Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sosok Aditya Caesarico di Balik Merek Sepatu Aerostreet yang Go Internasional

Aditya Caesarico, sosok di balik Aerostreet yang sudah berhasil menembus pasar global.
Aditya Caesarico pemilik sepatu Aerostreet
Aditya Caesarico pemilik sepatu Aerostreet

Bisnis.com, JAKARTA -- Berbisnis sepatu lokal bukan hal mudah. Apalagi di kota-kota besar harus bersaing dengan merek-merek internasional. 

Jika bicara soal sepatu lokal, kini juga tak hanya bicara soal harga yang murah, tapi juga bahan yang berkualitas dan kenyamanan saat digunakan agar bisa bersaing dengan merek-merek besar. 

Salah satu merek sepatu lokal, yang kini sudah berhasil go internasional dan mendunia adalah Aerostreet, yang namanya kini tak lagi asing di telinga pecinta sneakers di Indonesia. 

Bahkan, baru-baru ini Aerostreet berkolaborasi dengan Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka untuk memproduksi sepatu bertema batik dalam perayaan Hari Batik Nasional. 

Aerostreet sudah menjadi salah satu item fesyen pilihan anak muda masa kini, tak hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri dengan omzet ratusan juta rupiah. 

Di balik kesuksesan Aerostreet ini, ada nama Aditya Caesaricoyang kini sudah menjadi miliarder lewat bisnis sepatunya itu. 

Mengutip berbagai sumber, pria yang akrab disapa Rico itu merupakan alumnus SPA De Brito Yogyakarta yang kemudian sempat meneruskan pendidikan ke Universitas Atma Jaya jurusan Manajemen namun tak bertahan lama, hanya 2 semester. 

Menjadi anak dari pegawai percetakan buku, dia memulai pengalaman berbisnisnya dengan membantu sang ayah berjualan buku dari pabrik tempat kerjanya, berbekal kemampuan dan semangat bisnis yang diturunkan dari ibunya, yang kala itu merupakan distributor sepatu AP Boots. 

Selain itu, dia juga mencoba peruntungan lain dengan menjual stiker, kaos, aksesoris motor, hingga tukang gulung dinamo. 

Ingin menekuni dunia bisnis semakin dalam, dia kemudian mencoba berbisnis dengan skala yang lebih besar dan menggarap proyek buku tahunan pada 2002-2004. Dia menggarap buku tahunan untuk sekitar 68 sekolah di Jakarta, Surabaya, dan beberapa kota lainnya. 

Dalam menggarap proyek tersebut, dia merekrut teman-temannya dan mengerjakannya di tiga kamar kos, yang disewanya untuk tidur dan juga untuk bekerja. Dari bisnis tersebut, Rico bisa mendapatkan omzet hingga 500 jutaan, dengan pendapatan Rp10 juta - Rp20 juta dari tiap sekolah. 

Lantaran berbisnis sambil kuliah, Rico jatuh sakit sehingga harus melepas salah satunya. Dia kemudian memantapkan hati mengambil jalan untuk tetap berbisnis dan meninggalkan kuliah. 

Untuk merintis bisnis nyatanya tidak mudah, Rico yang masih berusia 19 tahun kemudian berbisnis sambil membantu bisnis ibunya menjadi distributor sepatu yang saat itu nyaris bangkrut. 

Namun, karena usaha ibunya perlu perhatian lebih, pada 2006 dia memutuskan membubarkan semua usaha rintisannya dan memberi perhatian penuh pada usaha ibunya, hingga ibunya menyerahkan sepenuhnya perusahaan distributor sepatu tersebut kepada Rico. 

Tak hanya AP Boots dan sandal Mely, di bawah tangan dingin Rico bisnis distributor sepatunya bisa menggarap lebih banyak merek seperti New Era, Ando, Swallow, ATT, dan lainnya. Volume distribusinya juga bertambah dari hanya 1 truk menjadi 20 truk. 

Dari kesuksesannya di bisnis distribusi sepatu ini, dan sudah menemukan celah-celah dalam bisnis sepatu, dia kemudian berpikir untuk membangun bisnis dan brand sepatunya sendiri. 

Tak tanggung-tanggung, dia sampai belajar ke Guangzhou, China untuk membuat sepatu. Rico kemudian tertarik dengan mesin sepatu tanpa lem dan belajar membuat sepatu dengan mesin tersebut di pabrik berskala rumahan selama sebulan dan menelan biaya tak sedikit, hingga Rp10 juta - Rp20 juta. 

Kemudian pada 2013, dia mulai mendirikan Aerostreet. Setahun pertama, pabriknya mampu memproduksi dengan kapasitas 800 - 1.000 pasang per hari dengan tenaga 30-40 orang. 

Perusahaan tersebut kemudian berubah menjadi Perseroan Terbatas pada 2014 dengan nama PT Adco Pakis Mas dan fokus memproduksi sepatu sekolah.

Setelah bisa terus berkembang, pada 2019 akhirnya Aerostreet mulai memproduksi sepatu fesyen. Namun, sayangnya peluncurannya bentrok dengan pandemi sehingga Rico terpaksa rugi besar. 

Tapi, Rico tak berhenti, dia kemudian bangkit lagi dengan mulai melakukan promosi di media sosial. Berkat usaha tersebut, kini Aerostreet menjadi salah satu sepatu lokal paling laris di Indonesia dan bisa mempekerjakan hingga 3.000 orang karyawan dan memiliki pabrik seluas 1 hektare. 

Kesuksesan di media sosial dan e-commerce ini pula yang membuat sepatu Aerostreet bisa menembus pasar global dan bersaing dengan merek-merek ternama di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper