Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INSIGHT: Pilih Bohong atau Salah?

Transaksi kebohongan mengalir deras dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam pelbagai jenis. Ada bohong putih, ada bohong vulgar dan bohong-bohong jenis lainnya. Namun ada satu bohong yang malah dipuji. Ini bohong dalam arena olahraga.
  Bohong itu haram. Salah itu halal. Gambar ilustrasi. /
Bohong itu haram. Salah itu halal. Gambar ilustrasi. /

Seorang kawan saya, seorang lelaki setengah baya, dengan mantap bercerita, “Saya tidak pernah bohong ke isteri saya.”  “Oh ya?” saya menyela, kagum. Dia melanjutkan, “Pergi kemanapun saya bilang, terus terang.” Saya tanya, “ Ke karaoke juga, misalnya ?”  

Dia mengiyakan, mantap. Saya mengangguk-angguk. Kagum, karena setahu saya, karaoke yang sering dikunjunginya dan menjadi pembicaraan para lelaki, dikenal sebagai karaoke ‘plus’.

Membaca respons kekaguman saya itu, dia melanjutkan, seraya tersenyum bengal, “ He he... saya cerita ke dia sih. Saya ke karaoke. Ya itu aja.  Yang lainnya, nggak saya ceritakan.” Saya membatin,  itu namanya bercerita, tetapi tidak bercerita keseluruhannya. Jurus kawan itu adalah jurus  yang disebut sebagai jurus bohong putih (white lies). Bohong yang halus dan cerdik.

Sementara itu, ada bohong lain yang vulgar, yang tidak cerdik. Seorang kawan lain– sebut saja si Badu - yang memang suka ‘menjual’ nama orang-orang yang berkuasa, pernah cerita ke saya, “Saya dipanggil Pak Polan (seorang penguasa, pejabat tinggi).”

Saya merespons, “Hebat. Dipanggil orang besar.” “Iya, nggak tahu tuh, ada apa ya ?” ujarnya dengan  hidung kembang-kempis. Tak lama kemudian,  secara tak sengaja saya bertemu Pak Polan yang malah bertanya kepada saya, “Ada apa ya Mas, Pak Badu kok minta waktu, mau ketemu saya?” Lho, siapa yang benar ?

Transaksi  kebohongan mengalir deras dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam pelbagai jenis. Ada bohong putih, ada bohong vulgar dan bohong-bohong jenis lainnya. Namun ada satu bohong yang  malah dipuji. Ini bohong dalam arena olahraga.

Bagaimana seorang Messi, pesebakbola terbaik dunia, dipuji setinggi langit. Ia sangat hebat dalam ‘menipu’ atau ‘membohongi’ para lawan-lawannya. Para pemain lawan menyangka ia akan menggiring bola ke arah kanan, ternyata yang terjadi kebalikannya, Messi membawa bola ke kiri. Tipuan Messi dan para olahragawan lain, dalam konteks serupa, adalah 100% halal.

Di luar kebohongan dalam bidang permainan dan pertandingan olahraga, bohong adalah suatu hal yang tak terpuji. Bohong adalah perbuatan haram. Dengan berbohong akan tumbuh potensi hilangnya kepercayaan.

Dengan melakukan kebohongan, orang yang bersangkutan berpotensi kehilangan kepercayaan dari orang yang dibohongi. Lebih jauh, “Pada saat kepercayaan musnah, berkembanglah ketidak-percayaan,” kata Sophocles, penulis Yunani abad 4 SM.

Padahal, kepercayaan adalah salah satu hal yang paling utama dalam kehidupan. “Kepercayaan adalah perekat kehidupan. Itu adalah resep paling esensial dalam komunikasi yang efektif. Itu adalah prinsip dasar yang meneguhkan hubungan,” kata Stephen Covey.

T.P. Rachmat, pemilik grup bisnis Triputra dan mantan presiden direktur PT Astra International Tbk, menasehati,“Apabila Anda mau sukses di bisnis, ada dua hal mendasar di samping jejaring pertemanan yang harus Anda pelihara dengan baik yaitu kredibilitas (kepercayaan.”

“Siapa yang tak dapat dipercaya untuk hal-hal kecil, tak layak dipercaya untuk hal-hal besar,” kata Albert Einstein. Bahkan, ada keyakinan yang lebih mendalam, “Dipercaya itu lebih tinggi nilainya dari pada sekadar dicintai,” kata George MacDonald, penulis Skotlandia abad 19.

Dalam skala yang luas, ucapan Presiden Barack Obama ini relevan dengan kondisi kemasyarakatan kita saat ini, “Apabila masyarakat tak dapat mempercayai pemerintahannya--dalam melaksanakan misi untuk melindungi dan menyejahterakan kesejahteraan umum--hal lain-lainnya sudah tak ada maknanya “.

Ganggu Kesehatan
Kebiasaan berbohong juga amat mengganggu kesehatan. Seorang peneliti dari University of Notre Dame melakukan percobaan terhadap 110 orang. Separuh dari seluruh peserta diminta berhenti atau mengurangi berkata bohong selama 10 pekan.

Adapun separuh lainnya tidak diberi instruksi khusus agar tidak berbohong.  Hasilnya, ketika peserta dalam kelompok tanpa bohong tidak mengatakan kebohongan lebih dari tiga kali dalam sepekan, gejala sakit kepala, sakit tenggorokan, ketegangan, kecemasan dan masalah lainnya berkurang dibandingkan dengan kelompok yang tidak diminta berbohong.

Intinya, orang yang sering berbohong lebih sering mengalami sakit kepala, merasa cemas  dan stres. Adalah amat penting untuk makin pandai memahami perihal keterkaitan bohong dengan salah.

Karena terjadi kecenderungan yang sama sekali tidak sehat, banyak usaha kebohongan dipelesetkan menjadi suatu kesalahan. Orang yang seharusnya meminta maaf karena sesuatu kebohongan yang dilakukannya, sering terjadi  memelesetkannya menjadi meminta maaf dengan dalih ia lupa akan sesuatu hal termaksud.

Sering terjadi, para tersangka dalam peradilan menyatakan jawaban  ‘lupa’ manakala dicecar dengan dakwaan yang sudah disertai bukti-bukti kuat, padahal secara akal sehat, yang dinyatakannya sebagai lupa, sesungguhnya adalah suatu hal yang tidak ingin diakuinya. Ia, sejatinya, berniat bohong.

Bohong itu haram. Sementara itu, salah –-sebagaimana bohong yang membawa pelbagai kerugian--adalah perbuatan yang layak pula dihindari, tetapi bukan suatu hal yang haram. Salah , adalah suatu kondisi manusiawi.

Richard Branson, seorang miliarder asal Inggris pemilik Virgin Group yang menaungi 400 perusahaan menyatakan, “Jangan malu dengan kesalahan Anda. Belajar dari kesalahan itu dan mulai lagi.”

“Kejayaan paling hebat dalam hidup adalah bukan tiadanya kesalahan, melainkan kebangkitan kembali pada saat jatuh,” kata Ralph Waldo Emerson, penulis dan pelopor aliran Transendental pertengahan abad 19.  

“Kalau Anda tak pernah salah sama sekali, itu pertanda Anda tidak melakukan segala sesuatunya secara inovatif,” nasihat Woody Allen, seorang aktor, sutradara dan penulis naskah film.

Sementara itu, Michael Jordan, pebasket legendaris Amerika Serikat dan juga pemilik klub Charlotte Hornets, meneguhkan kekuatan tekadnya dengan menyatakan, “Saya bisa menerima kesalahan. Setiap orang ada salahnya, pernah membuat salah. Namun, saya tidak bisa menerima kesalahan tanpa mencoba melakukannya.”

Bill Gates, pemilik Microsoft dan filantrofis besar dunia, lebih menekankan aspek pentingnya aspek pembelajaran,  “Sah-sah saja merayakan keberhasilan. Tapi yang lebih penting adalah memperhatikan pembelajaran dari kesalahan “.

Bohong itu haram. Salah itu halal.

Penulis:

Pongki Pamungkas
Penulis buku The Answer Is Love.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pongki Pamungkas
Editor : Lutfi Zaenudin
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper