Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Historia Toshiba, Resmi Delisting Setelah 74 Melantai di Bursa Tokyo

Historia Toshiba yang delisting dari Bursa Tokyo. Berawal dari perusahaan lampu dan listrik.
Kereta monorel melintas di dekat logo Toshiba Corporation yang terpampang di gedung perusahaan tersebut di Tokyo, Jepang, 5 April 2023./Reuters
Kereta monorel melintas di dekat logo Toshiba Corporation yang terpampang di gedung perusahaan tersebut di Tokyo, Jepang, 5 April 2023./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Saham perusahaan teknologi raksasa asal Jepang, Toshiba Corporation, resmi dihapuskan dari Bursa Saham Tokyo atau delisting pada Rabu (20/12/2023).

Saham Toshiba didepak dari bursa setelah 74 diperdagangkan akibat pergolakan dan skandal yang terjadi sejak satu dekade lalu, yang menyebabkan jatuhnya salah satu merek terbesar di Jepang ini dan menimbulkan ketidakpastian.

Toshiba diakuisisi senilai US$14 miliar atau sekitar Rp216 triliun oleh sekelompok investor yang dipimpin oleh perusahaan ekuitas swasta Japan Industrial Partners (JIP) yang juga mencakup perusahaan jasa keuangan Orix, perusahaan utilitas Chubu Electric Power, dan produsen chip semikonduktor Rohm.

Historia Toshiba

Melansir laman resmi Toshiba Global , Toshiba diawali dengan dua rangkaian. Pertama dibentuk oleh Tanaka Seizo-sho (Tanaka Engineering Works), yang didirikan pada 1882, dan berdasarkan pabrik yang didirikan oleh Hisashige Tanaka (1799-1881) pada tahun 1875.

Tanaka terkenal sejak masa mudanya karena kreasinya yang mencakup boneka mekanik dan jam abadi. Akhirnya, dengan nama Shibaura Seisaku-sho (Shibaura Engineering Works), perusahaannya menjadi salah satu produsen peralatan listrik berat terbesar di Jepang.

Pada 1873, Kementerian Teknik Jepang, yang bertanggung jawab untuk mendorong modernisasi Jepang, menugaskan Hisashige Tanaka untuk mengembangkan peralatan telegraf. Dia kemudian membangun pabrik di Tokyo pada 1875 untuk mengakomodasi pesanan pemerintah yang terus meningkat. Lantas dia membentuk perusahaan, Tanaka Seizo-sho (Tanaka Engineering Works), yang menjadi salah satu cikal bakal Toshiba.

Perusahaan lainnya adalah Hakunetsu-sha & Co., Ltd. yang didirikan sebagai produsen lampu pijar pertama di Jepang. Diversifikasi membuat perusahaan itu berkembang sebagai produsen produk konsumen. Pada 1899, Hakunetsu berubah menjadi Tokyo Denki (Tokyo Electric Co.).

Adapun, perusahaan itu didirikan oleh Ichisuke Fujioka pada 1878, yang mengembangkan lampu busur pertama di Jepang saat belajar di Imperial College of Engineering, sekarang menjadi Fakultas Teknik Universitas Tokyo, di bawah bimbingan profesor tamu William Ayrton. Saat itu, Jepang harus mengimpor seluruh lampu listriknya.  

Fujioka mendirikan Hakunetsu-sha Co., Ltd. pada 1890 untuk memproduksi bola lampu di Jepang.

Kedua perusahaan tersebut menjadi pelopor pengembangan peralatan listrik di Jepang. Tanaka Engineering Works menciptakan generator turbin bertenaga kincir air dan Hakunetsu-sha mengembangkan pemancar radio. 

Pada 1921, Tokyo Denki (Perusahaan Listrik Tokyo, yang namanya diubah dari Hakunetsu-sha pada tahun 1899) menemukan bola lampu listrik kumparan ganda, yang kemudian diakui sebagai salah satu dari enam penemuan besar dalam sejarah teknologi bola lampu.

Gempa Besar Kanto pada 1923 menyebabkan kerusakan besar, menyebabkan lebih dari 100.000 orang tewas. Perusahaan Listrik Tokyo itu kehilangan banyak karyawan dalam bencana tersebut. 

Presiden perusahaan tersebut kemudian menginspirasi upaya rekonstruksi, dengan pernyataan terkenalnya bahwa, “Pabrik tanpa lembaga penelitian bagaikan serangga tanpa antena.” Perusahaan kemudian secara aktif memasuki bidang baru pada saat ini, termasuk peralatan medis dan perangkat radio.

Pada 1930-an, pemerintah Jepang memberlakukan larangan produksi peralatan rumah tangga untuk menghemat pasokan penting besi dan baja untuk keperluan perang. Masa-masa sulit telah tiba.

Sebagai salah satu anggota Mitsui zaibatsu, dipimpin oleh Mitsui Bank, Shibaura Seisaku-sho (Shibaura Engineering Works, yang namanya diubah dari Tanaka Engineering Works pada 1893) dan Tokyo Electric Company mengadakan kepemilikan silang dan berkolaborasi di sejumlah bidang. 

Seiring kemajuan teknologi, permintaan akan peralatan rumah tangga mulai meningkat yang mencakup kemajuan dalam mesin listrik berat. 

Pada 1939, kedua perusahaan yang memimpin di bidangnya masing-masing itu bergabung membentuk produsen peralatan listrik terintegrasi, Tokyo Shibaura Denki (Tokyo Shibaura Electric Co., Ltd.). Perusahaan ini kemudian dikenal sebagai 'Toshiba', yang menjadi nama resminya pada 1978.

Ketika perang semakin intensif, perusahaan tersebut berkembang pesat dengan memenuhi pesanan negara untuk radio, tabung vakum dan perlengkapan militer lainnya, dan juga memproduksi generator. Namun, kapasitas produksi lumpuh akibat serangan bom yang menargetkan pabrik.

Ketika produksi pulih pada tahun-tahun pascaperang, perusahaan yang awalnya berfokus pada mesin listrik berat dan kemudian kembali membuat peralatan listrik yang lebih kecil seiring dengan kemajuan rekonstruksi. Anak perusahaan penjualan baru didirikan untuk memperkuat kemampuan penjualan dan ekspor ke Asia Tenggara dimulai.

Perekonomian Jepang berkembang pesat pada paruh kedua 1950-an, yang menyebabkan pertumbuhan pesat dalam industri alat berat listrik, elektronik, dan komunikasi. Penjualan dan keuntungan tumbuh dengan cepat seiring Toshiba menciptakan produk baru, mengembangkan teknologi orisinal, memperluas pabrik yang ada, dan membangun fasilitas produksi baru untuk memasok pasar yang berkembang pesat.

Anak perusahaan penjualan dan manufaktur luar negeri pun didirikan untuk mengembangkan bisnis internasional dan rasio penjualan luar negeri secara bertahap meningkat.

Pada 1984, bentuk singkatan “Toshiba” menggantikan Tokyo Shibaura Denki sebagai nama resmi perusahaan dan dalam bahasa Inggris, “Toshiba Corporation” mulai digunakan pada 1983.

Stagnasi ekonomi di Jepang pada 1990-an menyebabkan Toshiba mengadopsi pendekatan “konsentrasi dan seleksi” untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan. 

Hal ini mencakup pemusatan sumber daya pada sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan dan bisnis-bisnis baru, serta secara selektif mendorong pertumbuhan pada sektor-sektor yang sudah matang atau sedang mengalami penurunan melalui reformasi dan restrukturisasi. Toshiba memfokuskan sumber daya pada semikonduktor dan memperluas bisnis PC.

Pada 1999, Toshiba memperkenalkan sistem perusahaan in-house, menciptakan delapan perusahaan in-house. Wewenang didelegasikan kepada perusahaan-perusahaan internal ini untuk memberi mereka otonomi yang lebih besar dan mendorong pengambilan keputusan yang lebih cepat.

Perusahaan berjalan lancar hingga pada 2015 terungkapnya masalah akuntansi yang tidak tepat dan diikuti dengan defisit besar-besaran dalam bisnis tenaga nuklir di luar negeri, yang merusak reputasi Toshiba dan menjerumuskannya ke dalam krisis paling serius sejak pendiriannya.  

Perusahaan merespons hal ini dengan pengalihan bisnis peralatan rumah tangga, audiovisual, peralatan medis, dan memori, mengubah portofolio bisnisnya dari kontraktor kelistrikan umum menjadi fokus pada segmen energi, infrastruktur, dan perangkat elektronik.  

Pada tahun 2018, Toshiba memperkenalkan “Esensi Toshiba,” yang menyatakan kembali komitmen dasar jangka panjang, “Berkomitmen pada Masyarakat, Berkomitmen pada Masa Depan.”.  

Dengan mengintegrasikan pengetahuan dan pencapaian di bidang manufaktur yang dikembangkan selama bertahun-tahun sejak didirikan dengan teknologi pemrosesan informasi, digital, dan AI, Toshiba mengembangkan sistem cyber-fisik (CPS) sebagai basis untuk pengembangan bisnis lebih lanjut.  

Adapun, kini fokus perusahaan adalah pada kemajuan di bidang-bidang penting, realisasi netralitas karbon dan infrastruktur berketahanan di segmen layanan infrastruktur, dan mempertahankan infrastruktur sosial dan informasi di segmen perangkat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper