Kabar24.com, JAKARTA -- Untuk mengubah paradigma masyarakat tentang perpustakaan yang saat ini hanya dipandang sebagai tempat menyimpan buku, Coca cola Foundation Indonesia (CCFI) mencanangkan program Perpustakaan Seru (PerpuSeru) di wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T).
Direktur Program PerpuSeru, Erlyn Sulistyaningsih mengatakan, pemilihan Program PerpuSeru dilatarbelakangi pertimbangan bahwa perpustakaan adalah tempat pembelajaran publik yang gratis, tanpa batasan, dan dapat gunakan untuk semua kalangan.
Program ini juga dimaksudkan untuk mengubah pandangan masyarakat akan perpustakaan sebagai tempat yang membosankan sehingga pelajar belum menjadikan perpustakaan sebagai kebutuhan.
Dia menambahkan, program ini lebih membidik wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T).
Alasan fokus mengembangkan perpustakan di tingkat kabupaten karena didorong oleh keberadaan perpustakaan daerah yang masih belum ditata secara modern.
Sejak 2011 selain meningkatkan minat baca masyarakat daerah PerpuSeru juga membantu menyediakan tempat belajar gratis bagi anak-anak putus sekolah.
Fokus PerpuSeru pada peningkatan ekonomi masyarakat dengan turut membantu masyarakkat memperoleh pengetahuan berbisnis secara gratis tanpa harus membeli buku bacaan, karena di setiap Perpuseru dilengkapi layanan internet.
“Dengan paradigma perpustakaan sebagai tempat yang menyenangkan dengan begitu perpustakaan dapat meningkatkan kualitas hidup dengan menjadikan perpustakaan sebagai wadah dan jantung pendidikan untuk memperoleh informasi khususnya masyarakat di daerah yang minim informasi,” kata Erlyn, di Jakarta, Selasa (22/9/2015).
Selain sebagai tempat menimba ilmu, perpustakaan juga dapat membantu usaha mikro kecil menengah (UNKM) dengan menghadirikan pengembangan teknologi, informasi serta pelatihan kepada pemuda dan masyarakat.
"Kami juga mengembangkan perpustakan yang berbasis TIK,” lanjutnya.
Sementara Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca Perpustakaan Nasional Syarif Bando mengatakan minat anak Indonesia untuk membaca saat ini sangat tinggi namun ketersediaan buku masih jadi kendala.
Selain itu masih banyak perpustakaan yang belum berkembang sehingga jarang sekali anak muda menjadikan rutinitas berkunjung ke perustakaan sebagai gaya hidup.
“Jika kita ke Eropa dan negara maju yang perpustakaannya telah modern, anak muda selalu menjadikan perpustakan tempat yang indah. Terlihat banyak aktifitas seperti meeting diadakan di perpustakaan. Hal ini sangat berbeda dengan kita,” ujarnya.
Dia menambahkan, adanya program PerpuSeru tentu baik bagi staf perpustakaan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas penyediaan layanan perpustakaan berbasis TIK secara berkelanjutan guna mencerdaskan bangsa dan meningkatkan daya tarik pengunjung.