Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelajah Sinyal: Lopo Kopi dan Upaya Pasarkan Kopi Flores Berkualitas

Lopo Kopi berkolaborasi dengan petani kopi dari Desa Were di Ngada, Desa Saga di Ende dan Desa Leworok di Flores Timur.
Francis Lein, pemilik usaha Lopo Kopi di Larantuka, Flores Timur, NTT, memberikan keterangan saat ditemui tim Jelajah Sinyal, Selasa (8/11/2022)/JIBI/Bisnis/Suselo Jati
Francis Lein, pemilik usaha Lopo Kopi di Larantuka, Flores Timur, NTT, memberikan keterangan saat ditemui tim Jelajah Sinyal, Selasa (8/11/2022)/JIBI/Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, LARANTUKA - Kegemaran menikmati kopi menjadi awal cerita bagi Francis Lein dalam mengembangkan usaha kedai dan sangrai kopi bernama ‘Lopo Kopi’ di Kota Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pemuda asal Desa Lewokluok, Flores Timur, ini mengaku mulai menggemari kopi saat mengenyam pendidikan tinggi di Program Studi Teknik Geologi, Universitas Trisakti, di DKI Jakarta. Saat itu, dia mencoba belajar untuk meracik kopi secara manual dengan peralatan sederhana.

Berawal dari kegemaran itu, pria yang akrab disapa Ancis ini memiliki tekad untuk membuka usaha terkait komoditas kopi. Keinginan itu pun terwujud.

Setelah kembali ke kampung halaman, Ancis memberanikan diri untuk membuka bisnis kedai kopi pada 2016. Pasalnya, dia melihat usaha kopi di Kota Larantuka masih terbilang sedikit pada saat itu.

“Setelah selesai kuliah, saya kembali ke Larantuka. Saya lihat di sini usaha di bidang kopi sedikit sehingga saya bertekad membuka usaha kopi,” jelasnya kepada tim Jelajah Sinyal, Senin (7/11/2022).

Usaha kedai kopi Ancis berkembang. Saat ini, dia telah memiliki dua kedai Lopo Kopi yang ada di dua lokasi berbeda di Kota Larantuka, Flores Timur.

Lopo Kopi
Lopo Kopi

Francis Lein melakukan proses pembuatan kopi di salah satu kedai 'Lopo Kopi' di Larantuka, Nusa Tenggara Timur, Senin (7/11/2022)/JIBI/Bisnis/Suselo Jati

Tak berhenti dengan membuka kedai kopi, Ancis mulai lebih giat mendalami seluk-beluk komoditas kopi. Dia mempelajari metode panen dan pengolahan pasca-panen dengan mengamati langsung dari perkebunan kopi masyarakat dan informasi dari internet.

Dari situ, Ancis melihat peluang baru untuk mendirikan usaha sangrai kopi (coffee roastery). Apalagi, jelas dia, masyarakat di Larantuka masih melakukan proses sangrai secara tradisional. “Belum ada penyangrai kopi yang profesional di sini.”

Gayung bersambut. Pada 2019, Ancis mendapatkan dana dari program bertajuk ‘Selamatkan Anak Muda’ yang didorong Pemerintah Kabupaten Flores Timur. Alokasi dana itu kemudian dimanfaatkan Ancis untuk membeli mesin penyangrai kopi.

Untuk mengembangkan usaha ini, Ancis berkolaborasi dengan petani kopi dari Desa Were di Ngada, Desa Saga di Ende dan Desa Leworok di Flores Timur. Para petani itu didampinginya sehingga mampu menghasilkan biji kopi berkualitas terbaik untuk dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia.

Sejak 2019, Ancis memasarkan biji kopi berkualitas dari daratan Flores ke berbagai kota, mulai dari Kupang, Jakarta, Surabaya, Banjarmasin, hingga Palangkaraya. Para pelanggan dari sejumlah wilayah itu mengetahui produk unggulan dari media sosial, khususnya Instagram.

Di samping media sosial, Ancis juga aktif memasarkan produknya melalui sejumlah platform marketplace.

“Saya memang menargetkan pasar yakni kedai kedai kopi yang berada di luar Flores karena mereka menginginkan biji kopi sangrai yang fresh… [Pemasaran digital] sangat berpengaruh,” ungkapnya.

Lopo Kopi
Lopo Kopi

Barista melakukan proses roasting biji kopi di salah satu kedai Lopo Kopi di Larantuka, Nusa Tenggara Timur, Senin (7/11/2022)/JIBI/Bisnis/Suselo Jati

Ke depan, Ancis berharap bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Menurutnya, kopi berkualitas dari daratan Flores bisa dipasarkan ke seluruh Indonesia. Oleh karena itu, dia tengah mengembangkan upaya pemasaran, khususnya melalui marketplace.

Di sisi lain, dia berharap sejalan dengan perkembangan teknologi dan infrastruktur, biaya logistik bisa jauh lebih murah agar harga kopi berkualitas dari Flores mampu bersaing di pasar nasional dan bahkan internasional.

“Kendalanya ada pada ongkos kirim…Namun, saya mungkin harus belajar lagi bagaimana marketing dalam marketplace,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper