Bisnis.com, JAKARTA—Tidak dapat dipungkiri lagi, bisnis rintisan (startup) di Indonesia semakin bertumbuh subur bak cendawan di musim hujan. Hampir setiap bulan selalu ada pemberitaan soal kemunculan founder baru yang menawarkan berbagai solusi baru.
Saat ini di Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah startup paling tinggi di kawasan Asia Tenggara, yaitu sekitar 2.000 usaha.
Di tengah pertumbuhan startup yang kian masif itu, publikasi atau peliputan dari media merupakan satu dari ratusan cara startup untuk mempromosikan keberadaan mereka. Masing-masing startup pun harus siap berkompetisi untuk mendapatkan “perhatian” dari media.
“Untuk mendapatkan atensi tersebut, ada beberapa strategi pendekatan kehumasan yang bisa diterapkan. Sebab, membangun hubungan yang baik dengan media adalah salah satu kunci kesuksesan sebuah startup,” jelas Content Marketer iPrice Group, Andrew Prasetya.
Andrew memaparkan setidaknya ada 10 strategi pendekatan untuk membangun relasi media yang bisa diterapkan oleh startup yang sedang merintis jalannya menuju ke arena kompetisi bisnis.
Pertama, carilah kontak mendia yang tepat. Menurut Andrew, tahap paling awal untuk membangun hubungan dengan media adalah mencari kontak yang tepat. Caranya bisa dilakukan dengan bertanya kepada teman yang bekerja di startup lain.
“Selain itu, bisa juga dengan melihat kolom ‘redaksi’ atau ‘kontak kami’ di situs media yang bersangkutan. Jika tidak ada laman tersebut, lihat nama penulis artikelnya dan cari di media sosial seperti LinkedIn, Facebook, Twitter, dan sebagainya,” tuturnya.
Kedua, kirim surel dengan benar. Andrew mengatakan kesalahan terbesar yang kerap dilakukan startup ketika ingin membangun hubungan dengan media adalah terlalu malas untuk membuat surel yang benar.
Untuk mengirim surel pendekatan yang benar adalah tuliskan subyek yang menjelaskan tujuan dari surel. Untuk kiriman pertama, buat perkenalan diri secara singkat. Lalu, buatlah surel terasa personal dengan menyebutkan nama, darimana mengetahui media atau kontaknya, dan sebagainya. Dan, yang terpenting, jangan menaruh surel di BCC.
Ketiga, mengirimkan cerita yang tepat. “Yang dimaksud dengan ‘tepat’ adalah cerita dengan sudut pandang dan pada momentum yang tepat,” tegas Andrew. Caranya adalah dengan melakukan riset media. Baca berita pada media tersebut, analisis gaya penulisannya, dan model artikelnya.
Tidak hanya melakukan riset media, lakukan juga riset tren. Teliti isu apa yang sedang hot saat ini, dan coba paksa otak untuk bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang unik.
Keempat, membangun hubungan manusiawi. Terkadang startup menghubungi media hanya ketika menginginkan sesuatu, yaitu publikasi. Padahal, media juga dijalankan oleh manusia. Sehingga, penting untuk melakukan interaksi dengan awak media selayaknya manusia.
“Caranya, bangunlah hubungan dengan editor atau jurnalis di media tersebut. Beri masukan dan juga saran jika ada, dan bangun komunikasi dengan mereka secara reguler dan tidak hanya ketika membutuhkan saja,” jelas Andrew.
Kelima, berdiskusi dan bertukar pikiran. Cobalah meminta saran dan masukan dari media terkait cerita (rilis) yang dibagikan. Dengan demikian, startupbisa menganalisis apa yang disukai dan tidak disukai oleh media dan pembaca.
Keenam, melampirkan gambar atau ilustrasi pada surel. “Jangan lupa untuk mencantumkan gambar pada lampiran surel. Jangan membuat media bekerja ekstra, tetapi permudah pekerjaan mereka,” imbuhnya.
Ketujuh, beri pujian atas karya mereka. Luangkan waktu untuk mengecek dan membaca karya media dan berikan pujian dengan tulus. Ambillah beberapa hal menarik dari cerita tersebut dan sampaikan kepada mereka bagian-bagian yang disukai.
Kedelapan, jadilah sumber informasi yang terpercaya. Jangan pernah memberikan kesaksian atau informasi palsu kepada media. Jika ada pertanyaan yang tidak dipahami atau kurang yakin, minta waktu untuk mengonfirmasikan jawaban yang tepat.
Kesembilan, bersabar. “Ingat, media juga memiliki pekerjaan selain meladeni dan membalas surel atau pesan dari startup. Bersabarlah jika belum dibalas. Jangan terlalu sering menghubungi untuk menagih publikasi,” tutur Andrew.
“Atau sebaliknya, bermainlah dengan logika. Ketika tidak ada balasan dalam waktu yang cukup lama dari media, besar kemungkinan cerita yang disampaikan tidak cukup menarik untuk bahan publikasi mereka.”
Kesepuluh, mengucapkan terima kasih. Hal paling sederhana yang sering terlupakan adalah mengucapkan terima kasih ketika sudah dipublikasikan. “Kirimkan pesan atau surel yang mencantumkan link publikasi, dan sampaikan terima kasih dengan tulus.”