Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konglomerat di Balik Taksi Express yang Bakal Kembali Beroperasi Setelah Beberapa Tahun Hiatus

Taksi Ekspress bakal kembali mengoperasikan layanan taksi, bekerja sama dengan GoTo melalui GoCar mengoperasikan armada kendaraan listrik di Jabodetabek.
Taksi Express/Jibi
Taksi Express/Jibi

Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan pengelola layanan taksi terbesar kedua di Indonesia, Taksi Express, kembali beroperasi di Jakarta di awal 2025. 

Setelah sempat menyetop operasional taksi dan berfokus hanya pada layanan bus, sejak Desember 2024 taksi dengan khas armada berwarna putih itu sudah kembali beredar di jalanan Jakarta, kali ini menggunakan armada listrik, mobil BYD M6. 

Berdasarkan keterangan resminya, dikutip Selasa (18/3/2025), Direktur Utama PT Express Transindo Utama Tbk. (TAXI) Johannes Triatmojo mengatakan bahwa kembalinya Taksi Express merupakan berkat kerja sama dengan PT Rekan Anak Bangsa, anak usaha dari Grup GoTo. 

Adapun, taksi Express bisa ditemui dengan memesan melalui layanan GoCar. Hal ini juga membuka kesempatan baru bagi para calon mitra pengemudi yang tidak memiliki mobil sendiri, untuk bisa mendaftar dan mendapatkan lapangan pekerjaan. 

Sosok Pendiri Taksi Express

Johannes menyebutkan, bahwa sejak 2019 emiten dengan kode TAXI itu sudah tidak lagi memiliki pemegang saham pengendali. Bahkan sejak Januari 2023 tidak ada lagi pemegang saham utama. 

Namun TAXI masih memiliki pemegang saham yang berkomitmen untuk menjaga keberlangsungan perusahaan, sehingga masih bisa beroperasi hingga saat ini. 

Berkiprah sejak 1989, Taksi Ekspress didirikan oleh salah satu pengusaha terkaya di Indonesia, Peter Sondakh. 

Pria kelahiran Manado, 23 Juni 1953 itu adalah pendiri Rajawali Corpora, grup usaha yang bergerak di berbagai sektor bisnis. 

Sebelum menjadi seorang pebisnis ulung, Peter sempat menjalani pendidikan kedokteran gigi. Namun, dia memutukan untuk tidak melanjutkan pendidikannya dan bergabung dengan bisnis ayahnya sejak 1971, sebuah bisnis ekspor kayu dan minyak kelapa yang dibangun sejak 1950-an. 

Peter yang masih berusia 22 tahun lantas harus menanggung perusahaan sang ayah, beserta 20 karyawannya ketika ayahnya meninggal dunia. 

Sejak itu dia fokus berbisnis dan memaksimalkan pengetahuan bisnis yang dia peroleh dari mendiang ayahnya untuk mengembangan usahanya. Hal ini yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya PT Rajawali Corpora. 

Sambil melanjutkan usaha ayahnya, dia juga ingin mewujudkan mimpinya ingin membuka hotel. Dia lantas bermitra dengan teman ayahnya dan membangun hotel Hyatt di Surabaya, yang rampung pada 1977. 

Dia kemudian melebarkan usahanya ke Singapura dengan membuat sejumlah kesepakatan properti. Namun, sayangnya pada 1982 bukan tahun yang baik untuk properti di Negeri Singa itu, sehingga dia terpaksa mengalami kerugian dan harus menjual bagian hotelnya ke Hyatt untuk menghindari kebangkrutan. 

Tak putus asa, pada 1984 dia kembali memperluas bisnia ayahnya, dan mengembangkan ke usaha pariwisata. Kala itu dia bekerja sama dengan konglomerat Bambang Trihatmodjo untuk kemudian membangun hotel Grand Hyatt di Jakarta dan membangun jaringan televisi swasta pertama di Indonesia, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). 

Namun, akibat perselisihan, Peter terpaksa melepas sahamnya di jaringan tersebut pada 2022. 

Pada 1980-an dia juga mendirikan Bank Pos, dan merambah bisnis pariwisata dengan Tourism Development Corp, bidang telekomunikasi melalui PT Excelcomindo Pratama yang menjadi penyedia jaringan GSM swasta pertama di Tanah Air, dan merambah ke bidang transportasi dengan mendirikan Taksi Express Group. 

Perusahaan Taksi Express sendiri pertama kali didirikan pada 1981 dengan nama PT Kasih Bhakti Utama yang masih bergerak dalam usaha perdagangan, distribusi dan jasa lainnya. Hingga pada 1991, Perseroan berubah nama menjadi PT Express Transindo Utama dan fokus pada pelayanan transportasi. 

Perusahaan taksi ini lantas melantai di Bursa Efek Indonesia dan melakukan penawaran perdana saham pada 2012 untuk meningkatkan struktur permodalan untuk pengembangan usaha lebih lanjut. 

Di samping berbagai bisnis yang sudah dimiliki, Rajawali Group juga kemudian membangun jaringan hotel berbintang internasional, seperti Sheraton, Novotel, dan The Laguna. 

Kini, bos Rajawali itu tidak hanya memilki banyak hotel dan resor kelas atas, di mana portofolio Rajawali meliputi agrikultur, media dan pertambangan. Mulai dari, Eagle High Plantations Tbk., (BWPT), lalu ada Velo Center sebagai jaringan IT, lalu di bagian media ada Rajawali Televisi dan Fortuna Indonesia.  Sementara itu, di bidang pertambangan ada Golden Eagle Energy Tbk., (SMMT) Archi Indonesia Tbk., (ARCI) dan Indo Mines Ltd.

Aset lainnya di bidang properti, seperti St. Regis Bali, The Four Seasons Hotel Jakarta, Langkawi International Convention Center di Malaysia, St. Regis Langkawi Hotels and Resorts, dan St Regis Hotel and Residences Jakarta.

Adapun, sampai dengan Maret 2025, Peter Sondakh masih menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia, dengan kekayaan bersihnya menurut catatan Forbes mencapai US$2 miliar atau sekitar Rp32,92 triliun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper