Bisnis.com, JAKARTA - Menempuh pendidikan di Amerika Serikat tidak lantas membuat Valery Moniaga, Adam Mulyadi, dan Michelle Chandra lupa dengan budaya asal mereka.
Ketiga sekawan ini bahkan mendapat ide untuk membuat usaha yang sangat mencerminkan Indonesia.
Pada penghujung 2012, ketiganya merintis bisnis pakaian dengan memproduksi baju untuk sekolah-sekolah semacam taman kanak-kanak dan kelompok bermain.
“Hal ini sekaligus untuk mengumpulkan lebih banyak modal, selain tabungan kami bertiga, untuk proyek kami berikutnya, celengan,” kata Valery, yang kini lebih banyak bergerak di bidang pemasaran dan penjualan.
Mereka mendeskripsikan celengan sebagai merek usaha fesyen yang bergerak di bidang medium merchandise dan apparel.
Logo yang mereka rancang menyerupai bentuk hati dan celengan ayam, dengan dominasi warna merah putih.
Selain membuat t-shirt dan merchandise untuk berbagai keperluan promosi perusahaan atau organisasi, mereka juga baru saja mulai memproduksi t-shirt dengan logo dan konsep mereka sendiri pada Februari 2013.
Selain desain, tim tersebut juga sangat memperhatikan kualitas bahan, dan harga kaos yang dipasarkan. Kaos tersebut harus nyaman dikenakan. Selain itu, masih terjangkau oleh kocek anak muda yakni sekitar Rp135.000 per unit.
Logo untuk Tshirt Celengan tipe batik juga menggunakan kain batik asli yang dijahit pada pinggirannya, bukan sekedar ditempel.
Kreativitas dan kendali kualitas produk tim tersebut ternyata disambut cukup baik oleh masyarakat. Kini, tim Celengan sudah berhasil menjual lebih dari 1.000 potong tshirt, baik melalui penjualan secara online, sekitar 10 reseller, maupun 3-4 konsinyasi.
“Sebulan bisa terjual sekitar 300-400 potong seluruhnya, yang dari online sendiri minimal 200 potong. Maka dari itu kami sangat intens memasarkan produk via media sosial juga, seperti Instagram, lalu
melalui bazaar-bazaar juga,” terang Valery.
Kapasitas produksi mereka tiap bulan sekitar 600 potong, yang dikerjakan di sebuah pabrik garmen di Bekasi, yang sudah bekerjasama dengan mereka. Untuk tempat penyimpanan, mereka memilih sebuah tempat di Kelapa Gading, Jakarta Utara sebagai gudang.
Dalam hal ini, social entrepreneurship berusaha meningkatkan kesetaraan perekonomian dalam masyarakat, sehingga diharapkan dapat membantu peran pemerintah dalam usahanya mengurangi angka kemiskinan maupun kesenjangan sosial yang semakin besar dalam masyarakat kita.
Valery, Adam, dan Michelle menerapkan konsep ini dengan cara menyisihkan 15% dari hasil penjualan mereka selama tiga bulan untuk kegiatan sosial. Mereka memilih panti asuhan yatim piatu yang ada diJakarta.
“Kami selalu mendokumentasikan acara bakti sosial kami, lengkap dengan rincian dana yang digunakan. supaya masyarakat percaya terhadap apa yang kami lakukan,” terang Valery. Total donasi yang sudah diberikan hingga saat ini mencapai Rp13,02 juta.
Ke depannya, mereka ingin bekerjasama dengan satu panti asuhan secara khusus, sehingga bantuan yang diberikan dapat lebih berkelanjutan seperti menyekolahkan anak-anak tersebut.