Bisnis.com, JAKARTA -- Saat kecil, anak-anak sering ditanya apa cita-citanya? Jadi dokter? Jadi Polisi? Jadi pengusaha?Tapi hanya beberapa yang benar-benar bisa meraih dan menghidupi cita-citanya tersebut.
Menjadi contoh sosok yang menghidupi definisi "meraih mimpi", Mira Hoeng meninggalkan karirnya yang cemerlang untuk mimpi masa kecilnya.
Sosok Mira Hoeng berada di balik salah satu brand tekstil ternama, Miwa Pattern, yang didirikannya tujuh tahun lalu, pada 2016.
Mira mendirikannya setelah melepas pekerjaannya menjadi desainer di Walt Disney Company dan memegang ratusan klien dengan upah besar.
Mira yang merupakan lulusan pendidikan desain mode dan tekstil di Lasalle College of the Arts Singapura lalu diterima bekerja sebagai assistant product development manager di The Walt Disney Company South East Asia dan berkarir di Singapura dengan upah US$1.800 atau sekitar Rp21 juta per bulan.
Tiga tahun berkarier di Singapura Mira kemudian berpindah ke PT Walt Disney Indonesia di Jakarta dan menangani ratusan pemasok untuk pabrik disney hingga membuatnya stres dan jatuh sakit.
Baca Juga
Setelah kembali bangkit, Mira memutuskan untuk mengejar mimpi masa kecilnya, menjadi pengusaha di bidang tekstil. Darah pebisnis ada dalam aliran darahnya, sebagai keluarga pebisnis tekstil.
Mira mengatakan, melihat keluarganya berbisnis, dia juga sudah punya cita-cita untuk bisa membuat brand sendiri dengan produk yang berasal dari hasil tangannya, sejak umurnya baru 13 tahun.
"Dari dulu kepingin punya brand sendiri karena background keluarga yang memang generasi ketiga pabrik tekstil, dan aku punya cita-cita ini terbentuk dari lingkungan, dan aku suka dengan dunianya yang dilalui keluarga aku. Makanya waktu aku tumbuh besar juga aku memilih jurusan textile design karena background keluarga yang kebetulan aku mencintainya juga," jelasnya.
Inspirasi Desain yang Unik
Jenama Miwa Pattern terkenal dengan desainnya yang unik dan penuh warna. Mira mengungkapkan desain yang unik tersebut terinspirasi kebanyakan dari alam.
"Karena aku setuju bahwa manusia adalah bagian dari alam semesta. Alam adalah gambar terindah yang pernah diciptakan di bumi ini dan inspirasi alam enggak habis-habis," ungkapnya.
Dia menyukai gambar-gambar dunia bawah laut, hutan, dan gunung, lalu menuangkannya dalam karya-karyanya dengan menggunakan berbagai warna cerah.
Miwa Pattern, kata Mira, memiliki visi misi "happiness in pattern" atau kebahagiaan dalam pola. Tujuannya untuk menyebar kebahagiaan lewat motif-motif kainnya yang berwarna-warni, "ngejreng", dan terasa bahagia ketika melihatnya.
"Nah itu [Happiness in Pattern] aku jadikan tagline supaya aku ingat kalau Miwa jadi besar, cita-citanya adalah sesimpel menyebar kebahagiaan lewat motif-motifnya, jadi semua motif Miwa bercerita tentang kebaikan, terinspirasi dari nilai kebaikan alam, jadi semua pattern Miwa ada ceritanya, namanya, ada doanya, dan itu diberikan ketika kalian membeli produknya Miwa," imbuhnya.
Tantangan Berbisnis di Dunia Kreatif
Mira mengungkapkan bahwa bisnis di dunia kreatif bukanlah hal mudah, apalagi di Indonesia. Di Tanah Air, masih banyak plagiat penjiplak karya, dan kurang penghargaan dari negeri sendiri.
"Kalau di Indonesia jujur dunia kreatif masih banyak contek mencontek, kalau ada satu yang laku, dia lihat brand aku laku, udah gampang banget ngejiplaknya, banyak banget yang udah ngejiplak sampai hari ini dan banyak yang udah meniru konsep dari brand nya juga. Jadi tantangannya bagaimana kita bisa memproteksi karya dan pemerintah juga memberikan dukungan untuk proteksi karya itu," katanya.
Kedua, Indonesia masih jauh dari mengapresiasi karya seni anak bangsa, kata Mira. Banyak orang yang lebih bangga beli produk branded dan tidak menawar harga, sementara membeli barang lokal justru menawar harga.
"Giliran beli branded nggak nawar, ketika mau beli produk aku, produk lokal yang berusaha dan berjuang untuk UMKM malah nawar, itu menyakitkan untuk aku ya. Jadi itu yang kadang ironis," ujarnya.
Namun, hal itu tak membuatnya gentar. Menurutnya, plagiasi ada batasnya, orang yang plagiat akan lelah sendiri, dan tidak akan bisa menyusul kreativitas pencipta asli sebuah karya.
"Kalau bilang karya aku inspirasi ya bisa tapi mereka harus punya signature gaya sendiri, itu yang nggak dipunyai oleh orang-orang plagiat ini," ujarnya.
Dia juga menambahkan, bahwa bagi yang ingin membangun bisnis di bidang kreatif, untuk tetap berkarya, dan percaya dengan karyanya, serta terus punya keyakinan karyanya suatu hari akan dilirik oleh orang-orang baik.
"Kalau semesta memberkati pasti ada jalannya," tambahnya.
Melebarkan Sayap ke Mancanegara
Mira mengungkapkan bahwa di luar negeri, karyanya sering kali lebih diapresiasi. Oleh karena itu, dia berencana ingin melebarkan sayap Miwa Pattern agar bisa diekspor secara resmi ke luar negeri.
Saat ini, Miwa Pattern memiliki sejumlah toko seperti di Sarinah Jakarta, Sarinah Bali, dan Grand Indonesia. Namun, dia mengungkap juga sudah beberapa kali menembus pasar luar, dengan ekspor ke Singapura, Malaysia, India, beberapa kali mengirim ke Amerika.
"Respons dari customer luar jauh lebih bagus dari customer Indonesia. Banyak mereka yang bangga punya karya aku sampai titip orang yang ke Indonesia. Sampai ada orang dari Taiwan datang ke rumahku ingin tahu aku gambarnya gimana, dan belanja di depan aku," tuturnya.
Ke depan, Mira berharap bisa membawa Miwa Pattern untuk bisa diekspor secara resmi ke luar negeri, sambil menambah toko di berbagai daerah di luar Jakarta.