Bisnis.com, JAKARTA - Perlunya UKM untuk menjalani transformasi digital di Indonesia telah meningkat kurang lebih antara 3 hingga 5 tahun akibat COVID-19. UKM di Indonesia kini semakin terbuka untuk berinovasi dan mencoba cara kerja baru dengan memanfaatkan teknologi.
Namun, kurangnya pemahaman dalam teknologi, aplikasinya, dan bagaimana hal itu dapat digunakan untuk membantu bisnis mencapai tujuannya, seringkali menyebabkan pembelian alat-alat atau solusi yang tidak perlu.
Seringkali, UKM lebih suka mengambil pendekatan jangka pendek dengan memperoleh alat-alat dan solusi yang tidak menyediakan kebutuhan spesifik organisasi. Tingkat kegagalan yang tinggi dari pendekatan semacam itu seringkali menyebabkan antusiasme awal melemah dan skeptisisme terhadap transformasi digital pun tumbuh.
Transformasi digital merupakan penerapan teknologi digital dalam segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk bisnis. Dengan data yang terkumpul dan strategi digital yang tepat, bisnis dapat mewujudkan produk dan layanan menurut selera konsumen, mengurangi biaya pengeluaran yang berlebihan, serta meningkatkan aliran pendapatan.
Dwayne Ong, Chief Executive Officer (CEO) Casugol penyedia program sertifikasi profesional dan executive workshops tentang transformasi digital dan teknologi baru mengatakan kejelasan dalam tujuan bisnis, teknologi, dan aplikasi, akan membantu UKM fokus pada inti bisnis dan semakin maju dalam memperoleh bekal dan keahlian, serta mengidentifikasi teknologi dan alat-alat baru yang diperlukan.
Menurut Dwayne, UKM di Indonesia harus terlebih dahulu melihat kembali model bisnisnya dan merancang secara jelas apa yang ingin dicapai terkait dengan transformasi digital. Para pemilik atau pemimpin bisnis UKM perlu meningkatkan keterampilan literasi digitalnya agar dapat mengidentifikasi sumber daya yang tepat untuk mencapai tujuan transformasi digital.
“Usaha Kecil Menengah (UKM) menyumbang lebih dari 70 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan lebih dari 97 persen tenaga kerja dalam negeri, yang membentuk tulang punggung perekonomian Indonesia.” ujarnya dalam keterangan tertulisnya.
Dwayne berpendapat bahwa urgensi untuk membantu UKM bertransformasi dan beradaptasi dengan ekonomi digital yang berubah cepat sangatlah penting, karena kunci sukses transformasi digital adalah berinvestasi pada keterampilan literasi digital orang-orang.
“Para pekerja UKM harus berpengalaman dalam Analisis Data, Keamanan Siber, Pemrograman, dan Keterampilan Literasi Digital. Selain keterampilan teknis, calon pekerja juga perlu mengembangkan softskills seperti kepemimpinan, kognitif, komunikasi, negosiasi, customer service, dan lain-lain,” imbuhnya.
Casugol adalah dengan kantor pusat yang berbasis di Singapura dan telah hadir di 38 negara berbeda termasuk Indonesia. Casugol mengadakan pelatihan dan konsultasi transformasi digital di seluruh dunia di ruang kelas dan juga secara online.
Casugol didirikan oleh. Dia adalah Pendidik dan Konsultan Organisasi dengan berbagai macam pengalaman dalam Artificial Intelligence, Robotika, Analisis Data, Transformasi Digital, Kewirausahaan, dan Pengembangan Karir.
“Berdasarkan penghitungan terakhir kami pada 31 Januari 2021, lebih dari 8.000 profesional di seluruh dunia dari lembaga pemerintah, dewan hukum, PMN, UKM, dan lembaga pendidikan telah disertifikasi dan dididik oleh Casugol,” kata Dwayne.
Dwayne menyatakan bahwa di Indonesia, Casugol telah berhasil mensertifikasi dan melatih lebih dari 982 peserta dengan beberapa peserta yang terbang langsung ke Singapura untuk mengikuti kelas umum. Berbagai organisasi telah terbantu untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan penting yang diperlukan untuk perjalanan transformasi digital yang sukses.