Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum Berbisnis Olahan Ayam Beku Siap Saji

Prospek bisnis olahan ayam beku siap saji menjadi semakin menarik ke depannya. Masyarakat kini semakin banyak yang senang makan di luar. Agar pelaku usaha dapat memanfaatkan peluang ini, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan, seperti diungkapkan oleh Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S.Lukman.
Ayam bikini/twitter
Ayam bikini/twitter

Bisnis.com, JAKARTA--Prospek bisnis olahan ayam beku siap saji menjadi semakin menarik ke depannya. Masyarakat kini semakin banyak yang senang makan di luar.

Makanan beku menjadi alternatif yang dipilih kalangan konsumen. Pangsa pasarnya cukup besar, kendati saat ini belum ada data yang menyebutkan secara pasti seberapa besarnya.

Di negara maju, misalnya Jepang, makanan beku siap saji sudah dijual secara massal. Produknya mudah ditemukan di stasiun kereta atau bus. Orang dapat membelinya lalu menghangatkan sebentar  di microwave dan langsung dikonsumsi.

Di Indonesia, bisnis ini juga akan dapat berkembang bagus. Agar pelaku usaha dapat memanfaatkan peluang ini, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan, seperti diungkapkan oleh Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S.Lukman.

Pertama, masalah proses produksi. Usaha produksi makanan beku siap saji harus mengutamakan pemenuhan standar mutu pangan. Produk-produk makanan seperti ini harus benar-benar memperhatikan keamanan pangan, sekalipun dibuat oleh perusahaan berskala UKM.

Kedua, kemasan. Dalam produk ayam beku siap saji serta makanan beku lainnya, faktor kemasan juga amat penting. Kemasan yang digunakan harus sesuai standar agar makanan tidak terkontaminasi.

Bentuk kemasannya dapat berupa plastik tetapi harus foodgrade atau aman untuk bahan makanan. Selain itu, proses pengemasannya juga kalau bisa aseptik atau disterilkan.

Ketiga, produksi massal. Jika mampu memproduksi dalam kuantitas yang besar, tentunya akan membuat biaya produksi lebih murah dan pelaku tinggal memikirkan masalah distribusinya.

Keempat, siapkan fasilitas distribusi. Pelaku usaha juga perlu memikirkan fasilitas distribusi seperti pendingin mobile. Makanan beku tentunya harus terus dalam suhu dan kondisi yang terjaga agar kualitasnya tidak turun.

Kelima, tempat penjualan. Jika proses produksi sudah dilakukan secara massal, maka pelaku usaha perlu memikirkan tempat penjualannya serta menyiapkan peralatan yang mendukung seperti microwave untuk memudahkan konsumen mengkonsumsi produk tersebut.

Setelah melakukan hal tersebut, pelaku juga perlu melakukan strategi lain demi pengembangan usaha agar mampu bersaing.

Persaingan yang dihadapi usaha makanan beku antara lain kantin-kantin, katering, tempat makan siap saji, serta usaha makanan rumahan yang didistribusikan secara delivery yang saat ini sedang menjamur di kota-kota besar seperti Jakarta.

Selain itu, beberapa perusahaan besar angggota GAPMMI seperti Nurtrifood juga sudah mulai memproduksi makanan beku yang cepat saji, tetapi lebih menyasar kalangan yang berdiet. Bentuknya berupa nasi dan lauk pauk yang sudah dihitung kalorinya dan dikemas dalam bentuk frozen yang tinggal langsung masuk microwave.

Ke depan, tren gaya konsumsi makanan dan minuman untuk diet memang diprediksi akan lebih berkembang. Jika ingin memperluas pasar, pelaku UKM dapat mengembangkan produk dengan tidak hanya sekedar menjual makanannya tetapi memperhatikan jumlah kalorinya.

Mengenai persaingan dengan perusahaan besar, kata Adhi, UKM tidak perlu terlalu takut sebab dalam usaha makanan yang paling penting soal selera. Memang perusahaan besar bisa distribusi nasional sedangkan UKM area distribusinya lebih terbatas. Hal ini dipengaruhi modal dan kapasitas produksi.

Kendati demikian, menurutnya kondisi itu dapat menjadi nilai lebih bagi UKM. Dengan menguasai satu area saja, misalnya membuat kantin kecil di gedung dengan kapasitas 2.000 karyawan, UKM akan mendapatkan pasar yang besar.

Untuk itu, UKM harus bersifat fleksibel dalam mberinovasi. Contohnya, terkait produk, UKM dapat membuat menu bervariasi dan berubah setiap hari atau minimal minggu. Strategi ini mudah dilakukan UKM, tetapi sebaliknya sulit diterapkan oleh perusahaan besar dengan sistem produksi massal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler