Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MUHAMMAD RISQI Menguak Potensi Bisnis Melalui Alat Disleksia

Tim Lexipal UGM (ugm.ac.id)Kecemerlangan prestasi generasi muda Indonesia di bidang teknologi informasi seperti yang dibuktikan Muhammad Risqi Utama Saputra dari Yogyakarta, jelas tidak bisa dipandang secara kebetulan meski metodologi tersebut sudah

Tim Lexipal UGM (ugm.ac.id)

Kecemerlangan prestasi generasi muda Indonesia di bidang teknologi informasi seperti yang dibuktikan Muhammad Risqi Utama Saputra dari Yogyakarta, jelas tidak bisa dipandang secara kebetulan meski metodologi tersebut sudah berkembang di manca negara.

Namun, kegiatan yang berawal dari kampus Universitas Gadjah Mada bersama dengan empat rekan lainnya, memberi output menggembirakan, karena akhirnya mereka mampu menghasilkan satu sistem aplikasi bagi terapi anak-anak yang memiliki gangguan membaca.

Apa yang mereka temukan tidak lain perangkat teknologi berupa visualisasi terhadap anak-anak yang mengalami gangguan disleksia atau mengalami kesulitan membaca. Disleksia atau dyslexia merupakan kelainan neurobiologis pada anak-anak ditandai kesulitan mengenali kata dan simbol.

Melalui aplikasi Kinect Windows Presentation yang dikombinasikan dengan aplikasi lain serta menghabiskan dana sekitar Rp 2,5 juta, Risqi dan timnya berhasil menciptakan aplikasi untuk dimanfaatkan mengajar siswa penyandang disleksia.

Aplikasi yang dihasilkan tergolong unik dan inovatif sehingga membawa tim itu meraih peringkat kedua untuk kategori teknologi informasi pada lomba kewirausahaan yang dilaksanakan satu perusahaan BUMN pada awal 2013.

Media yang mereka hasilkan untuk terapi kesulitan membaca tersebut, menanggulangi pasien atau penderita disleksia yang umumnya terjadi secara genetik. Sebenarnya anak penderita pintar, tetapi bermasalah kartena kesulitan membaca.

Secara medis, penyakit itu tidak bisa disembuhkan, namun bisa diminimalisir efeknya. Anak-anak penderita akan lebih karena perangat itu semacam game yang intinya untuk menjadi sensor gerak dan suara.

”Mereka bisa mengontrol game tanpa bersentuhan langsung dengan keyboard, dan merupakan bagian dari terapi. Keuntungannya, anak melibatkan sensor atau anggota tubuhnya secara visual. Itu mempermudah anak menjalankan terapi,” tutur alumni teknik elektro Universitas Gadjah Mada itu kepada Bisnis.

Proses dan penemuan alat ini dilakukan dan dilengkapi melalui riset selama 2 bulan pada awal 2012. Selain itu melengkapi data dari psikolog untuk mematangkan aplikasinya. Untuk membuat konsep dan program membutuhkan waku total 6 bulan persiapan.

Lima mahasiswa dalam kelompok itu masing-masing berbeda jurusan dari universitas yang sama. Pada awalnya mereka menamakan timnya LexiPal. Terkahir kata Risqi, mereka saat ini bernaung di bawah badan usaha Nextime Indonesia.

Perkejaan yang ditekuni Risqi memang agak rumit sehingga belum bisa menghasilkan produk secara massal. Namun telah diujicoba pada satu sekolah khusus di Yogyakarta. Setelah itu akan diproduksi dan dipasarkan ke seluruh Indonesia.

“Sebenarnya, kami hanya melengkapi fitur yang dihasilkan sendiri, sedangkan perangkat dasarnya sudah ada yangkami beli sekitar Rp2,5 juta untuk satu unit. Kami menambah software-nya sesuai dengan keperluan sebagai terapi bicara.”

Meski pada awalnya konsentrasi kelompok tersebut hanya untuk mengikuti lomba di kampus-kampus dan bergerak ke lomba secara terbuka, konsep ke depan adalah mengarah pada bisnis.

Oleh karena itu aplikasi perangkatnya akan diciptakan lebih umum. Apakah potensi bisnis perangkat itu ke depan mempunyai potensi bisnis, Risqi yang saat ini tengah menyelesiakan studi program S2 di bidang sama, mengatakan potensinya jelas sangat besar di Indonesia.

Alasannya, karena perangkat ini belum ada di Indonesia. Apalagi perangkat itu berbasis spesifikasi lain dari yang lain sehingga potensinya masih besar. “Dan kami mau mengembangkannya secara masal dan luas,” tutur pria asli Salatiga, Jawa Tengah ini.

Tim Risqi yang diperkuat Kuntoro adi Nugroho, Vremita Desectia Amretasari, Vina Sectiana Amretadewi, dan Fransiska Vena Agustiningrum, dan Taufiq Almasyhur dari beragam jurusan, juga meraih Gold Medal for Best Technology pada International ICT Innovative Service Contest (InnoServe Contest) 2012 di Taiwan.

InnoServe Contest merupakan ajang kompetisi aplikasi ICT (Information and Communication Technology) tahunan yang diselenggarakan bagi mahasiswa yang masih menjalani pendidikan maupun yang alumnus.

Terapi Dyslexia yang dilakukan sering mononton, karena hanya menggunakan kertas atau papan tulis yang menciptakan rasa bosan pada anak penyandang disleksia. Karena itu Nextim Indonesia menciptakan solusi terapi menyenangkan melalui gamifikasi.

Meski menggunakan Microsoft Kinect, namun metodanya tidak keluar dari koridor penyelenggaraan terapi disleksia. Contoh fiturnya adalah spelling, pronouncing game, yakni permainan mendorong penyandang disleksia mengucapkan huruf atau kata yang selama ini sulit diucapkan.

Risqi mengemukakan, terapi disleksi efektif merupakan salah satu kondisi ketidakmampuan belajar atau learning disabilities yang berakibat penderita mengalami kesulitan membaca. “Nextim Indonesia akan menanggulanginya.”

Sebelum menang pada InnoServe Contest 2012, tim ini juga pernah meraih penghargaan Software Design Imagine Cup Indonesia 2012 dan juara Indonesia ICT Award (INAICTA) 2012 untuk kelompok perguruan tinggi.

Prinsip hidup yang diungkapkan pria ini dari berbagai kesuksesan, tidak akan berhenti pada ahap saat ini saja, yakni untuk kompetisi mahasiswa. Setelah menang, super gembira, hura-hura, setelah itu berakhir semuanya. Ide-ide kreatif terus dikembangkan.

Aplikasi yang sudah dihasilkan jangan pernah tinggalkan begitu saja. Sangat memungkinkan menjadikan kemenangan untuk membangun bisnis yang menghasilkan. “Menjadikan output kompetisi untuk membangun startup, mungkin opsi paling sulit dilakukan.

Tetapi menurut saya bisa saja salah, krenan itulah opsi agar produk yang dibuat memberi manfaat luas kepada manusia.” Namun, opsi tersebut hanya disarankan bagi mereka yang telah mempunyai mimpi-mimpi besar.

Dengan mimpi-mimpi itu, pasti berani mencari jalan keluar dari comfort zone untuk menggapai mimpi-mimpi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper