Bisnis.com, JAKARTA - CEO Binance, Changpeng Zhao, pada Selasa (21/11/2023) mengaku bersalah atas pelanggaran pencucian uang di AS.
Atas kasus tersebut, perusahaan yang didirikan Zhao itu harus membayar denda sampai US$4,3 miliar, atau sekitar Rp66,7 triliun, denda perusahaan terbesar dalam sejarah AS.
Departemen Kehakiman AS menyebutkan Zhao mengaku bersalah karena gagal mempertahankan program anti pencucian uang yang efektif, dan dia telah mengundurkan diri dari posisinya sebagai CEO.
Menjadi seorang pebisnis kelahiran China, investor dan perancang perangkat lunak, Zhao adalah salah satu pendiri Binance, bursa mata uang kripto terbesar di dunia berdasarkan volume perdagangan per Juli 2022.
Melansir Bloomberg Billionaires Index, Zhao masuk dalam deretan orang terkaya di dunia nomor 136 dengan kekayaan mencapai US$13,6 miliar per Desember 2022.
Pria yang lahir di Lianyungang, Jiangsu, China itu bermigrasi ke Kanada bersama keluarganya pada saat usianya baru 12 tahun dan menetap di Vancouver, British Columbia.
Baca Juga
Selama masa remajanya di Kanada, Zhao membantu menghidupi keluarganya dengan melakukan sejumlah pekerjaan di bidang jasa, termasuk bekerja sebagai pegawai makanan cepat saji di restoran McDonald's dan pom bensin.
Zhao sempat menempuh pendidikan sarjana di Universitas McGill di Montreal, Quebec, di mana dia mengambil jurusan ilmu komputer.
Setelah lulus dari McGill, Zhao terpilih untuk magang di Tokyo bekerja di subkontraktor Bursa Efek Tokyo, mengembangkan perangkat lunak untuk mencocokkan pesanan perdagangan. Dia kemudian bekerja penuh waktu selama empat tahun di Bloomberg Tradebook di mana dia menjadi pengembang perangkat lunak perdagangan berjangka.
Belajar Btitcoin
Kemudian, pada tahun 2013, Zhao belajar tentang Bitcoin dari seorang pemodal ventura yang bermain poker dengannya. Dia mulai memikirkan proyek-proyek kripto terkemuka.
Dia kemudian bergabung dengan Blockchain.info sebagai anggota ketiga dari tim dompet cryptocurrency. Sebagai kepala pengembangan selama delapan bulan, dia bekerja sama dengan master Bitcoin terkenal seperti Roger Ver dan Ben Reeves.
Dia juga bekerja di OKCoin sebagai chief technology officer selama kurang dari setahun, sebuah platform untuk perdagangan spot antara aset fiat dan digital.
Setelah itu, Zhao kemudian mulai berpikir untuk memulai perusahaan pertukaran aset digital murninya sendiri yang tidak akan menyentuh mata uang fiat. Tanpa koneksi ke lembaga keuangan, risiko dan komplikasi peraturan yang diperingatkan oleh mantan koleganya, Ver, akan lebih rendah.
Namun baru pada 2017, ketika booming ICO mulai meningkat dan volume mulai melonjak, dia memutuskan untuk mengambil tindakan. Dia meluncurkan bursa mata uang kripto Binance pada Juli 2017 dan mampu mengumpulkan US$15 juta dalam penawaran koin perdana, dan perdagangan dimulai di bursa tersebut sebelas hari kemudian.
Dalam waktu kurang dari delapan bulan, Zhao mengembangkan Binance menjadi bursa mata uang kripto terbesar di dunia berdasarkan volume perdagangan per April 2018.
Zhao juga meluncurkan Binance Coin pada 2017 ini adalah token utilitas yang memberi pemiliknya berbagai keuntungan, seperti diskon biaya perdagangan. Pada bulan April 2019, Binance meluncurkan Binance Smart Chain, yang memiliki fungsi kontrak pintar dan merupakan pesaing Ethereum.
Pada Februari 2018, Forbes menempatkan Zhao di urutan ketiga dalam daftar "Orang Terkaya Dalam Mata Uang Kripto", dengan perkiraan kekayaan bersih sebesar US$1,1 miliar - US$2 miliar.
Kemudian, pada 2019, Zhao meluncurkan afiliasi Binance di AS, Binance.US. Binance menarik permohonannya untuk menjalankan pertukaran kripto yang berbasis di Singapura pada 2021.
Perjalanan bisnisnya mulai runtuh ketika pada 27 Maret 2023, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi (CFTC) mengajukan gugatan terhadap Binance dan Zhao di Pengadilan Distrik Amerika Serikat untuk Distrik Utara Illinois, mengklaim penghindaran yang disengaja terhadap hukum AS dan diduga melanggar aturan derivatif.
Badan tersebut menuduh Binance melanggar aturan yang dimaksudkan untuk menggagalkan operasi pencucian uang, menunjuk pada komunikasi internal yang menggambarkan transaksi oleh organisasi militan Palestina, Hamas.
Pada Juni 2023, Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) mengatakan pihaknya menggugat Zhao dan Binance atas 13 dakwaan atas dugaan pelanggaran aturan sekuritas AS. Hingga akhirnya pada November 2023, Zhao setuju untuk mengundurkan diri dari Binance dan membayar denda US$50 juta sebagai bagian dari pengakuan bersalah atas tuntutan federal AS.
Binance juga setuju untuk mengaku bersalah, dan membayar denda sebesar US$4,3 miliar. Kini posisi Zhao di Binance akan digantikan oleh Richard Teng.