Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Memacu Omzet Lewat Alas Kaki Trendi

Sebagai bagian dari fesyen, model alas kaki kini bermetamorfosis dari model yang kaku dengan warna monoton menjadi model yang trendi, bergaya, dengan warna-warni memikat mata.
  Ilustrasi penjualan sepatu. / Bisnis.com
Ilustrasi penjualan sepatu. / Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Dengan model yang bervariasi dan makin gaya, para produsen alas kaki mampu menangguk omzet yang tidak sedikit. Pasarnya pun tak hanya di dalam negeri. Produk buatan sejumlah pemain malah sudah melanglang buana ke pasar luar negeri. Tak heran, pasar alas kaki yang sedemikian besar ini membuat makin banyak pemain ikut berkecimpung di bisnis tersebut.

Agit Bambang Susanto, 24, pemilik  Amble Footwear, adalah salah satunya. Hobi mengoleksi alas kaki mengantarkan Agit mencoba peruntungan di bisnis ini pada 2009.

Sepatu pertama yang diproduksi pria asal Bandung ini lahir lantaran keisengan belaka. Agit yang kala itu masih berstatus mahasiswa merasa harga sepatu bermerek yang dijual di pasaran terlampau mahal.

Agit pun membuat desain sepatu yang dia inginkan menggunakan bahan baku kulit sapi. Desain tersebut dia bawa ke pusat kerajian sepatu Cibaduyut, Bandung. Daerah ini memang terkenal menghasilkan alas kaki kulit berkualitas.

“Saya sangat suka sepatu. Sayangnya, sepatu yang saya inginkan harganya mahal. Akhirnya, saya coba untuk buat sendiri. Saya gunakan teknik produksi tradisional [handmade], tapi dengan sentuhan desain yang modern. Ternyata hasilnya cukup bagus,” ujarnya.

Ketagihan dengan hasil pesanan sepatunya, Agit semakin penasaran membuat beberapa model lagi. Bermodalkan uang Rp1,5 juta rupiah, lulusan Business Management Universitas Widyatama Bandung ini memproduksi 13 pasang sepatu kulit.

Agit melihat ada ceruk bisnis potensial dari sepatu kulit. Dia ingin mengubah stigma sepatu kulit yang lekat dengan kesan serius dan kaku, menjadi alas kaki kasual nan trendi. “Saya ingin menciptakan leather shoes yang cocok untuk anak muda. Modelnya modern dan punya sol yang tidak kalah nyaman dengan sneakers. Kualitasnya pun bersaing dengan sepatu bermerek,” ujarnya.

Untuk membuktikan menarik atau tidak alas kaki buatannya, Agit mem-posting tiga pasang sepatu di forum dunia maya Kaskus. Hanya selang beberapa hari setelah dipajang, sepatu kulit miliknya ludes terjual.

Namun, kendati beberapa sepatu buatannya laris manis, Agit belum menekuni bisnis ini secara serius lantaran terkendala modal. 

Baru pada akhir 2010, Agit serius menggeluti brand Amble Footwear. “Modal saya kumpulkan dari beberapa pos, di antaranyakeuntungan menjual sepatu sebelumnya, tabungan, dan pinjaman dari bank. Totalnya mencapai Rp60 juta. Uang tersebut digunakan untuk keperluan research and development, belanja material, membayar upah perajin, dan biaya promosi.

“Menjalankan bisnis sepatu kulit ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Untuk  membuat pola dan desain sepatu seperti saat ini, saya dan tim melakukan riset selama 2 tahun. Ini karena tidak semua bahan baku kulit bisa digunakan untuk sepatu. Ada yang berhasil, namun banyak pula yang gagal,” kata Agit.

Pada awalnya, Agit memproduksi 400 sepatu. Sebagian besar sepatu Amble Footware dipasarkan di dalam negeri. Harga jual dibanderol Rp400.000-Rp600.000 per pasang, tergantung modelnya. Di pasar domestik, Agit fokus memasarkan produk alas kakinya lewat toko online

Dalam 1 bulan, Agit dibanjiri 50-100 pesanan yang berasal dari webstore. Agit dan timnya juga gencar mengikuti beberapa event atau bazaar untuk meningkatkan pendapatan. “Salah satu event terbesar yang pernah kami ikuti adalah Brightspot Market di Jakarta. Kala itu, 350 pasang sepatu laku terjual,” kata Agit.

Konsumennya tak hanya dari Bandung, tetapi menyebar di Jakarta, Surabaya, Bali, Palembang, bahkan Makassar. Produk Agit bahkan pernah dikirimkan ke Jerman, Singapura, dan Malaysia. “Pesanan ini bemula dari kunjungan pembeli ke toko online kami. Jumlah pesanannya memang tidak banyak hanya berkisar 100-250 pasang sepatu.”

Kini, Agit berhasil memproduksi 600-700 pasang sepatu kulit setiap bulannya, dibantu oleh 15 perajin sepatu dan dua orang tenaga pemasaran.Agit juga telah membuat sedikitnya 37 model sepatu kulit trendi yang bisa dipakai pria dan wanita. Dalam sebulan, Agit bisa meraih pendapatan sekitar Rp100 juta—Rp150 juta, dengan omzet sekitar Rp90 juta.

Melihat keuntungan yang didapat, Agit pun ingin terus melakukan ekspansi bisnis ke depannya. “Pasar sepatu untuk anak muda masih potensial. Oleh karena itu, saya yakin Amble Footwear bisa berkompetisi dengan pemain-pemain lain di pasar yang sama. Untuk target penjualan saya ingin omzet Amble mencapai 2-3 kali lipat dari pencapaian saat ini.”

Meskipun mampu meraup omzet fantastis, Agit mengakui bisnis ini tak selamanya berjalan lancar. Seringkali dia harus menghadapi tantangan di lapangan misalnya tidak semua sepatu yang dia produksi habis dalam waktu singkat.

Kendala lain yang dihadapi adalah terbatasnya material kulit dari pemasok. “Karena produksi sepatu belum massal, material kulit sapi yang saya gunakan merupakan sisa [limbah] pabrikan besar.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper