Bisnis.com, JAKARTA- Kepiawaian mengelelola hasil bumi di sekitar kampung halamannya, Desa Kesimen, Sukoreno, Jawa Timur, membuat Karyani (50) berhasil menyulap modal Rp50.000 yang dikeluarkannya untuk memulai bisnis menjadi keuntungan puluhan juta tiap bulannya.
Pada tahun 2000, Karyani memutuskan untuk memulai bisnis minuman herbal instan berbahan dasar temulawak, kunyit, dan jahe. Dengan modal awal yang dimilikinya, dia membeli bahan baku berupa gula dan temulawak lalu dikemas melalui bungkus plastik sederhana.
“Jual pertama 20 bungkus kemudian dijual ke tetangga atau cuma lingkup satu lingkungan saja,” ujarnya.
Awalnya, dia mengaku kesulitan untuk menjual produk minuman herbal instan. Pasalnya, sebagian masyarakat di kampung halamannya belum tertarik karena bisa mengolah sendiri bahan herbal tersebut.
Peluangnya untuk mengembangkan usaha mulai terbuka saat mendapat permintaan dari kantor pemerintahan daerah sekitar tahun 2002. Saat itu, mereka memerlukan minuman herbal yang tidak merepotkan dalam proses pembuatannya.
Dari situ, beberapa instansi pemerintah mengajaknya untuk mengikuti pameran. Kesempatan tersebut digunakannya sebagai ajang promosi merek minuman herbal “Kesiman Jaya”.
“Mereka tertarik karena lebih cepat daripada membuat sendiri dan bisa dibawa ke mana-mana,” jelasnya.
Memasuki 2009, Karyani mulai mendesain ulang kemasan produknya dengan menggunakan botol plastik dan label dengan ukuran 250 gram. Dia juga mendapatkan pelatihan dari salah satu perusahaan untuk mengembangkan promosi produk.
Saat ini, Kesiman Jaya memiliki 17 lini produk minuman herbal instan. Harga yang dipatok beragam mulai dari Rp20.000—Rp30.000.
Dengan bermodalkan 8 orang pegawai, Karyani mampu memroduksi 10.000 botol per bulan. Omzet yang didapat bisa menembus Rp35 juta tiap bulannya.
“Tugas karyawan mulai dari memilih bahan, mencuci, memasak, serta mengemas produk,” paparnya.
Dia mengaku tak kesulitan mendapatkan bahan baku karena pasokan yang melimpah di sekitar rumahnya. Lokasi desanya yang berada di areal pegunungan membuat Kesiman Jaya tidak pernah mengalami kendala bahan baku.
Namun, tantangan yang dihadapi justru terkait perizinan karena usahanya masih berskala rumah tangga. Karyani mengaku kesulitan untuk mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Pemerintah membantu kayak Surat Izin Usaha Perdagangan [SIUP] tetapi kalau BPOM memang persyaratannya lebih mahal,”tuturnya.
Padahal, produk-produk Kesiman Jaya kini telah merambah hingga ke Korea Selatan. Sejak Maret 2017, minuman herbal asli Indonesia tersebut dikirim sebanyak 200—300 botol ke Negeri Gingseng.
Selain itu, Karyani juga telah memasok produknya ke toko ritel modern yang ada di wilayah Surabaya. Tiap bulannya, dia bisa mengirimkan hingga 200 botol ke masing-masing gerai.
“Jadi memang tantangannya memang masih ada di perizinan karena skala bisnis kami yang masih kecil,” imbuhnya.