Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perilaku Konsumen Berubah, Pelaku Usaha Harus Ciptakan Inovasi Nilai

Pendiri Middle Class Institute (MCI) Yuswohady menyebutkan, secara umum perilaku konsumsi dan belanja konsumen kelas menengah Indonesia memang telah berubah menjadi kian value demanding.
Konsumen memadati pusat perbelanjaan produk ritel/Bisnis
Konsumen memadati pusat perbelanjaan produk ritel/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA -- Pendiri Middle Class Institute (MCI) Yuswohady menyebutkan, secara umum perilaku konsumsi dan belanja konsumen kelas menengah Indonesia memang telah berubah menjadi kian value demanding.

Artinya, konsumen menuntut manfaat dalam berbagai hal seperti kualitas, kenyamanan, kecanggihan. Secara bersamaan konsumen juga meminta harga yang serendah mungkin. Hal ini sebagai imbas meningkatnya daya beli, wawasan dan akses terhadap informasi, serta keterhubungan sosial.

Pelaku usaha tidak dapat menutup mata dari perubahan ini. Respon yang harus dilakukan oleh perusahaan yakni lewat terobosan berupa inovasi nilai, baik lewat perubahan model bisnis hingga perombakan aturan main industri.

Pada dasarnya inovasi tersebut dilakukan dengan menciptakan manfaat setinggi mungkin dan memangkas biaya konsumen serendah mungkin.

Inovasi nilai ini telah sukses dilakukan sejumlah perusahaan di Indonesia. Sekedar menyebut nama, ada IKEA, Hotel Amaris, 7-Eleven, D’Cost, hingga Pasar Santa, gerai online seperti (OXL, Lazada, Bukalapak, Tokopedia), agen perjalanan online (Traveloka, Tiket.com, PegiPegi), juga brand keripik Maicih dan Gojek.

Tak hanya perusahaan besar, pelaku UKM juga dituntut untuk mampu menghasilkan produk berkualitas  tinggi lewat inovasi nilai.

“Menurut saya UKM justru seharusnya  melakukan pendekatan value atau kualitas. Kalau UKM tidak memiliki jalur distribusi massif dan tidak bisa bermain di mass product yang dikuasai perusahaan besar, ya mestinya value produknya yang harus ditingkatkan,” katanya.

Pendiri lembaga konsultan pemasaran Inventure ini menuturkan, upaya UKM dalam memberikan value  dapat dilakukan pada dua hal, yakni pada nilai fungsional dan nilai emosional produk atau layanan.

Nilai yang mengutamakan fungsi, contohnya, produk makanan yang selain murah tetapi terasa enak. Sementara nilai emosional mencakup nilai tambahan dalam aspek-aspek emosional seperti imej atau servis yang personal. Adapun imej dapat diolah dengan memanfaatkan branding.

“Kompensasi dari resource UKM yang memang terbatas adalah kreatifitas dan inovasinya. Kalau tidak punya itu dan lantas selalu mengkambinghitamkan modal, ya goodbye sajalah,” tegas Yuswohady.

Penulis buku Consumer 3000 ini menuturkan, kreatifitas pelaku usaha sangat berkaitan dengan tingkat wawasan dan pendidikan. Oleh karena itu pelaku usaha sangat perlu bersikap terbuka dan bergabung dengan entrepreneur lain di dalam berbagai komunitas.

Selain sebagai alternatif pemasaran, komunitas adalah tempat menimba ilmu bagi pelaku usaha. Komunitas menjadi alat pembelajaran praktik yang efektif dan efisien bagi pada UKM sebab mereka dapat saling berbagi hambatan dan strategi dari pelaku usaha yang sudah sukses.

“Acara seminar, coaching dan sharing oleh komunitas itu luar biasa dan penting. Mereka bisa saling belajar sehingga pikirannya menjadi lebih terbuka dan solusinya mudah ditemukan. Kalau tidak pernah gaul dan tidak dapat ide biasanya akan mentok serta menyalahkan modal yang kecil,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper