-- Agar aktivitas inovasi berlangsung lebih laju, banyak pula perusahaan keluarga yang membeli perusahaan lain. Dengan begitu, perusahaan dapat cepat besar--
Bisnis.com, JAKARTA - Barangkali tidak banyak yang mengetahui sejarah Krating Daeng, minuman energi yang terkenal itu. Minuman ini dikembangkan oleh Chaleo Yoovidhya, pengusaha asal Thailand. Minuman ini sebagian besar dijual di Asia meski dapat juga ditemukan di negara-negara non-Asia semisal Austria, Denmark, Swedia, Kanada, dan Australia. Krating Daeng menjadi cikal bakal terciptanya minuman berenergi terlaris di dunia, Red Bull.
Penjualan Krating Daeng meningkat pesat pada 1970-an dan 1980-an. Hal ini terutama terjadi di kalangan supir truk, pekerja bangunan, dan petani. Faktor terpenting penentu kesuksesan Krating Daeng adalah program pemasaran Chaleo yang tidak konvensional.
Dia tidak menyasar Bangkok, tempat bermukimnya orang-orang yang lebih berada. Dia memposisikan Krating Daeng agar lebih menarik bagi para buruh dan pekerja kerah biru. Promosi dilakukan secara besar-besaran, disertai pemberian hadiah yang memikat para supir truk, pekerja bangunan, dan petani.
Menurut salah seorang putra Chaleo, Saravuth, ayahnya menekankan pengembangan merek, sebuah strategi pemasaran yang belum banyak digunakan pada saat itu. Para supir truk biasa meminum Krating Daeng agar tetap terjaga sepanjang malam saat mengemudi. Citra kelas pekerja terangkat lantaran Krating Daeng menjadi sponsor pertandingan tinju ala Thailand (Thai Boxing).
Produk asal Thailand ini menjadi merek global berkat Dietrich Mateschitz, seorang eksekutif asal Austria. Saat itu ia menjabat sebagai Direktur Pemasaran Internasional untuk Blendax, produsen pasta gigi asal Jerman. Ia terkesan dengan Krating Daeng lantaran mampu menyembuhkan jet lag-nya. Selanjutnya Mateschitz bekerja sama dengan TC Pharmaceuticals, perusahaan milik Chaleo, menyesuaikan formula Krating Daeng, Maka lahirlah Red Bull, yang diluncurkan pada tahun 1987.
Red Bull dijual dalam kemasan kaleng yang ramping. Pada 2012, Red Bull terjual hingga 5,2 juta kaleng. Red Bull aktif mensponsori para atlet, peristiwa, dan tim-tim olah raga. Salah satunya adalah Infiniti Red Bull Racing, tim balap Formula 1 dimana Sebastian Vettel, menjadi pembalapnya. Vettel adalah juara lomba balap Formula 1 pada 2010, 2011, 2012.
PETANI MISKIN
Chaleo sendiri berasal dari keluarga petani miskin. Tanpa pendidikan formal, dia membantu orang tuanya sebelum pindah ke Bangkok dan membantu kakaknya mengelola toko bahan kimia. Kemudian, pada awal 1960-an Chaleo mendirikan TC Pharmaceuticals.
Kemitraan dengan Mateschitz dibangun pada 1984. Untuk Red Bull, Chaleo menyediakan formula, sedangkan Mateschitz menangani urusan pemasaran. Masing-masing bekontribusi sebesar 500 ribu Dollar AS. Mateschitz menguasai 49% saham, sedangkan sisanya dimiliki anak Chaleo, Chalerm. Chaleo melanjutkan bisnis TC Pharmaceuticals, yang juga memproduksi minuman berenergi merek lain di Thailand.
Dia juga menguasai sebagian saham Piyavate Hospital, sebuah rumah sakit swasta di Thailand. Chaleo meninggal di Bangkok pada 2012. Keberhasilan Krating Daeng dapat menjadi contoh kesuksesan inovasi sebuah perusahaan keluarga. Memang inovasi menjadi keharusan, apatah lagi di tengah-tengah perubahan lingkungan bisnis yang cepat dan persaingan yang makin tajam.
Kabar baiknya, banyak perusahaan keluarga yang sudah lama menyadari hal ini. Sebagian dari mereka bahkan sudah “mendahului zaman”, dengan melahirkan inovasi yang sederhana tetapi dahsyat. Inovasi tidak terbatas hanya pada produk, melainkan juga pada aspek-aspek lain semisal proses produksi dan aktivitas pemasaran.
Banyak cara yang ditempuh perusahaan keluarga dalam rangka memenuhi ambisi inovasinya. Cara yang ditempuh Chaleo dengan menggandeng Mateschitz adalah salah satu contohnya. Dengan cara ini, masih-masing pihak dapat saling memanfaatkan keunggulan mitranya, semisal Chaleo dalam hal kandungan minuman dan Mateschitz dalam urusan pemasaran.
Dalam rangka berinovasi, saat ini semakin banyak perusahaan keluarga yang menggiatkan aktivitas penelitian dan pengembangan atau R&D. Pusat-pusat dan departemen R&D didirikan, alokasi dana bagi R&D ditingkatkan.
BMW adalah salah satu perusahaan yang sangat giat dalam aktivitas R&D-nya. Untuk diketahui, BMW, yang pada 2012 lalu dinobatkan sebagai perusahaan paling dikagumi oleh majalah Forbes, adalah perusahaan keluarga. Porsi besar saham perusahaan ini dipegang oleh keluarga Quandt.
Agar aktivitas inovasi berlangsung lebih laju, banyak pula perusahaan keluarga yang membeli perusahaan lain. Dengan begitu, perusahaan dapat cepat besar. Teknologi perusahaan yang dibeli juga lebih cepat dikuasai guna mengantisipasi persaingan. Yang harus diantisipasi adalah perbedaan nilai-nilai yang dianut diantara kedua perusahaan. Bila tidak, akan terjadi benturan. Dalam perusahaan keluarga, nilai-nilai perusahaan biasanya identik dengan nilai-nilai keluarga.
Kunci utama kesuksesan inovasi adalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Namun dalam perusahaan keluarga, pengelolaan SDM kerap dipengaruhi faktor hubungan keluarga. Akibatnya, nepotisme merajalela. Orang-orang yang tak kompeten justru dapat bekerja dalam perusahaan. Dalam kondisi semacam ini, sulit lahir ide-ide yang cemerlang. Oleh karenanya, mau tidak mau perusahaan keluarga harus menerapkan manajemen SDM yang unggul dengan mengutamakan kompetensi.