Bisnis.com, JAKARTA--Peluang usaha di bidang kuliner memang tak pernah mati. Meski bidang ini dijejali oleh banyak pemain, selalu ada kesempatan bagi pelaku usaha baru yang ingin mencoba peruntungan. Salah satu jenis usaha kuliner yang disukai masyarakat yaitu makanan pencuci mulut (dessert).
Layaknya fesyen, tren dessert di pasaran terus berubah. Jika beberapa waktu lalu masyarakat menyukai produk frozen yogurt atau ice cream, kini salah satu produk dessert yang tengah disukai konsumen adalah panna cotta. Banyak orang menyukai makanan pencuci mulut khas Italia ini lantaran rasa krim nan manis, tektur lembut, dan kreasi saus yang menggugah selera.
Fenomena booming panna cotta ini dimanfaatkan sebagai peluang bisnis oleh beberapa pelaku usaha. Mereka berlomba-lomba menciptakan beraneka ragam rasa dan kreasi saus panna cotta nan inovatif. Bukan itu saja, mereka juga membungkus dessert tersebut dengan kemasan cantik. Alhasil, panna cotta buatan rumah ini diburu oleh konsumen dari kalangan menengah ke atas.
Christabella Nanetta adalah salah satu pelaku usaha yang terjun ke bisnis ini. Di bawah bendera Crunchy Melt, perempuan yang tinggal di Jakarta ini memproduksi beraneka macam panna cotta nan lezat sejak awal 2014.
Latar belakang Nanetta merintis bisnis ini bermula dari hobi makan dan masak. Setelah berkali-kali mencoba panna cotta yang dihidangkan oleh beberapa restoran dan kafe, dia pun tertarik untuk membuatnya di rumah.
Nanetta memodifikasi resep panna cotta khas Italia yang didapat dari internet dengan selera masyarakat Indonesia. “Bahan dasar panna cotta terbuat dari krim cair dan susu. Saya gunakan susu rendah lemak supaya rasanya tak terlalu berat,” ujar dara berusia 23 tahun ini.
Bukan itu saja, dia juga menambahkan variasi rasa pada panna cotta. Jika biasanya panna cotta memiliki rasa khas krim vanilla, dia membuat 15 varian rasa mocca, kopi, cokelat, teh hijau (matcha), susu, buah, yogurt, hingga durian.
Selain rasa, Nanetta mengklaim keunikan produk Crunchy Melt terletak pada topping. Jika biasanya topping panna cotta berjenis saus, dia justru menambahkan crackers, marshmallow, kacang almond, hingga sereal. Kelembutan panna cotta dan renyahnya topping menciptakan sensasi tersendiri di lidah.
Dia tidak menjual panna cotta secara satuan. Untuk bisa mencicipi produk Crunchy Melt, konsumen harus membeli satu paket berisi 6 cup panna cotta. Dia membanderol panna cotta nan lezat tersebut mulai dari Rp135.000—Rp150.000 per boks. “Harganya jual per kemasan tergantung varian rasa panna cotta yang diinginkan konsumen,” tuturnya.
Nanetta menuturkan ada beberapa detail yang harus diperhatikan kala membuat panna cotta. Banyak orang menyebut makanan ini sebagai cream dessert karena memang bahan bakunya krim kocok dan susu. Agar lebih sehat, Nanetta menggunakan susu rendah lemak.
Nanetta mengaku kesulitan pembuatan panna cotta terjadi kala menakar bahan baku. Jika takaran tidak pas, tekstur panna cotta bisa menjadi terlalu cair atau terlampau keras. Oleh karena itu,dia memproduksi panna cotta Crunchy Melt seorang diri.
Namun, seiring dengan meningkatnya pesanan konsumen, dia kini dibantu oleh 2 orang asisten. Kini, dia mampu memproduksi 100 cup panna cotta per hari atau sekitar 2.000 cup panna cotta per bulan. “Asisten hanya bantu-bantu saja. Untuk pembuatan adonan masih saya lakukan sendiri,” ujar perempuan yang mengajar mata kuliah piano di Universitas Pelita Harapan ini.
Dia memanfaatkan dunia mayauntuk mempromosikan produk Crunchy Melt. Selain membuat situs www.crunchymelt.com dan media sosial a.l. Instagram, Facebook, dan Twitter, dia juga kerap kali mengikuti bazaar kuliner.
Soal peluang usaha, Nanetta mengaku optimis dengan prospek bisnis dessert, khususnya panna cotta. Antusiasme masyarakat terus meningkat lantaran banyak orang yang penasaran dengan makanan khas Italia ini.
“Dulu, rata-rata panna cotta hanya dijual di café atau restoran ternama. Kami menawarkan produk yang rasanya tak kalah dengan panna cotta khas restoran tersebut, tetapi dengan harga yang terjangkau,” pungkasnya.