mau menyebutkan semua, sebut saja beberapa di antaranya seperti Ciputra Development (CTRA), dan Ciputra Property (CTRP).
CTRA mencetak kapitalisasi pasar senilai Rp 20,473 triliun dan berada di posisi keempat dengan kapitalisasi pasar terbesar. Mereka mengalahkan Summarecon Agung dan Pakuwon Jati. Begitu juga dengan Ciputra Property (CTRP) yang menlewati Modern Realty (MDLN) dengan nilai Rp 7,072 triliun. Sebelumnya, CTRP bercokol di posisi buncit dengan kapitalisasi Rp5,781 triliun.
Orang sering bertanya: Apa kita menjadi pengusaha besar? Bahkan orang sering terheran-heran. Terutama jika menyusuri kisah suksesnya keluar dari krisis ekonomi 1997. Pasalnya, pada masa itu, tiga group usahanya –Jaya Group, Metropolitan Group dan Ciputra Group—diterpa krisis. Bahkan Bank Ciputra, ditutup. Pemerintah menilai tidak layak. Termasuk Asuransi Jiwa Ciputra Allstate. Namun, akhirnya mampu bangkit. Bahkan ekspansi hingga go international.
Ciputra kini melahirkan kota baru a.l. Bumi Serpong Damai, Pantai Indah Kapuk, Puri Jaya, Citraraya Kota Nuansa Seni, Kota Taman Bintaro Jaya, Pondok Indah, Citra Indah, Kota Taman Metropolitan, CitraRaya Surabaya, Kota Baru Sidoarjo, danCitra Westlake City di Hanoi, Vietnam. Bahkan proyek properti komersialnya itu, menjadi trend setter di bidangnya.
So, apa kunci sukses Pak Ci? Saya ingat saat dia ditanya wartawan beberapa waktu lalu. Saat itu, jebolan Institut Teknologi Bandung ini menyatukan lima grup usahanya ke dalam satu aliansi pemasaran dan diberi nama Sang Pelopor. Lalu, wartawan bertanya, kenapa diubah? “Sang Pelopor terkesan arogan dan berorientasi kepada kepentingan sendiri,” ujar Ciputra tentang perubahan nama itu.
Yah...tetapi entrepreneurship jangan hanya pandai dalam menyusun konsep dan mempeluas wawasan tetapi juga mengetahui bagaimana implementasinya. Itulah mengapa dia kini membangun lembaga pendidikan seperti Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC) di kota Surabaya, Jawa Timur, enam tahun lalu untuk menyebarkan pola pikir entrepreneurship ini ke sebanyak mungkin warga Indonesia.