Bisnis.com, JAKARTA - Raja yang satu ini, bisa jadi terhitung sebagai yang terkaya di dunia.
Pasalnya, Raja Maha Vajiralongkorn memiliki akses ke salah satu kekayaan kerajaan terbesar di dunia, sebuah perusahaan induk rahasia yang sarat dengan saham di perusahaan blue-chip Thailand dan tanah di jantung kota Bangkok.
Pascaperceraian ketiganya dengan Srirasmi Suwadee yang berakhir tragis, dia harus membayar semua biaya perceraian, yang dilaporkan mencapai US$6 juta atau setara Rp87 miliar, dengan uang dari perusahaan kerajaan.
Dua tahun kemudian, pada 2016, Vajiralongkorn yang saat itu masih seorang pangeran naik takhta dengan wafatnya Raja Bhumibol Adulyadej.
Salah satu tindakan besar pertama Raja Maha Vajiralongkorn adalah mengalihkan semua kepemilikan di perusahaan besar itu, yang dikenal sebagai Crown Property Bureau (CPB), menjadi kepemilikan pribadinya, memberinya kendali atas lebih banyak kekayaan daripada kekayaan gabungan raja Saudi, sultan Brunei dan keluarga kerajaan Inggris.
Aset tersebut, secara konservatif bernilai US$70 miliar sekarang menjadi fokus gerakan pro-demokrasi yang menuntut transparansi terhadap status keuangan monarki dan batasan kekuatannya yang luas.
Pongkwan Sawasdipakdi, dosen di Thammasat dan kandidat doktor dalam hubungan internasional di USC, mengatakan bahwa ketika para pengunjuk rasa berbicara tentang monarki sebagai sebuah institusi, CPB selalu menjadi inti permasalahannya.
"Salah satu hal utama yang dipikirkan orang adalah bagaimana monarki dapat mengumpulkan kekayaan yang sangat tinggi dan kita tidak benar-benar tahu apa-apa tentangnya," ujar Pongkwan dikutip melalui LA Times, Jumat (16/10).
Dibentuk pada 1936 untuk mengelola aset institusional kerajaan dan menutupi sebagian pengeluarannya, biro ini beroperasi secara legal namun bukan termasuk lembaga pemerintah atau lembaga swasta, atau bagian dari istana dan penuh dengan rahasian yang tersimpan rapat di balik dinding istana.
Dewan direksinya, yang dipilih sendiri oleh raja, tidak merilis laporan keuangan.
Sebagian besar kepemilikan perusahaan, terutama pada aset tanah, tetap menjadi misteri. Namun perkiraan portofolio menjadikan Vajiralongkorn raja terkaya di dunia, seorang pria yang memiliki vila tepi danau di luar kawasan Munich, Jerman, dan mampu menyewa hotel di Pegunungan Alpen Bavaria selama pandemi terjadi di negaranya.
Investasi terbesar CBP yang ada di Siam Commercial Bank dan Siam Cement Group, sebuah konglomerat industri di mana ia memegang 34% saham, secara gabungan bernilai sekitar US$8 miliar pada akhir tahun lalu, menurut laporan tahunan perusahaan.
Meskipun saham bank telah kehilangan setengah nilainya selama pandemi, dividen dari dua perusahaan publik menghasilkan pendapatan US$342 juta untuk raja pada 2019.
Kepemilikan tanahnya - termasuk 5½ mil persegi yang tersebar di distrik-distrik sewaan tinggi di pusat Bangkok - diperkirakan oleh Porphant bernilai US$32 miliar pada tahun 2015, tetapi hanya sedikit yang disewakan untuk penggunaan komersial.
Penguasa Thailand sebelumnya, Raja Bhumibol Adulyadej, yang memerintah selama 70 tahun, digambarkan dalam propaganda royalis sebagai orang yang hemat hingga tidak pernah menyia-nyiakan pasta gigi - bahkan ketika Thailand tumbuh menjadi mesin ekonomi Asia Tenggara dan investasi kerajaan berlipat ganda nilainya.
Tetapi, Raja Maha Vajiralongkorn berbeda dengan mendiang ayahnya.
Dididik di sekolah berasrama di Inggris dan akademi militer di Australia, raja berusia 68 tahun itu menikah dengan istri keempatnya dan menghabiskan hampir seluruh waktunya di Jerman.
Bahkan dari jarak itu dia telah mengambil peran yang lebih tegas dalam politik Thailand, membawa dua unit militer di bawah komandonya dan mengubah hukum untuk memungkinkan dirinya memerintah dari luar negeri.
Pada Juli 2017, undang-undang yang disahkan oleh parlemen yang didominas…