Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia kaya akan keragaman budaya, salah satunya adalah Patri Tiup, teknik pembuatan tusuk konde khas kota Gede, Yogyakarta.
Patri Tiup adalah teknik pertama dan merupakan warisan leluhur yang digunakan oleh masyarakat kota Gede untuk membuat tusuk konde ini. Ini juga merupakan sebuah warisan budaya yang hampir punah, yang pernah menjadi bagian dari budaya Jawa.
Sayangnya, saat ini pengrajin pembuat tusuk konde dengan teknik patri tiup semakin berkurang, dan hanya menyisakan Pak Bardian, yang adalah generasi terakhir yang ada di wilayah kota Gede.
Founder of Nusantara Documentary Bonfilio Yosafat membagikan kisahnya saat membuat karya dokumenter “Generasi Terakhir Pengrajin Tusuk Konde Patri Tiup”.
Menurutnya, hal yang paling menarik dalam membuat tusuk konde ini adalah ketika menyambungkan antara motif dan tangkai tusuk konde ini.
“Pak Bardian cerita sama saya, jadi ini perlu mengolah napas, napasnya dihembuskan, tahan, hembuskan , tahan. Karena posisinya api tidak boleh terus memanasi patrinya tadi dan ini memang harus ada jedanya. Nah ini ketika kita langsung melihat detail, melihat proses yang Pak Bardian lakukan ini, ini menurut saya memang benar-benar harus menggunakan rasa, untuk membuat mahakarya ini. Jadi akhirnya menjadi tusuk konde yang luar biasa,” kata Bonfilio dalam Pemutaran Video Dokumenter “Generasi Terakhir Pengrajin Tusuk Konde Patri Tiup” pada Selasa (14/12/2021).
Baca Juga
Bonfilio juga mengatakan bahwa saat ini, tinggal Pak Bardian yang masih mempertahankan teknik ini karena satu per satu teman-temanya yang juga menggunakan teknik Patri Tiup sudah meninggal.
Pak Bardian sempat vakum selama tiga tahun, karena dirinya terkena stroke. Namun, dia kembali pulih dan tetap semangat melakukan pembuatan patri tiup.
Ini kemudian menjadi inspirasi untuk Bonfilio. Dia belajar dan menemukan banyak hal, khususnya dalam konteks Pak Bardian tentang kesabaran, ketulusan terhadap rasa, terhadap apa yang kita buat dan menciptakan sebuah maha karya.
“Tentunya ini menjadi inspirasi saya juga ketika menghasilkan visual-visual yang akan saya bagikan dan tampilkan, ketika menggunakan keikhlasan, ketulusan, berserah kepada Tuhan YME. Dengan begitu semuanya dikemas dengan mahakarya dengan cara masing-masing,” ungkapnya.
Dia berharap, dengan adanya video dokumenter ini dapat membantu menceritakan ke masyarakat luas kisah Patri Tiup dan Pak Bardian, generasi terakhir yang mendedikasikan hidupnya dalam melestarikan warisan budaya yang indah ini.