Bisnis.com, JAKARTA – Perkembangan bisnis perusahaan rintisan (startup) di Tanah Air tidak lepas dari peran para pemilik modal yang turut membesarkannya.
Kejelian para investor malaikat (angel investor) dalam menyemai bibit-bibit startup potensial, ikut menentukan arah perkembangan ekonomi digital yang diyakini tumbuh makin cepat dengan hadirnya bisnis-bisnis baru.
Salah satu diantaranya adalah Kevin Darmawan. Pria yang sebelumnya menetap di AS lebih dari satu dekade sebaga software engineer itu diketahui sudah menjadi angel investor sejak 2008. Selain itu, dia juga tercatat sebagai Managing Partners Coffee Ventures, perusahaan modal ventura yang didirikannya pada 2016.
Kiprahnya sebagai angel investor dimulai saat dirinya membesarkan TADA, startup yang mengembangkan program loyalty pelanggan dan kartu hadiah berupa voucher pada 2008. Kala itu, Kevin memutuskan untuk membantu founder TADA—yang dahulu bernama Gift Card Indonesia—yaitu Antonius Taufan lantaran seringkali menghadapi masalah saat harus memberikan hadiah pada momen tertentu.
“Berangkat dari masalah yang related dengan diri sendiri saat ingin memberikan hadiah, akhirnya saya putuskan untuk membantu mengembangkan TADA. Jelas saja itu nekat, karena lawannya saat itu ada Sodexo yang sudah besar. Waktu itu, kantor pun hanya mengandalkan dapur di rumah founder,” katanya saat diwawancarai oleh Bisnis.com belum lama ini.
Namun, keputusan yang berangkat dari permasalahan yang dia hadapi dan pahami betul saat itu ternyata tepat, TADA kini menjelma menjadi salah satu startup yang sukses menggandeng ratusan brand dan mengembangkan bisnisnya hingga ke Amerika Serikat, Singapura, Filipina, dan Malaysia.
Selain TADA, Kevin mengungkapkan jika dirinya sudah menanamkan modal di sejumlah startup a.l Kulina, 42 Race, Qualita Prints, Unsircle, dan Caro. Namun, dia tidak menyebutkan nilai pendanaan semua startup tersebut.
Menurutnya, angel investor termasuk tipe investor agresif yang berani mengambil risiko, karena risiko bisnis berbasis teknologi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bisnis lain. Pasalnya, potensi kegagalan bisa mencapai 90%, terlebih jika salah pengelolaan.
Kevin mengaku sudah menikmati keuntungan yang lumayan dari investasinya di sejumlah startup. Keuntungan tersebut diperoleh dari penjualan sebagian kepemilikan di startup yang valuasinya sudah naik.
Kevin menilai suatu startup layak mendapatkan modal apabila digawangi sosok yang berjiwa entrepreneur, dan punya model bisnis yang sesuai.
“Perusahaan berbasis teknologi makin ke sini makin mudah dan murah. Sekarang tinggal bagaimana risk management-nya agar the right action with the right time. Jangan salah mengambil keputusan saat menggunakan modal,” tegasnya.