Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Duthree Gigih Belatma, dari Pelatih Badminton jadi Suplier Bulu Bebek

Industri shuttlecock kini menjadi incaran bisnis mantan pelatih badminton Duthree Gigih Belatma.
Mia Chitra Dinisari
Mia Chitra Dinisari - Bisnis.com 13 Mei 2023  |  20:55 WIB
Duthree Gigih Belatma, dari Pelatih Badminton jadi Suplier Bulu Bebek
Bisnis bulu bebek untuk shuttlecock

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan atlit badminton, Duthree Gigih Belatma, banting setir dan mencoba peruntungan menjadi suplier dan distributor bulu bebek untuk bahan baku pembuatan kok badminton se-Indonesia.

Gigih, rela meninggalkan pekerjaannya sebagai pelatih badminton di India, dan fokus mensuplai serta memproduksi shuttlecock guna memenuhi kebutuhan kok badminton secara nasional.

Awalnya, dia merasa bimbang melepas pekerjaannya sebagai pelatih badminton yang telah berjalan selama 3 tahun.

“Gaji yang saya terima sebagai pelatih badminton di India cukup lumayan, tapi bisnis yang saya jalani sebagai sampingan juga mulai membesar. Ini buat saya dilema,” katanya.

Namun setelah kontrak kerja berakhir, pria kelahiran Bandung ini nekat untuk tidak memperpanjang kontraknya. 

“Ya, ketika bisnis sudah berjalan baik, dan laba yang diterima meningkat berkali-kali lipat dibandingkan dengan gaji yang diterima sebagai pelatih, ya akhirnya saya putuskan untuk pulang saja,” sambungnya.

Dia mengatakan keyakinannya dalam bisnis ini karena bulu tangkis di Indonesia merupakan salah satu olahraga favorit seperti sepak bola.

Sehingga, menurut Gigih industri shuttlecock tumbuh dengan menjanjikan omset hingga dua triliun rupiah setiap tahunnya.

Sayangnya, kuantitas dan kualitas bulu bebek lokal untuk mensuplai semua kebutuhan industri shuttlecock di Indonesia kurang terpenuhi.

Seperti provinsi Jawa Timur yang dikenal sebagai sentral dari industri kok bulu tangkis di Indonesia ini, menurut data dari KPPU menyebutkan bahwa 90% kebutuhan bulunya disuplai dari luar negeri (impor).

Mengimpor bulu bebek, lanjutnya, bukan karena kekurangan suplai dari dalam negeri, tapi juga karena kualitas bulu bebek lokal dinilai tidak cukup baik sehingga hanya dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan.

Pria berusia 28 tahun inipun terjun ke industri shuttlecock di bawah naungan CV GD Feather, salah satu importir dan distributor bulu bebek di Indonesia.

Gigih juga mulai memproduksi brand shuttlecook-nya sendiri bernama Belkhoin dan MP.

Menurutnya, shuttlecock badminton dari kedua bermerek itu sudah berhasil ia ekspor ke Arab Saudi.

“April kemarin kita baru saja mengekspor Belkhoin dan MP ke Arab Saudi. Harapannya tentu produk lokal ini bisa diterima dengan baik, dan mereka melakukan repeat order.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

bulutangkis bulutangkis dunia mantan pebulutangkis tokoh bisnis
Editor : Mia Chitra Dinisari

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    Terpopuler

    Banner E-paper
    back to top To top