2. Boon_Erl Sasar Pasar Suvenir
Lilin aromaterapi Boon_Erl didirikan oleh dua orang gadis berusia 23 tahun, Stella Laurensia dan Sherly Stefanie. Sepasang sahabat ini mengaku pada awalnya tidak berniat berbisnis, tetapi hanya iseng mencari kegiatan untuk mengisi waktu luang.
Keduanya punya hobi mengasah kreativitas tangan atau sering disebut DIY (Do It Yourself ). Saat mencari tren produk dari luar negeri pada Juli 2014, mereka tertarik dengan lilin yang unik. Mereka pun akhirnya patungan mengumpulkan modal sebesar Rp500.000.
“Untuk usaha, modal kami tidak terlalu besar karena pakai alat-alat yang ada di rumah sendiri. Bahan bakunya kami cari yang skala kecil saja untuk percobaan. Setelah yakin usaha bisa berjalan, kami memberanikan diri membeli bahan baku dalam jumlah besar,” tutur Sherly.
Produk hasil uji coba itu ternyata disukai teman-temannya. Mereka pun memberanikan diri untuk menjual lilin aromaterapi lewat media sosial dan membuat akun Instagram khusus @Boon_erl pada September 2014.
Ada banyak jenis lilin aromaterapi yang disediakan Boon_Erl. Pilihannya antara lain pada kemasan small glass, jar, tin can, big jar, tiny melts, cupcake candle, dan cake in jar . Semua produknya diproduksi ready stock, kecuali kemasan big jar .
Keunggulan yang coba mereka tawarkan adalah dari segi bahan. Sherly menggunakan campuran palm wax dan beewax. Selain itu, variasi wewangiannya beragam, mulai dari vanilla, night queen, lavender, jasmine, peppermint, rose, sandalwood, musk, green tea , lemongrass, dan coffee.
“Keunggulan lainnya berupa inovasi bentuk lilin baru, yaitu tiny melts. Ini berupa lilin kecil-kecil yang bisa dicampur satu dengan yang lain dan menghasilkan wangi yang unik. Bentuk lilin kami juga unik sehingga cocok sebagai suvenir,”
Untuk pemesanan sebagai suvenir, konsumen dapat memilih ukuran, berat, wangi, dan warnanya, disesuaikan dengan isi kantong. Pembeli lilin aromaterapi Boon_Erl cukup beragam, mulai dari anak sekolah hingga orang tua, baik pria maupun wanita.
Produknya juga kerap diborong kalangan ekspatriat terutama saat ikut bazar. Dia juga sudah pernah mengirim produk ke berbagai daerah di seluruh Indonesia dengan menggunakan jasa ekspedisi.“Persentase konsumen kami 30% membeli untuk diri sendiri, 20% membeli untuk hadiah, dan 30% membeli untuk suvenir pernikahan.”
Untuk menjangkau segmen konsumen yang luas, selain memanfaatkan media sosial, Sherly juga berpromosi di situs-situs e-commerce , seperti Bukalapak, Kaskus, Shopee, Carousell, dan Olx. Dia juga mengaktifkan tenaga penjualan atau reseller.
Saat ini, rata-rata penjualan Boon_Erl sekitar 100 gelas lilin dalam sebulan. Dengan membanderol harga mulai dari Rp9.200 hingga Rp277.000 per produk, mereka dapat mengantongi omzet Rp5 juta–Rp7 juta, dan margin laba 10%-50%.
Diakui Sherly, kapasitas produksinya belum terlalu besar karena urusan produksi masih ditangani langsung oleh keduanya. Masa produksi terbatas sebab pembuatan lilin memakan waktu minimal dua hari.
Di sisi lain, dia juga terkendala bahan baku. Pasalnya, bahan baku yang digunakan mayoritas impor, dan kadang kala sulit didapatkan di distributor. Kendati pesanan dari berbagai lini berdatangan, Sherly mengaku masih lebih tertarik fokus di bidang pembuatan lilin sebagai suvenir. Segmen ini, menurutnya, masih bisa dieksplorasi lebih luas.