Bisnis.com, JAKARTA - Menjalin hubungan pertemanan biasanya tidak memandang kekayaan. Namun, beberapa orang mungkin merasa kekayaan yang dimiliki adalah hal yang penting dalam hubungan pertemanan.
Dilansir dari Fortune, Senin (10/7/2023) temuan dari sebuah studi dari Intuit Credit Karma, ada lebih dari sepertiga (36%) generasi Z dan milenial yang mengatakan bahwa mereka memiliki teman yang sering membuat mereka berbelanja berlebihan. Mereka melakukan survei lebih dari 1.000 orang dewasa muda.
Banyak dari mereka beranggapan berbelanja berlebihan dapat menumpuk hutang. Beberapa kelompok pertemanan dengan latar belakang finansial berbeda mungkin akan memberikan beban untuk beberapa orang.
Hasilnya, mereka meninggalkan teman-teman yang memengaruhi pengeluarannya itu. Hal ini lebih dirasakan bagi kaum milenial yang kemungkinan memiliki lebih banyak uang belanja daripada Gen Z karena karier mereka lebih jauh dan juga berada dalam musim kehidupan yang lebih mahal.
Credit Karma menyebutkan teman yang berbelanja sebagai seseorang yang mendorong Anda untuk membelanjakan uang yang tidak Anda miliki. Delapan puluh delapan persen generasi milenial dan delapan puluh persen gen Z dengan teman yang berbelanja ini mengatakan bahwa menghabiskan waktu bersama teman tersebut telah membuat mereka terlilit hutang.
Masuk akal jika kaum milenial lebih terpengaruh oleh teman-teman berbelanja mereka. Terapis keuangan Amanda Clayman mengatakan bahwa ketegangan keuangan antara teman milenial cenderung memuncak saat masa-masa transisi, seperti pernikahan, promosi, atau baru melahirkan. Tidak hanya transisi yang baik, tetapi juga transisi yang buruk, seperti PHK atau keadaan darurat medis.
Baca Juga
Banyak responden Credit Karma mengatakan bahwa mereka menjadi korban gaya hidup pertemanan yang hedonisme karena tidak ingin merasa tersisihkan, ingin mengikuti gaya hidup temannya, atau ingin menyenangkan temannya. Banyak yang mengakui bahwa mereka tidak tahu bagaimana mengatakan tidak untuk menolak teman-temannya.
Sebagian orang mungkin merasa lebih mudah untuk memutuskan pertemanan dan tetap bersama teman yang memiliki kemampuan belanja yang sama. Hal ini lebih mungkin terjadi pada generasi Z dibandingkan generasi milenial.
Sebanyak 47 persen generasi Z dan 36 persen generasi milenial mengatakan mereka akan mempertimbangkan untuk mengakhiri pertemanan karena kebiasaan belanja teman mereka. Kemudian, sepertiga responden Gen Z dan 29 persen generasi milenial merasa penting bagi teman mereka untuk memiliki penghasilan sebanyak mereka.
“Menghabiskan uang untuk tetap bersama teman bukanlah hal baru, tetapi bisa menjadi masalah jika orang mulai kehilangan teman karena kebiasaan belanja yang tidak selaras,” kata Courtney Alev, advokat keuangan konsumen di Credit Karma.
Menurut Alev, membicarakan keuangan Anda dengan teman dapat membantu meringankan beberapa tekanan yang terkait dengan uang, terutama jika memiliki situasi keuangan yang berbeda. Namun, ada lebih dari seperempat milenial mengatakan bahwa mereka merahasiakan pendapatan dan hutang mereka untuk menghindari penilaian teman.
Credit Karma mengungkapkan pengeluaran-pengeluaran di kedua kelompok generasi. Makan di luar menjadi pengeluaran utama, kemudian ada belanja pakaian, kehidupan malam, dan perjalanan atau liburan. Bagi generasi Z, pengeluaran untuk perawatan diri, seperti pijat dan manikur merupakan bagian yang cukup besar.
Media sosial memperburuk masalah ini karena mereka menyaksikan teman-teman yang kaya memamerkan liburan mewah dan berbelanja. Hal ini dapat menciptakan kecemasan dan menambah tekanan untuk mengikutinya. Bukan hanya generasi muda, banyak orang telah mengakui pengeluaran berlebihan bahkan sampai berhutang untuk membuat orang terkesan.
Meskipun memutuskan pertemanan mungkin terasa dramatis, tidak mengherankan jika uang dapat memiliki kekuatan seperti itu. Orang cenderung mengikuti konvensi sosial untuk menyesuaikan diri yang dapat merugikan diri sendiri.