Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi menimbulkan kerugian, namun tak sedikit memunculkan peluang.
Terutama dari bisnis kuliner, ada yang memilih untuk menutup dan tak sedikit juga usaha makanan dan minuman yang justru baru dibuka saat pandemi.
Seperti cerita Sarila Danubrata, founder Bruule, sajian spaghetti brulee alias spaghetti panggang yang terus diminati pasar.
“Jadi aku dan pasanganku ini bekerja di dunia perhotelan. Lalu, saat PSBB diberlakukan, kami harus mengalami kebangkrutan dan terpaksa layoff karyawan. Posisi kita minus, bahkan bisa dibilang kita punya utang,” ujarnya saat ditemui Bisnis di Tokopedia, Selasa (9/5/2023).
Hal ini membuat mereka harus memutar otak untuk mencari peluang bisnis baru yang bisa dijalankan di masa sulit seperti itu.
Sampai akhirnya, mereka memutuskan untuk membuka bisnis spaghetti dari warisan resep keluarga. Bersama keluarga besar, mereka saling bahu membantu menjual spagheti lewat online dan delivery dengan sistem pre-order.
Baca Juga
“Jadi sebenarnya Mbak yang bikin. Kami bareng saling memasarkan aja. Awalnya hanya teman terdekat saja yang rutin membeli. Tapi, lama kelamaan makin ramai, mungkin karena word of mouth ya,” ujarnya.
Dirinya menceritakan, kala itu dia tidak punya modal sepeserpun. Uang yang dia dapatkan dari konsumen yang melakukan pre order itulah yang dia putar kembali sebagai modal pembelian bahan baku bisnisnya.
Strategi Bisnis di F&B
Menurut Ila, selama menjalankan bisnis di industri F&B ini tak menemukan kendala yang berarti. Hal tersebut, lantaran tak bisa dipungkiri di masa pandemi, opsi jajanan online sangat diminati.
Sebab, banyak orang yang mencari alternatif untuk tetap dapat menikmati makanan favorit mereka tanpa harus keluar rumah.
Baginya, kolaborasi dengan sejumlah brand kuliner lainnya merupakan strategi yang efektif untuk mendiversifikasi bisnisnya.
Selain media sosial yang memiliki pengaruh besar dalam sebuah usaha, kolaborasi dengan brand kuliner yang sudah dikenal juga dapat membantu meningkatkan eksposur dan citra brand.
Sebagai contoh, jika dirinya spesialisasi di spaghetti brulee, dia dapat melakukan kolaborasi dengan brand lain yang bergerak di bidang dessert untuk memperluas bisnisnya.
Dengan menggabungkan keahlian dalam membuat spaghetti brulee dengan dessert yang unik dan menarik dari brand lain, dapat membantu meningkatkan variasi menu dan daya tarik bisnisnya.
“Selain produk turunan seperti mac and cheese hingga lasagna, kita juga berkolaborasi dengan brand dessert, bahkan terbaru kita kolaborasi bareng Lawless Burger,” ujarnya.
Bruule Hasilkan Perkembangan yang Signifikan
Selama tiga tahun berjalan, Bruule pun mencatatkan perkembangan yang signifikan.
Dengan 23 titik penjualan luar daerah dan 11 gerai fisik yang tersebar di beberapa pusat perbelanjaan Jakarta, membuat Bruule berhasil menjangkau pasar yang luas dan memperoleh 11.000 transaksi per bulan dan mampu menjual 3000 loyang per hari.
Produk yang dibanderol mulai dari harga Rp65.000 hingga Rp200.000-an ini kian populer dipasaran. Terbukti, Bruule terus menambah kapasitas hingga 160 karyawan.
Pertumbuhan bisnisnya yang mencapai 70 persen per tahun pun menunjukkan bisnis ini mampu bersaing di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, terutama di industri makanan dan minuman.
“Di target 2023 ini, kami terus mengembangkan Bruule Group, salah satunya RM Lokiin yang punya segmentasi pasar yang beda. Kita juga menambah cabang Bruule House di MedcoEnergi,” ungakapnya.