Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BISNIS CAMILAN: Kriuk Laba Churros Gurih

Camilan khas negara lain kini beramai-ramai masuk pasar Tanah Air. Dengan mudah, berbagai penganan itu diterima oleh lidah masyarakat Indonesia. Pasar yang besar ini pun menjadi peluang bagi sejumlah pelaku usaha untuk mereguk keuntungan.

Bisnis.com, JAKARTA - Camilan khas negara lain kini beramai-ramai masuk pasar Tanah Air. Dengan mudah, berbagai penganan itu diterima oleh lidah masyarakat Indonesia. Pasar yang besar ini pun menjadi peluang bagi sejumlah pelaku usaha untuk mereguk keuntungan.

Salah satu camilan luar yang tengah populer adalah churros. Churros, yang tergolong dalam kelompok donat, merupakan penganan khas Spanyol yang juga populer di Filipina, Prancis, Amerika Latin, dan Amerika Serikat.

Salah satu jenis makanan ringan ini sebenarnya bukan hal baru di Tanah Air. Camilan ini mulai merambah Jakarta sejak akhir 2014. Kini, tren churros mulai menyebar hingga ke kota-kota lain.

Churros merupakan kue dari bahan tepung, telur, mentega, dan susu, yang digoreng. Meski tergolong dalam kategori yang sama dengan donat, churros berbeda dengan donat. Makanan kecil ini berbentuk panjang. Pembuatannya menggunakan cetakan churrera, sehingga bentuknya mirip seperti bintang segi enam dan sekilas seperti terlihat bergerigi.

Selain bentuk, perbedaan lain adalah soal cita rasanya. Makanan ringan yang digoreng ini memiliki tekstur renyah di luar tetapi lembut di bagian dalam. Rasa churros yang sedap membuatnya mudah diterima lidah orang Indonesia, sehingga jajanan ini bisa cepat dikenal orang. Popularitasnya pun kian tinggi karena efek Internet dan media sosial. Churros biasanya disajikan dengan ditaburi gula atau bubuk kayu manis.

Akan tetapi, kini banyak produsen churros yang memberikan inovasi tambahan untuk meningkatkan keunikan rasa ataupun daya tarik tampilan. Ada yang menambahkan dipping sauce dengan berbagai variasi rasa, seperti cokelat atau es krim.

Variasi lainnya adalah churros dengan isian krim di bagian tengah. Pamor churros juga ternyata semakin melejit di kalangan anak muda. Hal ini terlihat dari ramainya pelaku usaha yang mayoritas adalah anak muda yang ikut menggeluti bisnis kuliner churros.

Salah satu dari sejumlah pelaku usaha yang memanfaatkan tren churros adalah Tantry Agung Dewani. Dia mulai merintis usaha binis churros dengan nama Churro Rita sejak September 2015. Penyanyi berusia 28 tahun ini tertarik menggeluti usaha pembuatan makanan ringan tersebut karena melihat peluang pasar yang begitu besar.

Menurutnya, saat itu belum ada pembuat churros yang enak di kawasan Cibubur, Jakarta Timur. Tantry pun berdiskusi dengan rekannya yang adalah seorang chef asal Jepang. Dari situ, mereka pun memodifikasi rasa churros yang pas untuk lidah orang Indonesia.

“Bedanya churros yang saya buat dengan yang lain yakni teksturnya yang benar-benar lembut di dalam, tetapi crispy banget di bagian luar,” tutur perempuan yang mengaku punya ketertarikan dalam kuliner Spanyol dan Meksiko itu.

Dalam perjalanannya ke Singapura, dia pernah mencoba churros yang sangat enak. Berangkat dari pengalaman itu, Tanty pun berusaha menemukan sendiri resep racikan adonan churros yang tepat.

Masa pencobaan pembuatan resep dan persiapan kafe dimulai Tantry sejak Juni 2015. Dia terjun langsung dalam proses pembuatan desain logo, kemasan, serta desain kafe. Total modal yang dikeluarkannya saat itu sekitar Rp150 juta– Rp200 juta untuk membuat kafe, merancang kitchen set, serta membeli peralatan-peralatan dan mesin kopi.

Sejak launching, Churro Rita mengenalkan beberapa varian churros yang unik, yakni churros dengan empat pilihan rasa es krim, churros dengan white chocolate, serta churros dengan dark chocolate.

Agar lebih menarik, dia juga menyediakan berbagai topping, seperti kacang mede, star sprinkles, dan rainbow sprinkles yang dapat dipilih sesuai dengan selera konsumen. Satu porsi churros reguler dibanderol dengan harga Rp15.000. Jika ingin memesan dengan saus tambahan, konsumen tinggal menambah sekitar Rp3.000.

Adapun, churros dengan es krim dibanderol dengan harga Rp20.000. Selain melayani pembelian langsung di kafenya, Tantry juga meladeni pesanan dengan sistem pesan antar. Sejauh ini, pembelian dengan sistem tersebut justru menyumbang penjualan terbesar, dibandingkan dengan penjualan langsung di kafe Churro Rita yang beralamat di Jalan Raya Lapangan Tembak Blok A Nomor 10, Cibubur.

Churro Rita meladeni pesanan dari kawasan Cibubur dan daerah lain di Jakarta. Agar lebih mudah berpromosi, dia memanfaatkan media sosial seperti Instagram dengan akun @Churrorita, serta akun Twitter @Churrorita_ID .

Ketika memulai usaha ini, Tantry mengaku mendapat respons yang beragam karena saat itu churros belum familiar di Cibubur. Oleh karena itu, hingga kini dia masih melakukan edukasi pasar dengan rajin menyebarkan brosur untuk mengenalkan produknya.

Dia juga kerap meminta bantuan rekannya sesama artis untuk meng-endorse produknya di media sosial. Kondisi saat ini, menurutnya, sudah jauh berbeda. Kalangan konsumen sudah lebih mengenal churros dan secara perlahan angka penjualannya pun meningkat pesat.

“Dalam sebulan, omzetnya sekitar Rp15 juta–Rp25 juta dengan margin laba sekitar 100%. Penjualan paling ramai itu saat November tahun lalu,” katanya. Tantry bercita-cita dapat memperluas pemasarannya ke daerah, seperti Bali, Surabaya, dan Bandung.

Menurutnya, prospek churros masih menjanjikan sebab masih banyak daerah potensial yang belum digarap. Dalam waktu dekat, Tantry berniat meluncurkan varian produk baru, yakni churros rasa cokelat dan espresso. Ke depan, dia juga berniat memasuki ranah penjualan churros beku.

Saat ini, dia sudah memulainya dengan memasok churros beku ke salah satu kafe yang ada di Bandung. Selain itu, untuk memperluas pasar, dia juga terus melakukan inovasi-inovasi agar churros dapat masuk ke berbagai segmen.

PEMAIN LAIN

Pelaku usaha lain yang juga menjalankan bisnis churros adalah Nadia Rahmalya. Perempuan 19 tahun yang berdomisili di Tanjung Barat, Jakarta Selatan ini memulai usaha churros sejak 6 bulan lalu dengan nama usaha Bakoel Cilik. Awalnya, produk kuliner yang diproduksi Nadia adalah klapertart.

Namun, belakangan dia menambahkan menu baru berupa churros karena melihat makanan tersebut mudah diterima masyarakat. Mahasiswi Universitas Indonesia ini mengaku mempelajari pembuatan churros dengan menonton berbagai video acara masak-memasak yang ada di Youtube. Kemudian, dia melakukan sedikit improvisasi supaya rasa churrosnya lebih enak dan tahan lama.

“Bahannya sebenarnya simple, hanya tepung terigu, telur, susu saja, tetapi rasanya enak dan unik karena ada lumuran gula dan kayu manis,” kata dia. Pasar yang disasar Nadia pada awalnya adalah kalangan teman-temannya sendiri. Kala itu, diakui Nadia, banyak temannya yang belum mengetahui churros.

Berkat promosi yang gencar, teman-temannya pun malah ketagihan. Secara perlahan, banyak pesanan mulai berdatangan. Namun, karena harus membagi waktu dengan kesibukan kuliah, Nadia hanya menjalankan usaha dengan sistem pesanan.

Pemasaran dan penjualannya pun dilakukan secara online , lewat media sosial, seperti akun Instagram dan Twitter dengan nama akun @Bakoelcilik. Saat ini, dia mengeluarkan varian churros dengan berbagai pilihan saus celup, seperti green tea , cokelat, dan karamel.

Berbeda dengan pembuat churros lain, Nadia hanya membuat churros dengan ukuran besar atau family size yang dikemas dengan aluminium foil . Ada tiga ukuran yang dia tawarkan, yakni 10 cm x 19 cm yang dibanderol dengan harga Rp85.000, ukuran 20 cm x 20 cm yang dihargai Rp125.000, dan ukuran 20 cm x 30 cm yang dijual dengan harga Rp200.000.

Dengan menggunakan jasa ojek, Nadia mampu meladeni permintaan pesan antar ke berbagai lokasi di Jakarta. Saat ini, mayoritas konsumen Nadia masih berasal dari lingkungan teman dan kenalan pribadi. Rata-rata penggemar churros buatannya adalah kalangan anak muda, seperti mahasiswa atau pekerja kantoran.

Dia mengaku ingin dapat menembus pasar yang lebih luas, termasuk meladeni permintaan dari luar kota. Strategi yang sudah disiapkannya adalah lebih aktif melakukan promosi online, serta mulai menjalin kerja sama dengan para pemilik kafe dan restoran.

“Sampai sekarang saya masih berjualan secara online. Jika keadaan memungkinkan, saya juga ingin membuka kafe,” tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Selasa (5/1/2016)
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper